Waktu menunjukan pukul 10 pagi, saat Senja berhasil keluar dari kelas setelah berperang dengan puluhan soal ujian try out nya. Hari ini adalah hari terakhir try out ketiga nya sebelum nantinya dia benar-benar harus berhadapan dengan Ujian Nasional dan Ujian sekolah.
Senja berjalan cepat ke arah parkiran, tadi dia mendapati pesan dari Abang nya yang bilang bahwa dia sudah sampai di caffe yang alamatnya sudah Senja terima tadi. Senja jelas tidak lupa bahwa hari ini adalah hari penting untuk kakaknya itu, hari yang Senja yakini akan mengubah hidup kakaknya lebih baik lagi jika wanita itu mau menerima perasaan kakaknya.
Senja menghampiri motornya dan kemudian menghidupkan lalu keluar dari area sekolah. Hatinya sudah tidak sabar untuk menjadi saksi saat Kakaknya nya menemukan kebahagiaan yang baru, yang selama ini hilang entah kemana.
20 menit, dan Senja sudah berada di pintu masuk caffe. Dia melongok ke dalam dan mendapati Kakaknya tengah duduk dengan seorang gadis yang mengenakan sweater baby blue yang duduk membelakangi posisi Senja saat ini.
Senja mendapati kakaknya itu memberi kode agar Senja duduk di kursi yang tidak jauh dari mereka.
Senja pun berjalan dan duduk di meja yang berseberangan. Dia duduk memunggungi kakaknya dan gadis itu. Lalu dia menyiapkan telinganya sebaik mungkin untuk mulai mendengar apa yang akan terjadi.
Senja mendengar kakak nya berdehem pelan. Senja tersenyum, dia tau bahwa kakaknya saat ini sedang gugup. Senja jadi teringat saat dia juga berada di posisi kakaknya sekarang, saat meminta Jingga menjadi kekasih nya. Ah.. Jingga, mengingat namanya saja sudah membuat Senja merindukannya, padahal kemaein mereka baru saja bertemu. Dia bersumpah akan menemui Jingga setelah ini.
"Ekhem.. Aku udah siap. Aku mau ngomong sesuatu."
Senja mendengar suara kakaknya memulai pembicaraan. Entah kenapa dia juga merasakan kegugupan yang sama dengan yang mungkin Kakaknya rasakan.
"Dari awal aku ngeliat kamu, aku tau kamu berbeda dari teman perempuan ku yang lain. Saat itu kita bahkan belum kenal, tapi dengan perhatiannya, kamu datengin aku dan bilang kalau udara saat itu dingin." Senja mendengar Kakaknya terkekeh kecil lalu hening.
"Aku tahu memang dasarnya kamu cewek baik, tapi aku engga bisa bohong kalau aku ngerasa seneng dapet perhatian kecil dari orang yang bahkan baru pertama aku temui. Kamu juga engga segan duduk bareng aku, ngobrolin banyak hal seakan-akan kita ini temen lama. Apalagi setelahnya, dengan kebetulan kita ketemu lagi beberapa kali. Hal yang aku andaikan sebagai sinyal jodoh." Lagi, Kekehan kecil terdengar membuat Senja hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Sebenarnya Senja ingin sekali berbalik dan melihat bagaimana ekspresi Abangnya dan juga wanita yang ada di hadapannya. Apalagi sedari tadi wanita itu belum membuka suara ssedikitpu, membuat Senja penasaran wanita mana yang berhasil mendobrak hati Abangnya dengan begitu mudah.
"Aku engga tahu ini benar atau salah, tapi aku mau kamu tahu kalau aku suka sama kamu. Dari pertama kita ketemu. Jadi, apa kamu mau nerima aku jadi pacar kamu?" Abangnya melanjutkan.
Senja tersenyum lebar sambil membenahi posisi duduknya menjadi lebih tegak. Dia tidak sabar ingin mendengar jawaban dari gadis di hadapan Abangnya itu.
Tapi sedetik kemudian senyumnya hilang saat rungunya mendengar jawaban dari gadis itu.
"Kak Bintang sekarang lagi nembak aku?"
Bukan. Bukan karena tanggapan gadis itu yang tidak langsung menjawab pertanyaan Abangnya, melainkan karena suara itu sudah sangat Senja hapal di luar kepala. Telinganya bahkan sudah lama terbiasa dengan suara manja itu. Suara yang selama ini lebih banyak merajuk padanya. Suara yang akan sangat manis saat menyebut namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)
Teen FictionJika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, maka Jingga memutuskan untuk memilih jatuh kepada Senja. Karena dia yakin Senja akan menangkapnya, tidak akan membiarkan dia terjatuh sendirian. Semburat orange yang muncul di penghujung sore, datang sekilas n...