Pengagum

1.7K 131 10
                                        

"Sebuah kisah cinta akan berdiri sendiri dengan keunikan skenario dalam alur yang tak bisa kita duga sebelumnya."

.

.

*Beberapa bulan yang lalu*

Dokter Assyraf masih berkutat dengan beberapa jurnal yang sedang dibaca. Ia sedang membaca beberapa literatur perihal Miom. Tanpa sadar bila ada yang memperhatikan nya sejak tadi. Seorang residen obgyn dengan rambut lurus sebahu dan memiliki lesung pipit itu menghampiri dokter Assyraf.

"Dok, ini sudah saya salin pasien-pasien dengan miom." Dokter Gea meletakkan nya di atas meja dokter Assyraf.

"Iya, makasih." ucap dokter Assyraf yang fokus dengan jurnal dan layar komputer. Sementara dokter Gea, residen di tahun kedua itu masih berdiri di dekat meja dokter Assyraf. Merasa kurang nyaman, dokter Assyraf mendongak.

"Kenapa masih disini?" tanya dokter Assyraf.

"Oh, iya dok." ucap dokter Gea tersenyum kemudian meninggalkan ruangan.

"Kenapa lu senyum-senyum?" tanya dokter Roy residen obgyn di tahun kedua saat bertemu dokter Gea di lift.

"Kepo."

"Pasti dokter Assyraf? Dokter dingin kayak gitu disukain." ucap dokter Roy bergidik.

"Daripada lo, dia lebih berkarismatik. Cowok idaman gue." ucap dokter Gea tersenyum sumringah sambil menyatukkan kedua telapak tangannnya dan menyangga dagu.

"Dasar lo bucin." ucap dokter Roy dengan heran.

"Biarin."

"Bucin...bucin." ucap dokter Roy kemudian tertawa.

Saat lift terbuka mereka hendak keluar dan berpapasan dengan professor Sirojudin yang membuat dokter Roy dan dokter Gea berhenti tertawa kemudian dengan kikuk mereka menyapa Professor Sirojudin yang dibalas dengan senyuman. Dokter Roy dan dokter Gea menghela nafas kemudian sesaat setelah Professor Siro memasuki lift.

***

"Mas, kata Mama, mau diantarkan makan siang gak?" sebuah pesan dari Aila membuat dokter Assyraf tersenyum geli.

"Dasar, anak kecil." batin dokter Assyraf.

"Iya boleh." balas dokter Assyraf.

"Ya udah tunggu." balas Aila kemudian.

Sekitar 30 menit kemudian Aila sampai di sebuah rumah sakit tempat dokter Assyraf bekerja. Gadis itu menuju ruangan calon suami nya itu.

"Masuk." ucap dokter Assyraf.

Saat masuk ke dalam ruangan, dokter Assyraf sepertinya sedang responsif dengan beberapa mahasiswa koas. Aila tersenyum kemudian mengambil tempat dibelakang dokter Assyraf.

"Ya sudah, kalian boleh keluar." ucap dokter Assyraf.

"Terima kasih dok, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam." Para mahasiswa itu pun menuju pintu untuk keluar ruangan.

"Perempuan itu siapa nya dokter Assyraf nya?" tanya koas Gina.

"Pacar nya kali." ucap koas Hani.

"Cantik banget ya, coba kalau bukan pacar nya dokter Assyraf, gue deketin itu cewek." ucap koas Zaky.

"Cari mati lu." ucap koas Gina.

"Bisa gak lulus stase obgyn yang ada." ucap koas Afif kemudian tertawa.

"Selamat siang, dok." ucap para mahasiswa koas tersebut saat berpapasan dengan dokter Gea.

"Aduh, dokter Gea denger gak ya?" tanya koas Zaky. Dan semua hanya mengangkat bahu sebagai signal ketidaktahuan.

"Siapa yang dimaksud anak-anak koas itu ya? Apa benar dokter Assyraf sudah punya pacar?" batin dokter Gea.

***

"Kamu bawa apa?" tanya dokter Assyraf.

"Emmm, ada capcai, ayam saus padang, dan buah. Aku siapin ya?" ucap Aila yang dibalas dengan anggukan dokter Assyraf sambil tersenyum. Gadis itu membuka satu persatu rantang kotak makan.

"Kamu udah makan?"

"Udah." ucap Aila yang sedang membaca beberapa jurnal diatas meja dokter Assyraf.

"Mas lagi buat penelitian?"

"Iya rencana nya gitu."

Seseorang mengetuk pintu, seorang perawat kemudian masuk ke dalam ruangan.

"Maaf dok, mau mengingatkan kalau satu jam lagi ada operasi."

"Oh iya, makasih sust."

"Iya dok, kalau gitu saya permisi."

"Iya, silahkan."

Aila tersenyum pada perawat tersebut. Gadis itu harus terbiasa dengan kesibukan yang dimiliki sang calon suami. Harus mulai terbiasa dengan prioritas sang calon suami bahwa pasien adalah prioritas utamanya. Mungkin benar, ada pepatah mengatakan bahwa ketika memilih seorang dokter untuk dijadikan pendamping hidup, maka waktu untuk segala romansa akan berkurang.

"Nanti kalau sudah sampai rumah, kirim pesan ke Mas ya." ucap dokter Assyraf saat sudah mengakhiri makan siang nya.

Aila tersenyum "Iya."

"Gak sedih kan?"

"Apaan deh, enggak kok." ucap Aila kemudian dibalas dokter Assyraf dengan mengelus puncak kepalanya seraya tersenyum.

.

.

.

Banyak lah membaca, maka dengan begitu ilmu mu akan bertambah :))

The Greatest HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang