Sudah pukul 7 malam, tapi hujan masih enggan meninggalkan bumi. Jalanan sudah pasti basah, dan beberapa orang lebih memilih menembus hujan daripada membuang waktu menunggu sampai reda yang entah kapan itu.Seorang pria berparas teduh dengan hidung yang sedikit mancung tengah duduk di sebuah halte, menjadi satu dari sekian banyak orang yang juga sedang menunggu hujan reda.
Sesekali dia membenarkan letak tongkat nya yang sedikit merosot dan sesekali juga tersenyum kepada setiap orang yang baru datang dan ikut duduk bersama nya di bangku panjang halte.
"Nunggu hujan atau nunggu kendaraan?"
Suara pertanyaan itu membuat Bintang mengangkat wajahnya dan meyakinkan bahwa pria di sampingnya memang bertanya padanya.
"Saya?" Tanya Bintang .
Pria itu tersenyum dan mengangguk.
"Oh saya sedang menunggu jemputan."
Pria itu mengangguk lagi, "Siapa yang kamu tunggu? Apa dia sudah dalam perjalanan?"
Bintang terdiam sejenak, dalam hatinya dia mempertanyakan apakah mereka sedekat itu sampai pria di samping nya bertanya seakan mereka sudah mengenal lama.
"Saya dulu juga seperti kamu." Kata pria itu lagi saat pertanyaannya tidak dapat tanggapan dari Bintang.
"Bahkan saya lumpuh sejak kecil, Alhamdulillah Allah begitu baik terhadap saya."
Jujur, Bintang sangat tertarik dengan perkataan pria di samping nya. Tapi apa bukan hal yang salah jika membicarakan hal semacam itu di tempat seperti ini?
"Sepertinya jemputan mu sudah datang." Pria itu mengerling ke arah motor Ninja hitam yang berhenti tepat di depan Bintang berdiri.
"Hubungi saya saja kalau kamu mau sharing dengan saya." Katanya lagi sambil menyerahkan kertas kecil yang biasa di sebut kartu nama.
Bintang menerima nya dan berpamitan tanpa banyak mengucapkan apapun. Dia berjalan di bantu seseorang yang menjemput nya, yang tidak lain adalah Senja.
"Temen lo bang?" Tanya Senja saat membantu Bintang naik ke atas motornya.
"Bukan, baru kenal disini. Engga bisa di bilang kenal juga sih soalnya tau nama nya aja gue engga."
Senja mengernyit tapi tidak bertanya lagi. Dia menaiki motornya saat Bintang sudah mendarat sempurna di atas motor.
"Pegangan yang kenceng sama gue bang." titahnya.
Bintang menurut, satu tangan nya berpegangan pada Senja, satu nya lagi mengapit tongkatnya.
Senja melajukan motornya menembus hujan yang berubah menjadi gerimis kecil-kecil. Tidak ada yang mereka bicarakan karena percuma saja, suara mereka akan teredam oleh angin dan suara gerimis.
30 menit mereka sampai di depan rumah, Senja memarkirkan motornya dan membantu Bintang untuk turun.
"Bang" Panggil Senja saat mereka berada di teras rumah.
Bintang hanya menaikan sebelah alisnya sebagai respon.
"Sorry soal Jingga."
Bintang terdiam tapi tersenyum kemudian.
"Gue yang seharusnya minta maaf karena lancang nembak cewek lo dan malah minta lo jadi saksinya." Kata Bintang terkekeh kecil.
"Lo engga salah karena engga tau kalau Jingga cewek gue, Bang. Tuhan yang lagi becanda sama kita."
Bintang mengangguk dan tersenyum, "Jaga baik baik, Nja. Kalau engga, gue bakal ambil dia dari lo" Kelakarnya.
Tapi Senja tau ada ancaman nyata di setiap perkataan Bintang padanya. Abang nya itu masih menaruh hati pada kekasih nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)
Teen FictionJika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, maka Jingga memutuskan untuk memilih jatuh kepada Senja. Karena dia yakin Senja akan menangkapnya, tidak akan membiarkan dia terjatuh sendirian. Semburat orange yang muncul di penghujung sore, datang sekilas n...