Part 14, Teman Rasa Pacar

881 51 0
                                    


Senja tengah sibuk bersama beberapa anak OSIS dan dewan lain nya menyiapkan api unggun dan juga panggung kecil yang tak jauh dari api unggun. Karena acara nanti malam adalah acara pentas seni dan penutupan perkemahan terpadu.

Beberapa anggota sudah mendaftarkan diri menjadi pengisi acara, kebanyakan dari mereka berasal dari ekskul PMR karena di kenal beberapa anggota nya memiliki suara yang lumayan bagus.

Jingga memperhatikan Senja dari jauh, ada keinginan untuk mendatangi nya sekedar mengucapkan terimakasih walau dia sudah berulang kali mengucapkan nya. Tapi melihat Senja yang terlihat sibuk, dia pun menunda niatnya itu.

"Ngga, lo engga laper?" Tanya Syelon yang dari tadi duduk di sampingnya.

"Laper Syel, tapi gue males masak."

"Beli aja sih, tuh ada warung." Ucap Syelon lagi menunjuk salah satu warung yang berjejer di pinggir area perkemahan, warung-warung itu milik penduduk asli tempat mereka berkemah.

"Beliin kalau gitu." Jawab Jingga dengan cengiran nya.

Syelon mendengkus lalu beranjak dari duduk nya karena dia tahu Jingga masih kesulitan berjalan. Sedangkan hanya mereka berdua yang ada di tenda karena sahabat mereka yang lainnya sedang mengurusi adik-adik kelasnya.

Perhatian Jingga teralih lagi pada Senja yang sudah duduk di bawah sebuah pohon sambil meneguk sebotol air mineral.
Niat yang tadi di urungkan nya, muncul kembali. Jingga berdiri dari duduk nya dan berjalan tertatih menghampiri Senja.

"Hai Kak.." Sapa nya saat berdiri di hadapan Senja.

Senja mendongak dan tersenyum melihat Jingga.

"Hai..  Duduk sini" Ucap nya seraya menepuk tempat di sebelah nya, mempersilahkan Jingga duduk di samping nya.

Jingga pun menurut dan dengan perlahan duduk di samping Senja.

"Masih sakit ya?" Tanya Senja kemudian. Matanya melirik ke arah kaki Jingga yang di solonjorkan.

"Iya masih perih sedikit. Kayanya luka yang di lutut agak dalem" Jawab Jingga agak meringis.

"Oh" respon Senja dengan anggukan sekilas.

Hanya itu yang keluar dari mulut Senja, membuat Jingga harus berpikir mencari topik pembicaraan lain.

"Kak.. "

"Hm?"

"Makasih ya"

Senja menoleh dan menatap Jingga sambil tersenyum geli.

"Lo udah banyak banget bilang makasih, padahal gue nolong lo cuma sekali, Ngga." Katanya.

Jingga menggaruk tengkuk nya salah tingkah, "Ya tapi kan kalau engga ada kak Senja waktu itu, aku engga tau nasib aku gimana"

Senja menggeser duduk nya menjadi menghadap ke arah Jingga. Tatapan nya lurus menatap manik mata Jingga yang kecoklatan.

"Gue seneng kok bisa ngelakuin sesuatu buat lo, Ngga. Apalagi di saat yang tepat, kebetulan banget kan gue yang lewat situ." Ucap nya lembut.

Mungkin jika orang lain yang mendengarnya akan merasa biasa saja, tapi bagi Jingga yang sudah kebaperan, kata-kata dari Senja itu membuat pertahanan nya porak poranda. Di sisi lain Ada rasa hangat yang menjalar di hatinya saat mendengar itu dari Senja. Membuatnya bingung harus berekspresi seperti apa.

"Lo satling ya?" Goda Senja usil

Jingga menegang. rasanya seperti habis mencuri sesuatu dan tertangkap basah oleh pemilik nya. Dengan gaya yang kaku parah, Jingga mengibas-ngibaskan tangannya, menolak mengakui.

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang