Part 38, Long Distance Rindu-rinduan

924 59 0
                                    

LULUS

5 Huruf itu yang menjadi hal paling ditunggu oleh semua kelas XII yang sudah berususah payah melewati berbagai ujian di sekolah.

Koridor SMA Tunas Muda di penuhi oleh seluruh anak kelas XII yang tengah menunggu dengan cemas para orang tua yang sedang rapat dan akan menerima amplop kelulusan anaknya.

Keriuhan di tambah pula dengan kehadiran anak kelas X dan XI yang sekedar iseng datang ke sekolah untuk menyaksikan euforia dan melihat wajah wajah cemas dari para kakak kelasnya dan siap memberi selamat nantinya pada kakak kakaknya yang di nyatakan lulus.

Sama halnya yang di lakukan Jingga, Dafira, Tia, Rena dan Syelon yang sudah dari tadi duduk di bangku depan kelas Senja dan Fajar dengan adanya kedua cowok itu juga. Jingga mendampingi Senja, dan Dafira menemani Fajar. Sedangkan Tia, Rena dan Syelon hanya ikut-ikutan saja karena tidak tau harus kemana.

Jingga lebih banyak diam sedari tadi, bahkan candaan serta obrolan yang di lancarkan teman-temannya tidak begitu dia hiraukan. Pikirannya sedang lusuh, dia mulai memikirkan segala ketakutannya. Karena setelah Senja di nyatakan lulus, maka besoknya Senja akan langsung terbang ke USA. Dia bahkan tidak berani memikirkan kenyataan yang akan terjadi setelahnya.

"Yang harusnya ngelamun itu aku loh Queen, kok jadi kamu yang bengong dari tadi." Ucap Senja setengah berisik. Dia menyadari keterdiaman gadisnya semenjak mereka bertemu tadi pagi.

Jingga sedikit kaget mendengar suara Senja yang tiba-tiba. Dia menoleh ke arah Senja dan memaksakan senyumnya.

"Aku engga apa-apa kok kak, cuma tegang aja nunggu amplop kelulusan kakak." Jawab Jingga bohong.

Senja menyipitkan matanya, mencium aroma kebohongan dari gadisnya itu.

"Bukan karena besok aku akan berangkat?"

Jingga terdiam. Ternyata dia memang tidak pandai berbohong, apalagi jika di depan Senja.

Terdengar Senja menghela nafas gusar. Kemudian memiringkan badannya untuk benar-benar menghadap Jingga.

"Jangan seperti ini, sayang. Kalau kamu kaya gini, aku jadi engga tenang ninggalin kamu disini." Kata Senja sembari mengusap kepala Jingga sayang.

Sekarang ucapannya tidak sepelan tadi sehingga membuat teman-teman yang lainnya ikut menyimak.

Jingga hanya bisa tertunduk. Setiap kali masalah ini di bahas, dia selalu ingin menangis dan menganggap kalau ini hanya mimpi dan dia hanya harus bangun untuk menghentikannya. Tapi tentu saja itu tidak bisa dia lakukan karena ini bukan mimpi.

"Jingga dengerin aku, engga ada yang perlu kamu takutin. Aku kesana buat menyelesaikan studi aku. Kita akan baik-baik aja. Kita masih tetap bisa komunikasi seperti biasanya. Bisa ketemu juga tiap hari lewat video call. Dan yang paling utama, perasaan aku ke kamu engga akan berubah."

Jingga semakin menunduk, air matanya jatuh satu persatu. Dia sudah mencoba menahan tapi sia-sia.
Di rasakannya sebuah tangan merengkuh nya, tapi itu bukan Senja melainkan Dafira yang tidak tega melihat sahabatnya seperti itu.

"Bener kata Kak Senja, Ngga. Kak Senja cukup pinter kok, dia pasti bisa cepet selesaiin kuliahnya disana dan balik lagi kesini." Ucap Dafira menenangkan.

Jingga mengangguk lemah, dia berusaha untuk mengerti dan meyakinkan diri bahwa semua memang akan baik-baik saja.

"Senja"

Suara lembut itu menarik perhatian semua yang tadinya sedang teralih pada Jingga. Mereka menoleh serempak pada seorang wanita paruh baya yang memiliki wajah mirip Senja, siapa lagi kalau bukan Bundanya Senja.

Senja bangkit dan menghampiri Bunda nya.

"Sudah Bun?" Tanyanya.

