Serangkaian kalimat yang diucapkan dokter Assyraf terakhir kali benar-benar menganggu ku. Kata-kata nya terdengar serius namun mengapa aku masih begitu ragu? fikiran-fikiran yang seakan menjadi benang kusut di kepala ku cukup membelenggu siklus hari-hari ku. Aku menjadi canggung setiap kali ada mata kuliah dokter Assyraf.
Saat ini ia ada di hadapan ku, mengajar kuliah gabungan dengan kelas lain nya. Beberapa mahasiswi membicarakan dokter Assyraf. Aku hanya tersenyum dan mendengarkan mereka.
"Dokter Assyraf udah punya pacar belum ya kira-kira?"
"Kepoin geh instagram nya, ada bau-bau udah ada yang punya belum?"
"Gue udah kepoin, tapi gak ada tanda-tanda dia punya pacar."
"Bisa lah modus dikit, siapa tahu aja jodoh gue."
Aku hanya tersenyum mendengar pembicaraan mereka. Ya ampun kak Assyraf, lihat saja anak-anak kelas ku saja menyukai dan mengagumi mu apalagi perempuan di luar sana.
"Oke sekarang saya mau ada yang maju ke depan untuk mempraktekkan apa yang sudah saya ajarkan tadi. Mau saya pilih atau angkat tangan?"
"Ini dok, Alma."
"Viola dok Viola."
"Aila dok." Aku menyikut lengan Mona.
"Ih apaan sih Mon, gak mau ya aku."
"Oke-oke kalau gitu saya minta Alma maju ke depan."
"Cie....khem...." Almira hanya tersenyum malu mendengar semua anak mendukung nya.
"Sikat Al sikat." ucap Yona dengan keras.
Dokter Assyraf hanya tersenyum dan tertawa sementara aku pun hanya ikut tersenyum. Alma mempraktekkan letak bayi gemeli dengan menggunakan pantum seperti yang diajarkan dokter Assyraf. Aku bisa melihat bagaimana ia berpura-pura tidak bisa agar diajari oleh dokter Assyraf. Namun dokter Assyraf biasa saja menanggapi nya. Ia tidak begitu terpancing untuk meengajari dengan melakukan sentuhan secara langsung. Dokter Assyraf sesekali melirik ke arah ku. Apakah ia begitu menjaga? Bahkan beberapa mahasiswi yang modus dengan nya, ia tetap biasa saja bahkan tidak menanggapi.
"Oke terima kasih Alma, bagaimana kalian semua bisa ya?"
"Bisa, dok."
"Sekarang saya mau tanya jika bayi gemeli dagu ketemu dagu apa namanya? Dan apakah bisa lahir normal?"
Semua diam, ada yang berpura-pura menunduk agar tidak ditunjuk untuk menjawab, ada yang biasa saja.
"Langsung ya semua pada menunduk, kalau sudah ditanya seperti ini." dokter Assyraf tertawa.
"Oke kalau gitu saya minta Aila untuk menjawab."
"Ha? Saya dok?" aku kaget karena tiba-tiba dokter Assyraf menunjuk ku. Rasa nya hampir semua memori menghilang.
"Iya, kamu silahkan untuk menjawab." Aku sambil menarik nafas perlahan.
"Bayi gemeli dengan presentasi dagu ketemu dagu nama nya interlocking dok, dan tidak bisa lahir secara normal. Maka harus dilakukan Caesar."
"Kalau kepala dengan kepala apakah bisa lahir normal?"
"Tidak bisa dok, harus Caesar."
"Oke, good jawabannya. Jadi bayi gemeli dagu ketemu dagu itu namanya interlocking ya dan harus di Caesar begitu pun kepala ketemu kepala." semua bertepuk tangan sementara aku hanya tersenyum.
"Ada yang mau ditanyakan sampai di sini?"
"Cukup dok."
"Kalau cukup, kita akhiri sampai di sini ya perkuliahan. Karena saya harus kembali ke rumah sakit ada jadwal operasi. Saya akhiri wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarakatuh, selamat siang."
"Wa'alaikum salam warohmatullahi wabarakatuh. Siang, dok."
Tak berapa lama dokter Assyraf keluar ruangan dan menuju area parkir mobilnya. Sebuah notifikasi line masuk dari dokter Assyraf.
"Good job, anak cerdas. Semangat terus ya belajar nya."
Aila hanya tersenyum membaca pesan dari dokter Assyraf. "Mas Assyraf selalu saja buat aku melted." batin Aila.
"Ai, kenapa lo? senyum-senyum liat layar smartphone."
"Ha? Enggak kok Mon." Aila hanya menyengir.
"Hayooo ngaku, ngeliat apaan sih? Pasti idol atau pasangan nikah muda kan?" ucap Mona mencoba melihat smartphone Aila.
Aila terkekeh. "Iih, Mona kepo banget sih. Udah yuk kita balik, aku pengen bobo cantik, ngantuk gara-gara begadang belajar sampai subuh."
"Dasar sok rajin, awas nanti sakit lagi, jangan keseringan begadang. Kamu kan gak bisa kurang tidur."
"Hehehe....iya Mon iya, siap boss."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Husband
Roman d'amourSaat pertama kali Abram menatap Aila dengan mencuri-curi kesempatan. Saat Abram mencoba menghidupkan suasana dan renyah tawa untuk mendekati Aila. Di suatu tempat yang akhirnya menjadi tempat favourite untuk mereka. Akan kah mereka terus menyatu dan...