Dunia sedang tidak baik-baik saja. Dunia sedang di uji ataukah sedang menerima balasan dari setiap perbuatan buruk yang melampaui batas hingga membuat Bumi menghitam dan Tuhan marah? Telah banyak nyawa yang berjatuhan, telah banyak tenaga medis yang berkorban bahkan rela meninggalkan keluarganya demi Sumpah Profesi yang telah diikrarkannya, demi sebuah negeri yang membutuhkannya, demi orang-orang yang membutuhkan keilmuannya.
Dokter Assyraf terdiam saat membaca pesan via whatsapp yang mengabarkan rekan sejawatnya meninggal dunia setelah melalui perawatan selama 12 hari di Rumah Sakit. Ya, dunia saat ini sedang tidak baik-baik saja karena dilanda wabah Covid-19 (Corona Virus Disease 2019).
"Lo udah baca kabarnya?" tanya dokter Aga yang baru saja memasuki ruangan dokter Assyraf.
Dokter Assyraf hanya mengangguk, mata nya berkaca-kaca sambil menghela napas. Dokter Aga yang melihat hal tersebut sangat memahami suasana hati sahabatnya itu saat ini. Dokter Assyraf memang sangat dekat dengan rekan sejawatnya tersebut, yakni dokter Tyo. Mereka saling mengenal karena pernah ditugaskan bersama, dokter Tyo adalah seorang dokter spesialis Paru.
"Lo harus sabar." Ucap dokter Aga sambil menepuk pundak sahabatnya itu.
"Dia orang yang baik, bahkan ke semua pasien dan orang yang gak dia kenal. Selalu tulus dan bijaksana dalam hal apapun. Gue gak nyangka dia secepat ini pergi." ucap dokter Assyraf dengan sendu.
"Gue paham Raf, lo pasti shock banget, gue tahu kalian deket udah kayak saudara sekandung. Kita do'ain aja yang terbaik buat dia, Allah lebih sayang dia makanya dia pergi duluan dari kita." ucap dokter Aga. Dokter Assyraf mengangguk dan menarik napasnya dalam.
"Maaf menganggu dok, tapi ini darurat, ada pasien operasi cito korban kecelakaan." ucap dokter Gea, resident spesialis kandungan dan kebidanan. Sebelumnya dokter Gea mengetuk ruangan dokter Assyraf namun tak ada sahutan dan akhirnya dokter Gea memutuskan untuk masuk.
Dokter Assyraf yang mendengar hal tersebut dengan sigap bangkit dari duduknya dan mengambil jas snelli nya. "Kamar operasi sudah siap?" tanya dokter Assyraf dengan berjalan cepat.
"Sudah dok." ucap dokter Gea mencoba mengimbangi langkah besar dokter Assyraf.
"Preterm atau Aterm?"
"Preterm dok."
"Keadaan umum nya bagaimana? Tekanan darah?"
"KU baik, tekanan darahnya sempat down dok tapi tadi langsung tertangani."
"Oke." Dokter Assyraf sangat bergegas untuk segera ke ruang operasi.
Suasana hati dokter Assyraf memang sedang tidak baik-baik saja. Namun ia harus professional dalam situasi dan kondisi apapun. Menjadi seorang dokter baginya adalah sebuah amanah yang memiliki tanggung jawab sangat besar, bukan hanya di dunia namun juga sampai ke akhirat.
Ia selalu memegang prinsip dari Guru Besarnya yang sangat terkenang di dalam hidupnya. Tanpa jasa Professor tersebut mungkin dokter Assyraf sudah menyerah. "Assyraf, saya tahu bagaimana kamu. Profesi ini mulia, kita diberi amanah oleh Tuhan untuk tugas yang besar. Tetaplah menjadi dokter yang tulus hati nya, bantu rekan-rekanmu dan juga pasien-pasienmu. Saya yakin kamu akan menjadi dokter yang lebih sukses dan hebat dari saya." ucap Profesor tersebut kala itu.
***
"Ai, keluar yuk, udah lama kan gak nongkrong bareng. Ehhehe..." sebuah pesan dari Mona beberapa menit yang lalu baru dilihat oleh Aila.
"Boleh, tapi aku izin pak suami dulu ya." balas Aila.
Aila mencoba menghubungi dokter Assyraf namun tak kunjung diangkat. Mungkin suami nya itu sedang menangani pasien, fikir Aila. Kemudian Aila mengetik sebuah pesan untuk meminta izin pada suami nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Husband
RomanceSaat pertama kali Abram menatap Aila dengan mencuri-curi kesempatan. Saat Abram mencoba menghidupkan suasana dan renyah tawa untuk mendekati Aila. Di suatu tempat yang akhirnya menjadi tempat favourite untuk mereka. Akan kah mereka terus menyatu dan...