Suasana IGD umum cukup padat dengan beberapa pasien yang baru datang.
"Sus,tolongin istri saya sus, dia lagi hamil." ucap suami pasien dengan nafas yang terengah-engah.
"Bapak tenang ya, biar saya tangani dulu."
Pasien tersebut merintih kesakitan sambil memegangi perutnya. "Hamil berapa bulan bu?" ucap dokter umum yang sedang jaga.
"Sekitar dua bulan dok."
"Infus dulu deh sus, saya laporan dulu ke bidan jaga."
"Oke dok."
Dokter Yuris menghampiri Bidan Tia di ruang ponek yang sedang memeriksa pasien rujukan dengan KPD.
"Bidanku...." ucap dokter Yuris.
"Iya dok."
"Ada pasien mu, kecelakaan motor, hamil dua bulan, gak ada perdarahan cuma ngeluh perut nya sakit."
"Gak ada perdarahan? Gak bisa saya VT juga dok untuk liat serviks nya terbuka atau enggak, belum bisa di BJA juga. Langsung konsulin ke spesialis aja dok. Hari ini ada dokter Assyraf."
"Oke-oke, siap-siap."
"Oke dok."
***
"Sayang, makan diluar yuk." sebuah notifikasi chat dari Mas Assyraf membuat ku tersenyum.
"Mau makan dimana Mas?" balasku.
"Di Kafe dekat Rumah Sakit tempat Mas bekerja saja."
"Ya udah, Aila siap-siap dulu. Kita ketemu disana."
"Oke sayang."
Sampai di Kafe aku mencari Mas Asyraf namun sepertinya ia belum ada disini. Sementara menunggu Mas Assyraf aku mencari tempat kosong dan memesan minum terlebih dahulu.
"Coffee Latte nya satu ya mba."
"Oke, silahkan ditunggu ya kak."
Aku tersenyum mengangguk. "Mas kamu dimana?" aku mengirimkan sebuah chat pada nya.
"Dengan Mba Aila?"
"Iya Mas."
"Pesanan nya satu coffee latte ya." ucap nya seraya meletakkan nya diatas meja.
"Iya terima kasih Mas."
"Silahkan dinikmati, Mba nya sendirian aja?"
"Saya lagi nunggu suami saya."
"Oh oke. Kalau gitu saya permisi Mba."
Aku hanya mengangguk dan melihat ekspresi Mas tersebut dengan wajah kecewa.
"Ternyata istri orang." ucap Pak Indra yang dibalas dengan tawa para karyawan nya.
"Kasian si Bos, belum beruntung Bos." ucap Agung seraya tertawa. Saat Agung hendak mengantarkan minuman, Pak Indra memang mencegah nya dan menawarkan diri untuk mengantar minuman tersebut pada Aila. Rupa nya Pak Indra terpesona pada pandangan pertama saat Aila masuk ke kafe.
"Ya udah saya ke dalam dulu."
"Oke Bos, yang sabar Bos." ucap para karyawan yang masih tak mampu menahan tawa.
Satu jam berlalu namun dokter Assyraf belum juga datang menghampiri Aila. "Mas dimana? Hampir satu jam aku nnggu kamu disini." Aila mengirim pesan chat dengan emot sedih. Akhirnya Aila memutuskan untuk pulang kembali ke rumah.
"Kesel banget deh, Mas Assyraf nih kebiasaan." Aila merasa kesal karena menunggu suami nya itu.
Saat Aila dalam perjalanan, Mas Assyraf menghubungi Aila namun Aila enggan mengangkat telpon dari suami nya itu karena masih merasa kesal.
"Sayang angkat dong, ma'af tadi ada pasien darurat da nada operasi cito. Ma'af in Mas, Ma'af banget."
Aila hanya me-read pesan tersebut.
"Sayang balas dong."
Lagi-lagi Aila hanya me-read pesan tersebut.
Dokter Assyraf merasa frustasi karena pasti istrinya itu sangat marah. Ingin rasa nya ia kembali ke rumah segera namun ia masih ada jadwal operasi yang sudah terjadwal.
"Teh kalau cewek ngambek harus gimana?" tanya dokter Assyraf pada teh Eva.
"Kenapa dok? Istrinya lagi ngambek ya?" tanya teh Eva seraya terkekeh.
"Iya nih."
"Waduh, manten baru udah berantem aja. Ya minta ma'af atuh dok, akuin kesalahannya, kasih hadiah." ucap teh Eva.
"Bawain bunga sama kartu ucapan ma'af. Kayak suami saya pasti gitu andalan nya." ucap Kak Intan seraya terkekeh yang sudah hafal dengan suami nya.
"Ya udah makasih teh Eva, Kak Intan." ucap dokter Assyraf seraya mengangguk sambil berfikir.
"Eh iya dok, pasien bu Fiona udah bisa dipindah kan?" tanya teh Eva.
Dokter Assyraf melirik jam ditangan nya. "Oh iya, bisa-bisa udah bisa. Saya mau ke ruang operasi dulu ya."
"Iya dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Husband
Lãng mạnSaat pertama kali Abram menatap Aila dengan mencuri-curi kesempatan. Saat Abram mencoba menghidupkan suasana dan renyah tawa untuk mendekati Aila. Di suatu tempat yang akhirnya menjadi tempat favourite untuk mereka. Akan kah mereka terus menyatu dan...