Kesibukan akan menjadi suatu perekat saat dua hati saling percaya untuk tetap menjalani sebuah hubungan. Tanpa kepercayaa, sebuah hubungan akan mudah untuk diombang-ambing. Kerinduan hati untuk bertemu menjadi sesuatu hal yang menyebalkan, namun karena saling percaya, perasaan takut untuk kehilangan takkan ada artinya.
"Bagaimana kabar kakak hari ini? sudah makan siang?"
Aku mengirim pesan line ke Kak Abram. Setelah itu aku memasukkan kembali appleku ke dalam tas dan mencari referensi buku Ganong. Saat ini aku sedang berada di perpustakaan. Aku duduk di ujung meja dekat jendela setelah menemukan buku yang ku cari. Membaca buku dengan menikmati pemandangan sekitar kampus dari jendela adalah hal yang menyenangkan.
Tiba-tiba sosok pria menghampiri dengan membawa sebuah buku. Seorang pria dengan perawakan tinggi dan berkulit hitam manis.
"Boleh saya duduk disini?" tanya pria maskulin tersebut.
"Oh, iya." Aku mendongak menatapnya karena posisi ku yang duduk dan ia berdiri. Pria itu tersenyum.
"Kamu anak jurusan apa?"
Mata ku beralih menatapnya "Kebidanan, kamu?"
"Teknik, lebih tepatnya teknik sipil. Semester berapa?"
"Oh. Semester dua."
"Oh, masih maba." Pria itu menganggukan kepala nya. Sementara aku kembali fokus terhadap buku yang ku pegang.
"Memang kamu semester berapa?" tanyaku penasaran tanpa melepas kontak dengan buku yang ku baca.
"Saya semester akhir. Gak ada kuliah?"
"Oh kakak tingkat toh. Ada, nanti siang jam 2."
"Hmmm. Oh ya, nama kamu?"
"Aila. Kakak?"
"Aila? Nama nya lucu. Saya Ardan. Kalau gitu saya duluan ya, 15 menit lagi ada kuliah. See you." Pria itu melirik jam tangan nya kemudian tersenyum ke arah ku.
"See you too, Kak."
Tanpa terasa sudah dua jam aku berada di perpustakaan, jam di tangan ku menunjukkan pukul 13.50 WIB. Aku melangkahkan kaki ku menuju kelas setelah bangkit dari tempat duduk favouritku dan melihat pesan line. Namun percakapan ku dengan Kak Abram masih sama dengan pesan yang ku kirim sejam yang lalu. Pesan ku belum di baca oleh nya, mungkin ia masih sibuk. Aku menarik nafas dalam dan menghembuskannya.
"Baik sayang, maaf ya kakak baru bales. Belum nih, sejak tadi kakak sibuk di IGD. Bisa temani kakak makan malam ini? kakak baru pulang dan laper banget." Aku membaca pesan balasan Kak Abram dengan tersenyum. Meskipun terkadang menyebalkan karena selalu menunggu balasan darinya, namun ia tetap seseorang yang selalu ku tunggu.
"Kakak pasti capek banget ya? Mmm, memang kakak gak ngerjain laporan? Tidak ada jadwal jaga malam?"
Dengan cepat Kak Abram membaca pesan ku "Iya nih L, ngerjain tapi nanti setelah kakak makan. Besok baru Kakak ada jadwal jaga malam. Kakak jemput kamu ya?"
"Kasian nya calon dokter ku, kalau gitu aku ganti baju dulu ya. Bye."
"Oke sayang, 15 menit lagi kakak sampai."
Aku mencari gaun pink blossom ku di lemari untuk ku pakai, dengan make up natural dan sepatu hak 5 cm berwarna putih tulang, aku tersenyum menatap diriku sendiri di depan kaca. Tak lama aku melihat pesan line Kak Abram, ia sudah menunggu di depan kosan.
"Sudah lama Kak?" Aku melihat wajah Kak Abram yang begitu kelelahan.
"Enggak kok, baru 5 menit disini. Kita langsung berangkat aja ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Husband
RomanceSaat pertama kali Abram menatap Aila dengan mencuri-curi kesempatan. Saat Abram mencoba menghidupkan suasana dan renyah tawa untuk mendekati Aila. Di suatu tempat yang akhirnya menjadi tempat favourite untuk mereka. Akan kah mereka terus menyatu dan...