Your Wife

2.5K 144 7
                                        

"Di penghujung rapuh ku, kamu hadir sebagai penguat hati yang sempat patah. Terima kasih karena telah memberikan cinta yang tulus dan sejati. Aku bisa merasakan keabadiannya."

[Aila Naras Dimantoro]

Sinar mentari menyapa lembut dengan senyumnya di pagi hari. Gadis yang baru dihalalkan nya itu masih terlelap dengan manis, namun sedikit terganggu ketika tangannya menyibak gorden untuk melihat pemandangan yang begitu indah.

"Mas aku masih ngantuk." ucap Aila dengan suara khas bangun tidur.

Dokter Assyraf tersenyum melihat tingkah lucu istri nya itu, begitu menggemaskan saat menarik selimut dengan kesal karena tidurnya yang terganggu. Gadis kecil itu masih terlalu lelah karena berdiri terus untuk menyambut tamu untuk bersalaman dan berfoto.

Dokter Assyraf menghampiri Aila kemudian mengecup kening istrinya dengan sayang. Ia masih tak menyangka bahwa kini sudah ada yang selalu dilihatnya dipagi hari. Sepertinya kegiatan ini akan menjadi kegiatan favourite nya saat bangun tidur.

"Mas mandi dulu ya."

"Hmmmm." gumam Aila yang rupanya masih teramat kantuk.

Selama lima belas menit dokter Assyraf sudah selesai dengan kaos putih dan celana pendek santai nya. Pria itu menghampiri istri nya kembali dan duduk di pinggir tempat tidur. Dibisikkan nya istri nya dengan penuh kasih "Sayang bangun, mandi dan kita turun ke bawah untuk sarapan."

Aila mencium aroma yang sangat membuat nyaman bahkan tanpa sadar ia memeluk lengan suami nya. Dokter Assyraf terkekeh melihat tingkah lucu istri nya itu.

"Bangun sayang." Dokter Assyraf mencubit pelan hidung istri nya.

Aila terkesiap dan terkejut "Astaghfirullah Mas, ma'afin Aila bangun nya telat." dengan ekspresi yang seperti kanak-kanak membuat dokter Assyraf terkekeh.

"Iya sayang, yaudah sana mandi. Lihat tuh sudah merah dimana-mana."

Aila sempat bingung kemudian melihat sprei putih yang ditiduri nya. Kemudian ia menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Ma'af Mas, Aila gak tahu, harusnya pakai pembalut double. Aila lupa." Maklum saja bahwa Aila baru hari kedua menstruasi, jadi sedang banjir-banjirnya.

Dokter Assyraf terkekeh sambil mengusap puncak kepala istri nya dengan sayang "Iya gapapa sayang, yaudah sekarang mandi dan siap-siap biar kamar kita segera dibersihkan." Mereka saat ini memang menginap di hotel dan baru akan cek out besok pagi.

Aila kemudian terburu-buru bangun dari atas tempat tidur untuk menuju kamar mandi. "Sayang. Kamu lupa." ucap dokter Assyraf yang membuat langkah Aila terhenti.

"Apa Mas?"

Dokter Assyraf menunjuk bibir nya, Aila seakan mengerti maksud suami nya itu. "Ih, pagi-pagi gak usah ngegodain deh." ucap Aila yang membuatnya malu dan segera berlari ke kamar mandi. Sementara dokter Assyraf terkekeh dengan sikap istri nya itu.

Mas Assyraf mengenggam tanganku saat menuju lantai bawah menggunakan lift. Aku merangkul lengannya erat. Rasa nya bahagia sekali ketika sudah menjadi pasangan halal. Tak pernah aku menyangka bahwa aku telah menjadi istri dari dosen ku sendiri.

Meskipun perbedaan usia kami cukup jauh yakni 9 tahun, namun entah mengapa justru hal itu yang membuat cinta dan rasa percaya kami semakin kuat. Sejak tadi aku tak berhenti tersenyum saat melihat seseorang yang menggandeng tanganku dengan erat.

"Kamu duduk dulu ya, biar Mas ambilkan makanan nya."

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Melihat punggung kokoh itu membuat pipi ku rasanya memanas dan merona. Siapa yang tidak jatuh hati dengan pria demikian? Sangat memuliakan wanita.

"Ini Mas ambilkan juga buah kesukaan kamu." ucap Mas Assyraf yang membawa sarapan dan buah naga merah.

"Makasih Mas."

"Sama-sama sayang."

Kemudian kami makan dalam diam. Iya, Mas Assyraf memang tak pernah mengijinkan untuk makan sambil bicara karena tidak baik. Apple Mas Assyraf berbunyi, ada sebuah panggilan masuk.

"Hallo, assalamu'alaikum." ucap Mas Assyraf.

"............"

"Waduh mohon ma'af Mas, ini saya masih ngambil cuti liburan, di klinik ada rekan saya dokter Aga, kalau istri Mas mau periksa kandungan sama saya paling lusa saya sudah di klinik."

".............."

"Oh gitu, ya udah Mas kalau gitu lusa ya."

"..............."

"Iya sama-sama. Wa'alaikumussalam wr.wb."

"Dari siapa Mas?" tanya ku penasaran.

"Suami pasien, istrinya memang selalu periksa sama Mas. Gak pernah mau ganti dokter."

"Oh gitu." ucapku seraya mengangguk paham.

"Ya udah kita mau ke pantai sekarang?" tanya Mas Assyraf yang dibalas dengan anggukan ku.

***

"Mas." ucapku.

"Hmmm."

"Aku boleh bertanya sesuatu?"

"Boleh, mau tanya apa?"

"Mmm...Mas kenapa suka sama Aila?" tanya ku dengan hati-hati.

Mas Assyraf tersenyum kemudian mengelus puncak kepala ku saat langkah nya terhenti. Kami sedang berada di pantai dengan ditemani deru ombak dan angin yang cukup kencang. Beberapa orang pun ada yang sedang menikmati pantai bersama pasangan dan keluarga kecilnya.

"Karena Allah. Setiap kali Mas melihat mu, hati Mas merasa tenang dan menyejukkan. Saat awal bertemu di acara reuni fakultas kedokteran Mas sudah tertarik. Cantik, manis, anggun dan kamu pendiam sekali saat itu."

Aku tersenyum mendengar penuturannya, entah mengapa ada rasa yang membuncah saat mendengar pengakuannya tentang diriku. "Bukannya saat itu aku masih sama Kak Abram ya? waktu aku nemenin Kak Abram sebagai pasangan nya."

Mas Assyraf mengangguk. "Iya saat itu kamu memang sedang menjalin hubungan dengan junior saya itu, Tapi jujur dalam hati Mas, Mas itu melihat kamu seperti sudah menemukan belahan jiwa Mas. Apa yang ada di diri kamu itu adalah semua hal yang Mas cari untuk dijadikan pasangan hidup. Mas juga berfikir gak akan menemukan wanita lain yang seperti kamu kalau kamu mungkin menikah dengan Abram. Tapi mungkin ini takdir Allah, mengalir begitu saja, seperti Allah memberi restu untuk kita bersatu."

Aku tersenyum dan mataku mulai berkaca-kaca, tak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa kisah cintaku akan menjadi kisah yang tak pernah terduga. Bagi ku ini sangat romantis. Allah itu Baik banget, rupa nya ini kejutan indah yang mau Allah kasih untuk Aila. Allah memberikan yang jauh lebih baik dan terbaik untuk aku. Dan aku sangat bahagia karena semua orang ikut bahagia saat aku bersama Mas Assyraf.

"Jangan nangis dong, kamu baper ya?" ucap Mas Assyraf terkekeh seraya menarik ku ke dalam pelukannya.

"Iya." ucapku pelan kemudian tersenyum dalam pelukannya.

"Skenario Allah itu selalu membuat pemeran nya takjub. Tak pernah diduga, tak pernah disangka, Allah selalu memberikan kejutan indah jika kita mampu menghadapi ujiannya dengan sabar dan mengikhlaskan segalanya."

[The Greatest Husband]

The Greatest HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang