Mungkinkah?

2.4K 131 19
                                    

"Jadi, persalinan sungsang atau bokong ketika letak janin memanjang dengan bagian terendahnya bisa bokong, kaki atau kombinasi kedua nya." Dokter Assyraf menjelaskan dengan presentasi slide ppt nya yang membahas mengenai patologi kehamilan.

"Ada yang ingin ditanyakan sebelum saya menyudahi pertemuan minggu ini?"

"Ada dok." Sherin mengangkat tangan nya.

"Oke, silahkan."

"Kenapa perkuliahan hari ini cepat sekali dok? Padahal saya masih ingin lebih lama dengan dokter."

"Cieee.." Seluruh mahasiswa di kelas mendadak riuh.

"Gila parah modus nya euy." ucap Raisya.

"Dosen dimodusin awas nilai terancam." ucap Dina seraya tertawa.

"Maksudnya tuh pengen belajar lebih lama kan biar paham, bener gak dok?" ucap Sherin.

Sementara dokter Assyraf hanya tersenyum. Ya, dokter Assyraf tidak pernah marah. Ia pribadi yang asik dan bisa berbaur dengan mahasiswa. Mungkin karena beliau masih muda juga. Jika dokter lain sangat tegas dan harus beretika.

"Saya jadi gerogi kalau di baper in sama bidan-bidan cantik disini." Dokter Assyraf terkekeh.

"Cieee...dokter, bisa an pake baper segala." ucap para mahasiswa.

"Kalau gitu saya harus mengakhiri pertemuan ini karena saya ada panggilan operasi. Saya mohon maaf karena hanya bisa bertemu 30 menit untuk hari ini."

"Gapapa dok, seribu kesalahan pun kami maafin apalagi dokter nya ganteng." ucap Sherin yang langsung disoraki teman-teman sekelas. Ia memang orang yang pandai melucu dan menghidupkan suasana.

"Hmmm, lama-lama saya disini bisa kena diabetes ya. Kalian semua terlalu manis." Dokter Assyraf kemudian tertawa. Semua mahasiswa langsung bersuara "Cieee...Asiiikkk"

"Oke kalau gitu saya permisi, Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Dokter Assyraf melangkahkan kaki nya keluar ruangan. Aila mendapat pesan dari seseorang yang baru saja keluar dari ruangan nya. "Teman-teman mu begitu menawan tapi tetap kamu yang buat hati saya tertawan. Selama perkuliahan kamu diam saja, ada masalah?"

Aku tersenyum membaca pesan nya. Bisa dibilang kali ini aku yang baper. "Apaan sih dok, gak boleh buat baper anak orang. Gak ada, kan lagi serius merhatiin perkuliahan."

"Kirain merhatiin saya."

"Ih apaan sih dok (emot tertawa)"

Setelah itu dokter Assyraf terlihat tidak online lagi. Mungkin dia fokus menyetir. Dan pesan Aila belum dibaca oleh nya.

***

Masih terasa menyesakkan ketika mengetahui Kak Abram kembali dengan mantan nya yang sebelum dengan ku. Aku tersenyum getir menatap foto mereka. Tak sengaja aku melihat story instagram sahabat Kak Abram semalam.

Ilahi, sesak sekali rasa nya. Aku menarik nafas dalam. Tatap ku lurus selama perkuliahan berlangsung. Sungguh, membuat ku tak bisa fokus.

"Aila."

"Eh, iya dok?" jawab ku dengan gugup.

"Coba jelaskan materi yang sudah saya berikan."

Aduh, bagaimana ini? sejak tadi saja aku tidak fokus mendengarkan penjelasan dokter Assyraf. Aku menyikut lengan Mona yang duduk di sebelahku dan sedikit berbisik "Materi nya apaan Mon?"

"Endometriosis."

"Oh oke." Aku langsung menatap ke arah dokter Assyraf.

"Tentang endometriosis ya dok? Baik, dok. Jadi endometriosis atau endometritis eksterna itu didefinisikan sebagai terdapatnya jaringan endometrium fungsional di luar cavitas endometrialis."

"Coba jelasin histogenesis dan terapi medis nya."

"Eummmm." cukup lama aku berfikir. Ah, aku tuh belum baca buku nya sampai selesai semalam.

