Experience

2K 117 4
                                        


Mona tengah memegang teh manis hangat yang baru saja dibuatnya untuk Aila yang sedang terbaring diatas tempat tidur. Saat ini mereka ada di kamar Mona.

"Kok aku dikamar kamu Mon?" tanya Aila.

"Kamu itu tadi pingsan, berat tauk aku mapah kamu. Untung ada Tia tadi bantuin mapah sampe masuk mobil."

Aila hendak bangun namun kepalanya terasa sangat berat. "Udah kamu tiduran aja, biar aku ganjel pake bantal biar kamu bisa minum teh dulu."

"Makasih ya Mon."

"Iya. Badan kamu panas banget tadi, sampe 40 derajat terus aku kompres. Aku udah telpon dokter Assyraf buat nganter kamu ke rumah sakit."

Hampir saja Aila tersedak minuman teh nya. "Kamu nelpon Mas Assyraf?" Mona mengangguk.

"Ih Monaaaaaa....ngapain lapor ke dia."

"Ih ya terus gue harus gimana? Gue kan panik. Gue bingung tadi, gue fikir lu cuma demam biasa makanya gue bawa ke rumah gue. Eh, gaktau nya panas nya ningkat pas gue term. Di rumah gue tuh gakada orang."

Aila menghela nafas. "Pasti nanti dia ngomel sama aku."

"Ngomel nya kan ngomel sayang." ucap Mona menggoda sahabatnya itu. "Kamu kangen kan sama dokter Assyraf ? Ngaku deh, selama gak sadarin diri kamu nyebut nama dia terus tahu." Mona meledeki Aila yang membuat gadis itu merasa malu.

"Bohong aja kamu."

"Ih, kok bohong. Serius gue, lu ngigo nya kayak gini nih...." Mona kemudian mempraktekkan nya pada Aila. "Mas....Mas Assyraf....Mas." kemudian Mona tertawa.

Reflek Aila langsung melempar bantal ke arah Mona. "Ihhhh Mona, nyebelin."

"Hahaha....kok jadi gue yang nyebelin."

Suara bel rumah Mona memanggil, buru-buru Mona keluar kamar. "Akhirnya calon suamimu datang menjemput." ucap Mona terkekeh saat dipintu kamar. Aila kemudian melempar bantal lagi ke arah Mona namun tidak kena.

Ekspresi wajah dokter Assyraf tak bisa dipungkiri bahwa dirinya begitu khawatir dengan Aila. "Kamu gak papa? Kita ke klinik Mas ya, biar dirawat disana saja."

Aila menggeleng "Gak usah Mas, Aila udah mendingan kok." ucap gadis itu tersenyum.

"Mas lusuh banget pakaian nya, liat tuh matanya kayak kurang tidur."

"Iya, Mas baru pulang dari rumah sakit langsung kesini, tidak sempat mandi."

"Pantesan bau." ucap Aila kemudian menutup hidungnya.

Dokter Assyraf tersenyum "Sakit aja masih nyebelin ya." ucapnya kemudian mengelus puncak kepala gadis itu.

"Hmmm...mohon maaf ya, dilarang bermesraan di kawasan saya." ucap Mona.

Aila langsung menatap Mona, namun Mona hanya menyengir kuda. Dokter Assyraf tersenyum. "Ya sudah, makasih ya Mon sudah menjaga Aila. Sekarang dia saya bawa."

"Oh iya dok sama-sama. Pokok nya kalau sama saya aman sentosa calon istri dokter." ucap Mona yang langsung mendapat tatapan tajam dari Aila.

"Apaan sih Ai, kan emang bener. Oh iya dok, si Aila kangen berat tuh sama dokter, sampai ngigo nama dokter dia tadi."

"Ih Monaaaa....." Aila memprotes ucapan sahabatnya itu dan membungkam mulut Mona agar tak bicara aneh-aneh lagi.

"Mona emang suka bercanda Mas." ucap Aila.

"Kalau kangen akui saja, saya orang nya memang ngangenin." ucap dokter Assyraf enteng yang dibalas dengan desissan Aila.

"Dasar dokter kepedean." ucap Aila mencibir. Sementara dokter Assyraf dan Mona tertawa.

***

Setelah wisuda aku mengisi waktu kosong dengan magang di klinik Gummati milik dosen ku sambil menunggu waktu masuk kuliah. Kebetulan dosen ku menawarkan padaku untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah dimiliki di sebuah klinik miliknya.

Aku sedang menonton televisi di ruang depan bersama Kak Sinta, kemudian pasien datang mengeluh perut nya sakit dan mules. Aku dan Kak Sinta langsung memapah pasien tersebut menuju ruang VK.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dilanjutkan dengan VT (vagina touch) atau periksa dalam. Sudah pembukan 8-9 dan tak lama ketuban pecah namun berwarna keruh dan pembukaan lengkap. Ketika pemeriksaan fisik sebelumnya dan melakukan BJA (Bunyi Jantung Anak) tidak terdeteksi suara denyut jantung janin yang ada didalam kandungan.

Aku berfikir ada kemungkinan IUFD (Intrauterine Fetal Death) karena aku tak menemukan denyut jantung janin tersebut. Kontraksi yang dialami ibu sangat sering dan Ibu pun ingin mengedan seperti rasa ingin buang air besar. Kami pun memimpin persalinan sesuai dengan Asuhan Persalinan Normal. Kalau pun dugaan ku benar IUFD tidak ada waktu untuk merujuk karena pasien sudah akan melahirkan.

"Ayo bu, semangat bu, terus bu ngedan bu." Ucapku.

"Ayo Kak, kepala sudah di depan ini. Semangat kak, ayo bantu kak, terus ngedan kak." ucap Kak Sinta.

"Ayo bu, semangat bu, tarik nafas yang panjang kemudian mengedan." ucapku lagi.

Suasana menjadi hectic karena hanya ada kami berdua. Dan aku sudah menduga saat kepala bayi keluar. Nampak jelas bahwa bayi sudah tidak segar lagi terutama kulitnya.

Sebuah pengalaman yang tak pernah ku duga sebelumnya. Sebuah kasus yang belum pernah ku tangani secara langsung. Atas izin Allah, bayi bisa dilahirkan. Dan benar saja, kulit bayi tersebut melepuh, mengelupas, kulit nya sudah dalam kondisi rusak. Tali pusat bayi berwarna cokelat menggelap. Hal tersebut semakin memperkuat diagnosa bahwa bayi mengalami IUFD.

Tangan ku bergetar. Jujur aku merasakan tremor mendadak karena ini adalah pengalaman pertama dalam melahirkan bayi IUFD. Alhamdulillah, Allah masih sayang sehingga kami diberi kekuatan untuk proses menolong persalinan tersebut.

Si ibu sempat menangis. Dengan tenang kami mencoba memeluk dan merengkuh Ibu tersebut. Pelan-pelan kami menjelaskan keadaan yang sebenarnya.

"Ibu yang sabar ya bu, melihat kondisi bayi nya, si bayi sudah mengalami kematian di dalam kandungan. Ibu harus sabar, Allah lebih sayang. Semoga dedeknya menjadi penolong Ibu untuk masuk ke Syurga nya Allah nanti."

"Iya mba gapapa, sebenarnya saya juga udah feeling. Saya ikhlas, ini semua udah takdir Allah." sang suami pun memeluk istrinya tersebut sambil mengeluarkan air mata dan mencium kening istrinya.

Setelah tenang,barulah aku menanyakan kapan terakhir kali bahwa si Ibu sudah tidak merasakan gerakan janin. Rupa nya sejak semalam. Kemudian aku mencoba mengedukasi untuk pengalaman berikutnya bahwa segera periksa ke dokter atau bidan saat gerakan janin terasa berkurang atau bahkan tidak ada lagi gerakan.

***

"Kamu dimana?" tanya Mas Assyraf melalui sebuah pesan whatsapp.

"Ma'af Mas baru balas, baru saja selesai menolong persalinan, IUFD." balasku.

"SubhanAllah, sebelumnya ibu nya periksa USG kapan?" balas Mas Assyraf cepat, mungkin ia sedang istirahat di ruangannya sehingga cepat membalas.

"Saat usia kandungan tujuh bulan, dan setelah itu tidak periksa ke dokter lagi untuk USG. Aku udah curiga Mas karena saat di dengarkan BJA nya tidak terdeteksi, tapi posisi sudah pembukaan lengkap. Jadi mau gak mau harus ditolong. Alhamdulillah nya kontraksi ibu nya bagus dan kuat mengedan. Aku lemes dan tremor, for the first time."

"MasyaAllah, tapi Ibu nya dalam keadaan baik sekarang? Ibu nya menerima?"

"Alhamdulillah Mas, Ibu nya dalam kondisi baik dan keluarga nya pun menerima."

"Sabar ya sayang, Allah sedang menguji hamba nya. Mas mau nemuin kamu tapi bentar lagi ada jadwal operasi SC."

"Iya gapapa, yaudah sana siap-siap, atau makan siang kalau belum makan. Aku mau ngurusin pasien dulu."

"Oke, sampai jumpa di acara lamaran. Assalamu'alaikum."

Aku tersenyum saat membaca pesan terakhir. "Wa'alaikumussalam."

The Greatest HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang