Part 47, Menyesal

760 46 6
                                    

Yang pertama kali Jingga rasakan saat membuka mata adalah kepalanya yang terasa berat dan pergelangan tangannya yang terasa perih. Sedetik kemudian dia ingat kebodohan apa yang telah dia lakukan, dia mengumpat dalam hati bagaimana dia bisa seputus asa itu.

Jingga mengedarkan pandangannya, langi-langit yang berwarna putih bersih menyambut matanya untuk pertama kali. Lalu dia mengalihkan pandangannya ke arah sofa yang ada di ujung ruangan. Disana ada tiga orang yang tengah tertidur menungguinya.

Ada Jemmy, Syelon, juga ada.. Bintang?

Dengan susah payah Jingga mencoba mendudukan dirinya. Memijat kepalanya pelan agar mengurangi sedikit rasa peningnya. Lalu, terdengar erangan kecil dari arah sofa. Dan terlihat Bintang perlahan bangun dari tidurnya

"Jingga, kamu udah sadar?" Tanyanya antusias, membangunkan serta Jemmy dan Syelon yang tadi masih tertidur.

Mereka bertiga dengan gerakan kompak berjalan menghampiri Jingga.

"Ya Allah, Dek, kenapa kamu sampai bisa berpikir untuk mengakhiri hidup kamu? Apa kamu engga pernah memikirkan kakak?" Tanya Jemmy frustasi.

Jingga tersenyum pedih, kebodohannya telah menyakiti orang yang paling dia cintai.

"Maafin Jingga kak. Jingga nyesel." Katanya lirih.

Syelon berjalan mendekat dan memeluk Jingga dengan hati-hati.

"Gue tau ini sulit buat lo, tapi ingat satu hal, Jingga. Gue dan yang lainnya sayang sama lo, dan kita engga akan pernah biarin lo sendirian. Dan gue yakin, Kak Senja juga akan sangat kecewa ngeliat lo yang kaya gini."

Mendengar perkataan Syelon, tangis Jingga pecah. Dia juga tau, bahwa Senja akan sangat kecewa melihat dia selemah ini. Hatinya terasa sakit saat membayangkan Senja yang menatapnya dengan tatapan terluka.

"Maaf." Ucapnya di tengah isak tangis.

Jingga memegangi dadanya yang terasa perih. Bayangan Senja begitu jelas di pikirannya, membuat dia semakin tersiksa setiap harinya. Di sisi lain, hatinya mulai meragukan apa yang menjadi keyakinannya selama ini. Jingga mulai merasa bahwa Senja memang sudah tidak ada, sama seperti yang semua orang katakan.

"Jangan begini lagi,Dek. kakak takut."

Suara Jemmy menyadarkan Jingga dari rasa sakitnya. Dia memaksakan senyumnya dan mengangguk. Lalu pandangannya teralihkan ke arah Bintang yang juga sedang menatapnya.

Bintang terlihat berantakan, penampilannya tidak serapih biasanya. Mungkinkah itu karen dia panik dengan keadaan Jingga?

"Kak Bintang.. " Panggil Jingga

Bintang tersenyum lalu mengangguk.

"Kak Bintang langsung dateng kesini pas gue kabarin, Ngga, dia disini sama kita dari semalem." Kata Syelon memberi tahu.

Jingga terharu, rasa bersalahnya semakin besar. Dari dulu Bintang sudah sungguh-sunggu menyukainya. Tapi hatinya sudah di miliki Senja seutuhnya, yang tidak lain adalah adik Bintang sendiri.

"Terimakasih kak." Hanya itu yang mampu Jingga ucapkan.

Tak ayal membuat Bintang tersenyum lebih lebar lagi.

"Engga masalah Jingga, tapi tolong janji buat engga ngelakuin itu lagi."

Jingga mengangguk dan menyandarkan kepalanya pada kepala ranjang.

Lalu sesaat kemudian dari arah pintu muncul sosok pria paruh baya yang terengah engah.

"Papa.. " Panggil Jingga.

Aryo berjalan dengan menarik nafasnya pelan. Raut kepanikan jelas terlihat di wajahnya.

"Kamu baik-baik saja, Jingga? Bagaimana bisa ini semua terjadi?" Tanyanya nyaris tak percaya.

Jingga tidak menjawab, dia hanya menunduk merasa bersalah.

"Sudahlah, Pa,  yang penting sekarang Jingga udah engga apa-apa." Jemmy menengahi.

Aryo mengangguk setuju dan bernafas lega.

"Papa buru-buru mengambil penerbangan pertama saat menerima kabar dari kakak mu. Bayangan papa akan kehilangan kamu membuat papa takut setengah mati." Katanya tulus.

Jingga sedikit mendongak, "Maaf Papa.." katanya penuh sesal.

Aryo berjalan lebih dekat ke arah Jingga lalu memeluk anak gadisnya dengan lembut.

"Papa sangat tau bagaimana perasaan kamu sayang, bukan hanya kamu yang kehilangan Senja. Papa yang baru mengenalnya pun sama, karena bagaimana pun berkat dia hubungan kita jadi membaik. Tapi ingatlah Jingga, bahwa hidup kamu ini sangat berarti bagi Papa, juga Jemmy kakak mu. Kami engga tau akan seperti apa kami kalau kamu pergi." Ucapnya seraya melepas pelukannya dengan Jingga.

Jingga mengangguk dan memejamkan matanya.

"Iya Pa, Jingga tau itu. Maafkan Jingga. Dan mulai sekarang, Jingga akan sepenuhnya melepaskan Kak Senja. Dia memang sudah pergi."

****

Di tempat lain...

"Are you okay?"

Seorang pria berambut pirang bertanya pada temannya yang terlihat sedang merasakan sesuatu dan memegangi kepalanya.

"Yeah, i'm okay. Nope, Dave."

Pria yang di panggil Dave itupun hanya mengangguk dengan masih menatap khawatir pada temannya yang baru dia kenal beberapa lama ini. Seorang pria yang sangat berbeda dari dirinya, terlihat sangat mencolok jika mereka berjalan bersama.

Seorang pria asia dengan lesung pipi di wajahnya.

******

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang