Senja's POV
Aku masih tidak bisa berhenti memikirkan betapa menakjubkan nya Jingga di depan adik-adik kelasnya tadi. Aku pikir cukup dengan kata 'jutek' untuk menggambarkan tentang nya walaupun selama bicara dengan ku dia tidak pernah bersikap begitu bahkan terkesan manis. What? Manis? Astaga Senja..
Tapi dari yang aku dan semua orang liat tadi, dia begitu menyeramkan. Terlihat dari semua orang yang ada disana memandang nya dengan perasaan takjub dan sedikit takut, mungkin?
Dan sampai saat ini, mata ku masih enggan berpaling dari nya. Dia dan beberapa dewan lain mulai membagi anggota menjadi beberapa kelompok. Ya, karena sebentar lagi jelajah malam akan segera di laksanakan.
Apa itu jelajah malam? Itu suatu kegiatan yang memacu kekompakan setiap anggota kelompok untuk bahu membahu menyelesaikan misi di tiap-tiap pos untuk bisa kembali ke area perkemahan. Dan tentu saja memacu adrenalin karena kegiatan ini di laksanakan di jam 2 dini hari. Jadi bersiap siap lah bagi mereka yang penakut karena pos terdapat di sebuah hutan buatan di utara area perkemahan.
Di tengah fokus ku yang sedang memperhatikan Jingga, Fajar mengintruksi bahwa kami harus lebih dulu berangkat untuk menempati pos bayangan, pos yang bisa langsung di lewati peserta tanpa menjalankan misi.
Aku pun mengikuti nya dan masuk kedalam hutan bersama beberapa anggota osis yang lain.
****
Jingga's POV
Entah apa yang buat aku selalu dengan mudah melepas emosi ku saat ada di acara Bimtal. Itu tidak sulit untuk ku, karena pada dasarnya aku memang sedikit tempramental jadi hanya dengan membayangkan apa yang tidak aku suka emosi ku langsung meluap.
Sedikit merasa bersalah saat aku melihat adik-adik kelas ku tertunduk ketakutan, tapi aku juga tidak mau mereka jadi manja dan lemah mental. Itulah tujuan nya di adalan Bimbingan Mental.
Sedari tadi aku selalu berdampingan dengan Abi, entah kenapa tapi dia tidak pernah beranjak dari sebelah ku bahkan sampai saat ini yang seharusnya dia bersama Aima membagi kelompok untuk acara jelajah malam tapi dia tetap ada disini, di samping aku berdiri.
Kelompok satu sudah mulai berjalan memasuki hutan buatan yang menjadi tempat pos-pos berada di dampingi oleh Desta dan Ririn, teman dewan ku. Sedangkan aku kebetulan berpasangan dengan Reon, tadinya Abi bersikeras untuk menjadi pendamping dengan aku, tapi aku menolak halus dan lebih memilih Reon. Ya, you know lah.
"Seneng bisa bareng Jingga." Ucap Reon di tengah langkah kami
Aku hanya tersenyum tipis dan menoleh sedikit ke arah nya.
"Jangan jutek-jutek atuh Jingga, jarang-jarang nih gue bisa bareng lo. Abisan kalau gue lagi ngobrol atau deket lo pasti si Abi mendadak dateng. Heran gue."
'Hah? Masa iya sih? Kok gue engga sadar ya'
"Masa sih yon? Emang iya gitu Abi selalu muncul pas kita lagi deket?" Tanya ku meyakinkan
"Yeeh dia mah engga peka. Masa elo engga sadar sih? Dari jaman nya kita masih jadi anggota juga gitu kali, Ngga. Dia selalu cari alesan biar bisa bareng lo terus. Anak-anak yang lain juga tau kali. Maka nya Aima sering bete engga jelas kalau liat Abi nyamperin lo."
Aku diam. Aku benar-benar tidak merasa sama sekali kalau selama ini Abi emang mencoba untuk mendekati aku.
"Lo emang engga ada rasa gitu sama cowok sekeren Abi?"
"Rasa mah ada lah, Yon. siapa coba yang engga suka sama cowok kaya Abi? Dia pinter, ramah, ganteng udah gitu kalem banget lagi. Tapi perasaan gue ya engga lebih dari rasa kagum doang, buat lebih mah engga ada kaya nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)
Teen FictionJika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, maka Jingga memutuskan untuk memilih jatuh kepada Senja. Karena dia yakin Senja akan menangkapnya, tidak akan membiarkan dia terjatuh sendirian. Semburat orange yang muncul di penghujung sore, datang sekilas n...