Bundanya mengangguk tersenyum dan memberikan Senja amplop yang masih rapat.

"Buka? Nak." Titahnya

Senja menurut dan membuka amplop itu perlahan. Di keluarkannya sebuah kertas dari dalam amplop itu.

"Alhamdulillah Senja lulus, Bun." Katanya sumringah.

Bunda nya tersenyum lebar memeluk Senja dan mencium puncak kepala Senja sekilas.

"Queen, aku lulus." Katanya lagi beralih kearah Jingga yang kini tersenyum tulus.

"Selamat ya, kak."

"Makasih sayang." Ucap Senja tanpa malu walau dia ucapkan di depan Bundanya.

"Senjaaa gue lulus, Nja!" Sorakan itu terdengar dari Fajar yang sudah berdiri di samping Senja dengan tampang bahagianya.

"Gue juga Jar. Kita lulus." Ucap Senja tak kalah senang.

Semua orang-orang disana juga sama senangnya, mereka bersorak sorai dengan lepas. Bersyukur atas kata LULUS yang sangat mereka harapkan. Meskipun mereka juga sedih karena harus melepas masa putih abu yang penuh suka cita, masa di mana mereka ada di pertengahan kata menjelang dewasa. Sibuk mencari jati diri dengan segala kenakalan yang akan jadi sesal saat mereka dewasa nanti.

Jingga tersenyum senang melihat raut bahagia kekasihnya. Tapi hatinya semakin sakit dan takut, kurang dari 24 jam dia dan Senja akan terpisah jarak yang sangat jauh.

******

Keesokan harinya..

Jingga menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, menahan segala isak tangis yang siap pecah.

Matanya tidak sanggup menatap lelaki yang paling di cintainya kini telah siap pergi dalam jangka waktu yang lama.

"De jangan begini, jangan bikin langkah Senja jadi berat. Dia hanya ingin mewujudkan impian nya untuk masa depan yang lebih baik lagi." Jemmy angkat bicara menenangkan adiknya yang tertunduk.

"Aku takut kak. Takut banget." Jawab Jingga lirih.

"Senja cuma pergi sebentar Jingga, dia akan kembali kesini buat kamu."

"Bener kata Kakak kamu Queen, aku pasti balik kesini buat kamu, buat keluarga aku juga."

Entah sejak kapan, tapi Suara Senja sudah terdengar begitu dekat dengan Jingga. Dan benar saja, Senja sudah berdiri sangat dekat dengan Jingga. Matanya memandang Jingga dengan sendu, merasakan ketakutan yang juga Jingga rasakan.

"Iya kak, aku percaya. Maaf." Ucap Jingga dengan suara yang sangat pelan.

Senja terenyuh, gadisnya ini benar-benar tidak siap dengan keadaan mereka.

"Aku janji Queen, aku janji akan cepat kembali. Demi kamu, kalau perlu begitu aku kembali aku akan langsung ngelamar kamu."

Ucapan Senja membuat Jingga mendongak cepat dan mendapat Senja yang tengah tersenyum menggoda ke arahnya.

"Apaan sih." Jingga memukul pelan lengan Senja kesal.

"Aku serius, itu semua supaya LDR kita engga sia-sia. Jadi pas ketemu langsung nikah aja."

"Kak Senja ih!" Jingga semakin kesal tapi wajah nya justru merona.

"Aku yakin kamu lebih kuat dari yang aku tau, sayang. Semua akan indah pada waktunya."

Jingga mengangguk, percakapan mereka berdua menjadi tontonan semua orang yang juga mengantar Senja ke bandara saat ini. Ada Fajar, Bintang, Bunda, Jemmy dan juga Dafira. Mereka hanya memandang malas drama romance yang di perankan antara Jingga dan Senja ini.

"Jadi sudah siap LDR an, Queen?" Tanya Senja sembari mengerlingkan mata menggoda.

"Long Distance Rindu-rinduan maksudnya?" Sahut Dafira membuat semua orang tertawa di tengah suasana haru perpisahan Senja dan Jingga.

Jingga juga tertawa, tapi hatinya tersenyum miris. Tangannya menggenggam tangan Senja kuat seakan takut jika tautan tangan mereka terlepas. Tapi memang seperti itu yang seharusnya, Senja tetap akan pergi demi masa depan cemerlang yang dia rangkai untuk keluarganya juga untuk Jingga, gadis cantik yang berhasil merebut hatinya.

*******

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang