Part 37, De Javu

842 51 0
                                    

Senja's POV

Sudah satu minggu sejak Ujian berakhir, aku mulai sibuk menyiapkan segala sesuatu keperluan untuk keberangkatan ku ke USA. Cukup sulit dan sibuk, tapi beruntung lah aku karena mempunyai teman sigap seperti Fajar yang rela mengantarku kesana kemari. Juga gadis cantik ku, Jingga yang sudah selama seminggu ini selalu menempel kemana pun aku pergi.

Entahlah, selama aku mengenal nya, Jingga bukanlah tipe gadis manja dan pemaksa. Tapi sudah satu minggu ini dia selalu merengek untuk ikut kemana pun aku pergi. Bukan merasa terganggu, hanya saja aku merasa sedikit aneh dengan perubahan sikap nya yang tiba-tiba. Sampai pada satu hari Fajar menyadarkan ku penyebab kenapa Jingga mendadak berubah, Fajar bilang Jingga hanya tidak ingin kehilangan satu hari berharga nya bersama ku, mengingat bahwa setelah aku berangkat ke USA maka kami hanya bisa bertegur sapa lewat media maya. Ah manis nya gadis ku itu, dia begitu takut jika jauh dariku.

Seperti saat ini, aku hanya diam memandanginya yang sedang sibuk menghabiskan ayam goreng di depan nya dan sesekali menyesap soda nya dengan tingkah yang sangat polos.

"Pelan-pelan, Queen. Nanti kamu tersedak." Kataku mengingatkan.

Dia hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

"Habis ini mau kemana lagi?" Tanyaku saat dia sudah menyelesaikan makannya.

Jingga tampak berpikir "Mau muter-muter aja ya kak, siapa tau ada barang yang mau aku beli." Katanya sambil melap mulutnya dengan tisu.

Dia benar-benar menggemaskan.

"Oke yuk!" Ajakku.

Belum tegak kami berdiri, seseorang dari arah pintu masuk memanggil nama Jingga dengan cukup lantang. Sontak aku dan Jingga langsung mengalihkan pandangan ke arah seorang pria paruh baya yang sedang berjalan pelan menghampiri kami.

"Papa" Kata Jingga yang terdengar seperti gumaman, nyaris tidak terdengar oleh ku.

Aku menatap nya, pandangan mata Jingga mendadak kosong dan dia berjalan mundur.

"Ternyata kamu disini nak, tadi papa ke rumah dan kata kakak mu kamu sedang keluar. Papa kangen kamu."

Pria yang ternyata papa Jingga itu mencoba meraih lengan Jingga tapi Jingga menepis nya dengan cepat.

"Pergi."

Ucapan itu membuat aku terkejut. Jingga-ku bukan gadis yang pemarah ataupun tidak sopan terhadap orang yang lebih tua, tapi dia sangat enggan di dekati oleh papa nya sendiri.

"Nak.."

"Pergi. Aku engga mau ketemu kamu lagi."

Ku perhatikan mata Jingga mulai memerah, dia akan menangis sebentar lagi.

"Kak, ayo pulang." Kata nya dengan suara agak tercekat dan menarik keluar aku yang masih berdiri dengan bingung.

Jingga terus menarik tangan ku entah kemana, karena dia tidak berhenti saat kami melewati parkiran tempat motor ku berada tapi justru berjalan menyebrangi jalan. Beberapa orang mulai menatap aneh ke arah kami karena kondisi Jingga yang sudah terisak pelan dengan terus menarik tanganku.

Aku menoleh ke belakang dan ternyata Papa Jingga masih mengikuti kami dengan raut wajah sakit yang amat ketara.

Jantung ku mendadak berdetak lebih cepat. kejadian ini, Ya kejadian ini sama persis saat Bintang mengejar ku yang berjalan tanpa memperdulikannya yang terus memanggil namaku dan akhirnya berakhir dengan Bintang yang terkapar kesakitan.

Dan saat ini kejadian itu...

"OM!!! "

Dengan secepat kilat aku berlari dan genggaman tangan Jingga terlepas. Telingaku mendadak tuli dan dengan keras aku menubruk tubuh Papa Jingga yang hampir tertabrak sebuah mobil hitam yang melaju dari arah kanan.

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang