Seperti biasa dalam rutinitas Aila saat ini di pagi hari, morning sickness. Ia merasa tubuh nya benar-benar lemas setiap pagi namun ia sangat menikmati masa-masa trimester awal pada kehamilan pertama nya.
"Mau Mas buatkan teh manis?" tanya Mas Assyraf.
Aila kemudian mengangguk seraya ditopang menuju sofa dan Mas Assyraf mendudukkan nya. "Kamu tunggu sebentar ya, Mas buatkan teh manis." Ucap Mas Assyraf dengan tersenyum.
Melihat punggung kokoh Mas Assyraf, Aila tersenyum menatap suami nya itu dari belakang. "Dia benar-benar suami yang siaga, dan ia pun tak masalah dengan diri ku yang menjadi lebih manja terhadapnya semenjak kehamilan ini ada." batin Aila.
Mas Assyraf datang dengan secangkir teh hangat. "Minum dulu ya sayang." ucap Mas Assyraf dengan lembut.
"Makasih ya, Mas."
Setelah meminum seteguk, perut Aila menjadi hangat dan rasa mual nya sedikit reda. "Mas, hari ini ada jadwal operasi jam berapa?" tanya Aila.
"Sekitar jam 11 an. Tapi Mas ada jadwal poli hari ini, jadi Mas berangkat pagi ke rumah sakit."
Mendengar jawaban Mas Assyraf membuat Aila sedikit kecewa. "Nanti setelah Mas selesai operasi langsung pulang." ucap Mas Assyraf tersenyum sambil mengelus pipi Aila dengan sayang. Ia tahu bahwa istri nya sedikit kecewa. Aila pun tak tahu mengapa perasaan nya jauh lebih sensitif semenjak hamil dan mau nya selalu menempel pada Mas Assyraf. Terkadang Aila merasa geli sendiri dengan sikap nya, namun berbeda dengan Mas Assyraf yang lebih menyukai sikap Aila yang sekarang, karena katanya dia bahagia ada yang manja sama dia. Ada-ada saja.
"Janji ya?" ucap Aila.
"Iya sayang, Mas siap-siap untuk berangkat ya?"
Aila tersenyum kemudian mengangguk. Dicium lah kening Aila oleh Mas Assyraf dengan penuh sayang.
***
Tiba di Rumah Sakit dokter Assyraf memarkirkan mobil nya di parkiran khusus konsulen. Seperti biasa wajah tampan dan tegas nya memang selalu menjadi pusat perhatian. Ditambah dengan sikap dokter Assyraf yang sangat ramah membuat para pasien atau pun tenaga medis lainnya tak sungkan untuk menyapa nya.
"Eh bucin lu udah datang tuh." ucap dokter Roy seraya menyenggol lengan dokter Gea.
"Udah deh gak usah ngeledek gue mulu, jangan nyuruh gue jadi pelakor." ucap dokter Gea sedikit kesal.
"Alhamdulillahhhh...akhirnya teman gue sadar juga." ucap dokter Roy kemudian tertawa.
"Maksud lo?" ucap dokter Gea dengan menatap tajam ke arah dokter Roy.
"Jangan galak-galak buk, nanti susah laku nya. Terbukti kan udah PPDS tapi masih belum sold out." ucap dokter Roy tertawa kemudian berlari sebelum menerima pukulan dari dokter Gea.
"Royyyy....." ucap dokter Gea tertahan, karena ia tak mungkin berteriak di Rumah Sakit. "Awas aja ya lu nanti, kesel banget deh gue jadi nya." ucap dokter Gea yang merasa sangat kesal.
"Permisi, mau tanya." ucap seorang pria berpakaian seragam pilot. Dokter Gea yang merasa ada sebuah tangan menepuk pundak nya pun menoleh.
"MasyaAllah, ganteng nya ini orang." batin dokter Gea.
"Oh iya, silahkan mau tanya apa Mas?" ucap dokter Gea kemudian, untung saja ia cepat menyadari untuk tidak berlama-lama merasa terkesima dengan seorang pria yang ada dihadapannya.
"Ruang Alamanda atau ruang perawatan masa nifas dimana ya? saya dari tadi kebingungan mencari." ucap pria tersebut kemudian tersenyum.
"Ya Allah, baru mau jatuh hati lagi harus patah hati secepat ini. Lagi-lagi kenapa udah punya bini juga sih." batin dokter Gea.
"Oh ya udah Mas bareng saya saja, kebetulan saya jaga di ruangan tersebut." ucap dokter Gea dengan tersenyum.
"Oh iya, terima kasih." ucap pria tersebut dengan tersenyum, senyum nya begitu manis karena terdapat lesung pipi di sebelah kanan nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Husband
RomanceSaat pertama kali Abram menatap Aila dengan mencuri-curi kesempatan. Saat Abram mencoba menghidupkan suasana dan renyah tawa untuk mendekati Aila. Di suatu tempat yang akhirnya menjadi tempat favourite untuk mereka. Akan kah mereka terus menyatu dan...