Part 1, Aku Jingga

4.5K 173 0
                                    

Senja datang lagi...

Seperti biasa aku bahkan enggan menatap langit. Bukan aku benci senja, Tapi warna orange yang ada di langit saat Senja selalu mengingatkan aku tentang siapa yang telah memberiku nama ini. Seseorang yang sudah menghancurkan semua yang indah dalam hidupku. Orang yang juga membuat aku tidak lagi bisa merasakan kasih sayang Mama. Yang langsung menjungkir balikan kehidupan masa kecil dan remajaku.

Aku menarik nafas dalam dan menghembuskan nya secara perlahan. Ku pandangi orange juice ku yang sedari tadi enggan aku minum. Entahlah, perasaan ku sedang buruk hari ini. Mataku melirik gadis di depan ku yang tidak lain sahabat ku sejak di bangku SMP. Dia tengah sibuk ber-hahahihi ria dengan smartphone yang di genggamnya.

Seperti itulah orang kalau sedang jatuh cinta, tak peduli dimanapun tempatnya, cuma dia dan Tuhan yang tau arti dari senyum menggelikannya itu.

Aku memandangi nya dengan jengah, ku percikan jus ku ke arahnya untuk membuat nya menoleh. Dan berhasil, dia menoleh ke arahku dengan tatapan kesal.

"Apa sih Ngga?" Tanya nya tanpa dosa.

"Buat apa  lo ngajakin gue kesini kalau cuma buat ngeliatin lo cengengesan engga jelas kaya gitu?

Dia menurunkan ponsel dari depan wajahnya dan memajukan badannya untuk mulai memperhatikan ku.

"Kan, gue engga mau lo BT di rumah sendiri, Ngga."

Aku mendengkus keras-keras.

"Ya kalau lo dari tadi nyuekin gue dan malah asik sendiri gitu, sama aja boong. Mending di rumah gue, tidur."

Dia tertawa dan memasukan ponsel nya ke dalam saku serangamnya.

"Sorry deh, Ngga. Abis gimana dong, gue engga bisa kalau engga senyum-senyum gitu pas baca chat dari Kak Fajar. Dia tuh sweet banget tau engga sih, Ngga."

Aku menghela nafas berat dan memutar bola mata malas setelahnya.

Sahabatku yang satu ini memang gampang sekali jatuh cinta. Sikap nya yang supel dan juga wajah blasternya yang cantik membuat pria manapun akan mudah menyukainya. Di tambah sifat setia nya yang juga membuat ku betah menjadi sahabatnya bertahun-tahun. Dialah Dafira Luna, gadis cantik yang sudah menjadi sahabatku sejak kelas 1 SMP. Dulu dia satu-satunya orang yang mau mendekati aku yang memilih menyisih dari orang lain.

"Lo di gombalin aja senengnya minta di ampunin, padahal 95% dari gombalan itu pasti cuma boong doang kalau lo mau tau."

Ku perhatikan wajahnya yang terlihat kesal dengan ucapan ku tadi. Tapi itu justru membuatku semakin ingin menggodanya.

"Lo mah sirik aja, Ngga. Harusnya lo juga seneng dong ngeliat sahabat lo seneng." Katanya sembari menyesap ice capucino miliknya.

Aku menaikan sebelah asliku dan meminum minuman yang sedari tadi masih utuh.

"Bukan gitu, Daf, tapi ya mikir logis ajalah. Cowok kalau lagi pedekate emang manis mulu ngomong nya. Tapi kalau udah jalan lama baru deh keliatan aslinya gimana."

Dafira menjadi diam setelah mendengar ucapanku tadi. Mungkin dia berpikir aku ini sok tahu, karena kenyataannya aku sendiri belum pernah pacaran. Aku jadi merasa bersalah dan buru-buru mencari topik pengalihan.

Aku berdehem singkat dan memajukan badanku ke arahnya.

"Daf, emang di sekolah kita ada ya yang namanya Senja?" Tanyaku, mengingat satu nama yang pernah sambil lalu aku lihat di mading sekolah.

Dafira menoleh ke arahku dengan menyipitkan matanya dan senyum menggoda yang menjengkelkan.

"Ada! Temen sekelas nya Kak Fajar. Orang nya manis Ngga. Mau gue kenalin?" Katanya antusias.

SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang