Senyum di wajah Jingga tidak luntur sedetikpun. Dia tidak bisa menutupi rasa bahagianya, tapi juga ada rasa haru bercampur rindu di dalam hatinya.
Di depan matanya, dia melihat sosok pria dengan lesung pipi dan kacamata baca tengah tersenyum ke arahnya.
Jingga merasa senang, walaupun mereka hanya saling bertatap lewat monitor tapi tidak mengikis rasa bahagia dari keduanya.
"Jangan senyum terus kaya gitu Queen, kamu bikin aku pengen pulang sekarang juga."
Perkataan Senja membuat hati Jingga terenyuh. Dia juga menginginkan hal yang sama, dia ingin Senja-nya kembali sekarang juga.
"Aku kangen kakak." Kata Jingga lirih.
Di depan sana, Senja tersenyum tipis. Dia sangat tau ini tidak mudah untuk gadisnya, bahkan juga untuk dirinya.
"Aku lebih dari itu. Tapi ini demi masa depan aku, Queen. Dan aku ingin masa depan aku itu juga berkaitan dengan kamu. Segala yang terbaik, aku ingin itu juga tentang kamu."
Jingga terdiam. Hatinya semakin sakit. Tapi dia juga ingin apa yang di katakan Senja menjadi kenyataan.
"I-iya kak. Aku ngerti." Suara Jingga terdengar sedikit tercekat. Dia sedang mati-matian menahan agar tidak menangis.
"Jingga cewek kuat. Kita pasti bisa tahan, engga akan lama kok. Aku akan belajar dengan giat supaya bisa cepat lulus dan pulang nemuin kamu. Oke sayang?"
Jingga mengangguk beberapa kali, meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia memang kuat. Tidak akan lama. Lalu dia berusaha tersenyum begitu lebar, agar Senja percaya bahwa dia memang sekuat itu.
Senja tersenyum tak kalah lebarnya. Dia sedikit lega Jingga bisa tersenyum selepas itu. Setidaknya untuk saat ini rindunya masih bisa dia tahan.
"Gimana sekolah kamu? Udah kelas XII gini makin sibuk ya?" Tanya Senja.
"Iya kak, ya belum terlalu sibuk sih. Cuma aku sama temen-temen mulai ikut bimbel buat persiapan ujian nanti."
Senja tersenyum, "Kamu bahkan lebih pintar dari aku, pasti semuanya engga akan sulit."
Jingga mencebikan bibirnya," Kata siapa aku lebih pintar dari kakak? Buktinya kakak bisa dapet beasiswa ke luar negeri."
Melihat ekspresi Jingga yang menggemaskan membuat Senja tak bisa menahan tawanya.
"haha itu cuma keberuntungan Queen, kalau kamu mau juga kamu bisa."
Jingga menggeleng kuat, "Aku engga mau. Aku mau kuliah disini aja." Katanya yakin.
Senja mengernyitkan dahi bingung, "kenapa?"
Mendengar pertanyaan Senja, Jingga mengubah ekspresinya jadi lebih serius.
"Nunggu kakak sampai 3 tahun ke depan aja aku belum tentu bisa, apalagi kalau aku juga lanjut ke luar. Bisa-bisa kita ketemu lagi pas umur aku udah 25 tahun lagi."
Senja menaikan sebelah alisnya sebelum akhirnya dia tertawa.
"Kamu ini kok mikirnya malah begitu sih, kan kalau kamu lanjut ke luar negeri aku juga bisa nyamperin kamu, sayang."
Jingga tetap menggeleng, "Aku engga mau. Mau disini aja."
Senja menghela nafas lalu tersenyum
"Iya apapun keputusan kamu, aku pasti dukung. Tunggu aku ya, Queen."
Jingga mengangguk pasti, "Selalu kak."
***
Jemmy menyandarkan tubuhnya ke badan sofa. Dia baru saja pulang dari pekerjaannya beberapa saat lalu . Setelah di wisuda satu minggu lalu, dia mulai turun langsung mengelola perusahaan yang dulu di tinggalkan Ayahnya dan di kelola oleh orang kepercayaannya. Meskipun Ayahnya sudah kembali, tapi Ayahnya lebih sering mengurus perusahaannya yang ada di Singapure sehingga perusahaan yang di Indonesia dia serahkan sepenuhnya pada Jemmy.
"Loh, Kakak udah pulang?" Tanya Jingga saat dia hendak mengambil air minum di dapur.
Jemmy menoleh ke arah Jingga, "Belum lama kok, Dek."
Jingga mengangguk dan berjalan ke arah dapur mengambil segelas air minum dan meneguknya sampai habis. Lalu dia berjalan ke arah Jemmy dan duduk di samping nya.
"Muka nya lesu banget, banyak kerjaan ya kak di kantor?"
Terdengar Jemmy menghela nafas keras dan semakin menyandarkan tubuhnya.
"Iya Dek, ternyata ngurus perusahaan itu engga gampang. Walaupun Kakak di bantu Pak Andre tapi tetap aja repot."
"Ya wajarlah kak, kakak kan belum terbiasa. Nanti lama-lama juga biasa."
Jemmy mengangguk dan tersenyum, "Iya Kakaknya aja yang belum terbiasa. Terus gimana kamu sama Senja?"
Kini giliran Jingga yang menghela nafas, "Ya gitu aja, masih komunikasi tapi engga sering. Soalnya waktunya kan emang tabrakan."
Jemmy manggut manggut mengerti, "Yang penting masih ada kabar setiap harinya. Oya, Kaka denger dari temen kuliah Kakak katanya Bintang juga ke luar negeri? Apa dia lanjut S2?"
Jingga menaikan alisnya, "Iya kah? Aku engga tau, semenjak dia tau kalau aku pacarnya Kak Senja dia udah engga pernah deketin aku lagi kak."
"Oh gitu, kirain dia pamitan gitu sama kamu."
"Ih emang nya aku siapanya sampai dia harus pamit. Kakak ada-ada aja."
Jemmy tertawa. Lalu duduk menegakan tubuhnya.
"Atau jangan-jangan Bintang sakit hati sama kamu makanya dia lari ke luar Negeri?"
Jingga melempar bantal yang ada di sebelahnya ke arah Jemmy.
"Kakak nih apaan sih, garing banget tau. Lagipula dari semenjak dia tau aku pacarnya Kak Senja juga dia udah biasa aja kok."
Jemmy semakin tertawa melihat reaksi kesal adiknya itu.
"Yaudah sih biasa aja, lebay amat reaksi nya."
"Ya habisnya kakak juga ngaco. Aku kan engga mau jadi penyebab Kak Bintang pergi."
"Iya deh Maaf. Kalau gitu kakak mandi dulu deh. Ada janji sama temen kamu."
Jingga membulatkan matanya tidak percaya, "Syelon?"
Jemmy mengangguk,"Siapa lagi."
"Kok bisa?" Tanya Jingga semakin tidak percaya.
"Ya bisa, dia minta ketemu kalau Kakak engga sibuk. Dan karena sekarang kakak engga sibuk jadi kakak mau ketemu sama dia."
"Kaka suka sama Syelon?" Tanya Jingga penuh selidik.
Jemmy terdiam sebentar lalu mengedikan bahunya,
"Engga sampe ke arah situ, Dek. Syelon itu sosok yang polos dan apa adanya, dia selalu bersikap sesuai yang dia mau dan engga nutup-nutupin apapun. Ya kakak suka sama karakternya yang seperti itu, tapi kalau suka kaya rasa suka cowok ke cewek kayaknya engga deh."
"Yakin?"
"Iya. Udah ah kakak mau mandi, kasian kalau dia harus nunggu lama."
Jingga hanya mengangguk dan mamandangi tubuh kakaknya yang semakin menjauh. Di sisi hatinya dia takut sahabatnya itu akan berharap lebih pada kakaknya, karena Jingga sangat tau bahwa Syelon terang-terangan menyukai Jemmy sejak pertama dekat. Tapi apa yang baru saja kakaknya katakan, benar-benar bukan jawaban yang dia harapkan. Dia berharap bahwa Syelon tidak bertepuk sebelah tangan sehingga sahabat baiknya itu tidak akan sakit hati.
Tapi kenyataannya, Jemmy tidak memiliki perasaan apapun pada sahabat cantiknya itu. Syelon yang malang.
******
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA DAN JINGGA (COMPLETE)
Novela JuvenilJika jatuh cinta adalah sebuah pilihan, maka Jingga memutuskan untuk memilih jatuh kepada Senja. Karena dia yakin Senja akan menangkapnya, tidak akan membiarkan dia terjatuh sendirian. Semburat orange yang muncul di penghujung sore, datang sekilas n...