"Senja... ""Gue sayang banget sama dia Daf. Gue udah percaya sama dia. Gue tau dia engga bener-bener mau nyakitin gue. Gue tau dia engga akan sejahat itu. Tapi gue engga tau apa yang bikin dia begitu? Gue salah apa?"
Senja tertegun mendengar suara parau gadis yang di kasihi nya di seberang sana. Tenggorokan nya tercekat, bahkan hanya untuk menelan ludah pun sulit.
Beberapa waktu yang lalu Fajar menghubungi nya, tapi setelah Senja mengangkatnya justru isak tangis Jingga yang terdengar sembari menyebut namanya.
Senja menncengkeram ponselnya dengan sangat kuat, dia tidak sanggup mendengar suara Jingga yang semakin lama semakin samar karena isakan nya. Dengan satu hentakan, Senja melempar ponselnya ke lantai. Dia menarik rambutnya frustrasi. Beberapa kali menghantamkan kepalan tangan nya ke dinding, berusaha mencari kesakitan yang lebih untuk menyamarkan sakit di hatinya.
"Kenapa lo jadi selemah itu, Ngga? Kenapa harus gue yang bikin lo begitu? Jangan Ngga.. Jangan seperti itu."
Senja menyerosot ke lantai. Tangisnya tak kalah memilukan dari tangisan Jingga. Pertama kalinya dia dengan berani menyerahkan hati nya pada seorang gadis setelah sekian lama tidak pernah ia dapati ketertarikan seperti yang dia rasakan saat pertama kali bertemu dan mengenal Jingga, tapi takdir memang sedang bercanda dengannya. Tuhan mengirimkan Bintang untuk jatuh di tempat yang sama dengan Senja. Membuat Senja harus berperan antagonis dan menyakiti hati gadis nya tanpa ampun. Dia hanya ingin kakak nya bahagia setelah apa yang terjadi pada Bintang karena ulah nya.
"Maaf.. Maaf Ngga. Maaf karena gue brengsek."
*****
Dafira tidak hentinya berada di samping Jingga. Sejak pertama sampai di sekolah, Dafira tidak sedetikpun beranjak dari sisi Jingga karena mengkhawatirkan keadaan sahabatnya itu. Jingga sudah terlihat seperti zombie dengan lingkaran matanya yang menghitam dan wajah pucat tanpa polesan bedak sedetikpun. Hal itu pun membuat Tia, Rena juga Syelon ikut prihatin. Pasalnya yang mereka tau, diantara mereka berlima Jingga lah yang mempunyai pendirian paling tenang dan dewasa.
Dafira mengekori Jingga yang tadi bilang hendak ke toilet. Jingga sudah menolak dan beralasan bahwa dia baik-baik saja, tapi Dafira tetap keras kepala karena takut terjadi sesuatu pada Jingga.
Mereka berjalan tanpa ada yang membuka suara sedetikpun, koridor sudah sepi karena bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu.
Tapi mendakak Dengan gerakan cepat tiba-tiba Dafira membalikan badan Jingga dan hendak menarik tangan Jingga berjalan kembali kekelasnya.
Sontak itu membuat Jingga mengernyit bingung mendapati tingkah Dafira yang mendadak aneh.
"Kenapa? Kan gue mau ke toilet." Tanyanya heran.
"Kita ke toilet guru aja yuk, Ngga. Gue baru inget toilet siswa lagi di beresin." Kata Dafira tetap menahan tubuh Jingga.
"Apaan sih Daf, engga mungkin lah toilet rusak semua. Kan di toilet siswa ada 5 bilik." Jingga bersikukuh.
"Tapi Ngga__"
Dengan sekuat tenaga Jingga membalikan badan nya kembali dan hendak berjalan namun sesuatu menghentikan nya dengan otomatis.
Jingga terpekur memandang kosong ke arah depan. Sedang Dafira hanya bisa mengalihkan pandangan nya kemanapun karena tidak sanggup menyaksikan kejadian menjijikan di depannya.
Disana. Di depan sana, dua orang berjenis kelamin berbeda tengah berada dalam jarak yang sangat dekat. Si wanita melingkarkan tangan di leher sang pria, dan tangan sang pria melingkar di pinggang sang wanita. Meski posisi sang pria membelakangi Jingga dan Dafira, tapi baik Dafira maupun Jingga tau apa yang tengah dua orang di depan nya lakukan. Dan sangat tau siapa mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)
Teen FictionJika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, maka Jingga memutuskan untuk memilih jatuh kepada Senja. Karena dia yakin Senja akan menangkapnya, tidak akan membiarkan dia terjatuh sendirian. Semburat orange yang muncul di penghujung sore, datang sekilas n...