"Oke, untuk Aila temui saya setelah ini. Saya akhiri perkuliahan hari ini. Wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh."

"Wa'alaikumussalam warrahmatullahi wabarakatuh."

Aku mendengus kesal sementara teman-teman kelas sudah mulai meninggalkan kelas. "Ai, duluan ya. Semangat untuk menemui calon Imam." Mona terkekeh.

"Monaaaaaaa, gak usah ngeledek. Jangan sebut-sebut calon Imam."

"Hahahahaha, ddahh." ucap Mona seraya berlari dari pintu kelas.

Aku pergi ke ruangan dokter Assyraf untuk menemui nya. "Assalamu'alaikum." sambil ku ketuk pintu ruangan nya kemudian membuka pintu.

"Wa'alaikumussalam. Silahkan duduk."

"Baik, dok."

Sementara aku duduk, dokter Assyraf sibuk dengan laptop di hadapan nya. "Nasib jadi mahasiswa kalau nemuin dosen begini nih." ucap batin ku. Rasa nya benar-benar jenuh.

Tanpa terasa aku menunggu nya hingga satu jam duduk di sini. Aku pun memberanikan diri untuk membuka suara. "Maaf dok,....." belum sampai aku menyelesaikan pembicaraanku, dokter Assyraf memotong nya.

"Saya tahu apa yang ingin kamu katakan. Sebentar lagi saya selesai, kalau jenuh baca saja majalah yang ada di depan kamu." dengan kesal aku melihat raut wajah nya yang datar masih terpaku pada laptop.

Tiga puluh kemudian dokter Assyraf menutup latop nya. "Hah, akhirnya." batin ku.

"Ya sudah ayo pulang."

"Ha? Jadi dari tadi saya cuma nungguin dokter terus disuruh pulang? Saya fikir mau dikasih hukuman atau tugas tambahan."

"Tenang saja, hukuman berlaku. Kamu hanya perlu mempelajari resume yang sudah saya kirimkan ke email kamu. Dan karena besok hari libur saya mau mengajak ke perpustakaan besar." Ia tersenyum dan menaikkan satu alis nya.

"Ya ampun dok, buku yang dokter kasih aja saya belum selesai baca."

"Ya salah sendiri. Anak muda suka nya galau." ucap nya penuh penegasan dengan sedikit menunduk tepat wajah kami saling berhadapan sangat dekat. Maklum saja postur tubuh dokter Assyraf begitu tinggi dibandingkan dengan ku.

Kemudian dokter Assyraf berjalan di depan ku. Aku berjalan di belakangnya, dengan penuh kekesalan aku menyumpah serapahi dirinya.

"Tidak usah kesal dengan saya nanti jatuh hati. Jangan menyumpahi saya, nanti kamu jadi cinta mati sama saya. Jangan galau in Abram lagi, dokter macam dia gak pantas kamu tangisi. Kamu masih anak kecil, tugasmu belajar." Dokter Assyraf bicara tanpa menoleh sedikitpun ke belakang. "Ini orang paranormal apa gimana yak? Astaga semua bisa ditebak." batin ku bertanya-tanya.

"Aww, SubhanAllah dokter." keluh ku saat dokter Assyraf tiba-tiba menghentikan langkah nya.

"Saya lupa menyampaikan pesan Mama, besok malam ada acara makan malam keluarga besar dan Mama mau saya mengajak kamu."

"Emmm, aduh gimana ya."

"Gak usah bingung. Mau jawabanmu iya atau tidak, kamu tetap harus datang bersama saya. Dan saya mohon Ai, mulai lah melupakan Abram karena saya mau kamu jadi istri saya." Kemudian dengan salah tingkah ia memutar tubuh nya dan berjalan kembali.

Sontak aku tercengang dengan ucapan dokter Assyraf. Ya Tuhan, dia kah obat pengganti untuk saya?

"Jangan kelamaan bengong, atau saya tinggal disini." ucap nya lagi.

"Eh, i-iya."

Aku pun berjalan di belakang dokter Assyraf dengan perasaan yang tak karuan. Aku masih tidak percaya dan tak habis fikir dengan ucapan nya barusan. Dokter Assyraf adalah dosen sekaligus senior Kak Abram. Ini kah takdir?

***

The Greatest HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang