"Atmosfir rindu kian mengudara sejak percakapan aku dan kamu tak lagi menjadi hal yang menyenangkan."
(Aila Naras Dimantoro)
Aku melirik jam tangan, sudah pukul 16.00 WIB. Aku ada janji dengan Kak Abram di cafe hari ini. Aku membereskan buku ku, perkuliahan hari ini tidak begitu padat karena ada dosen yang tidak hadir. Aku juga tidak tahu mengapa Kak Abram mengajak ku bertemu. Mungkin kalian semua berfikir aku bodoh karena masih bersikap baik padanya. Tapi, aku tak ingin ada kesenjangan yang terjadi diantara aku dengannya meskipun aku sering merasakan sakit karena diri nya.
"Ai, mau pulang bareng gak?" ajak Mona yang sudah berdiri tepat di samping ku duduk.
"Duluan aja Mon, aku mau ke cafe dulu."
"Ngapain ke cafe?"
"Ada urusan." ujar ku tersenyum. Aku tidak bisa memberitahu Mona, karena ia pasti akan ikut dengan ku.
"Oh gitu, perlu ditemenin gak nih?"
"Enggak usah, duluan aja."
"Oke. Gue duluan yaaa, ayang beb Tito udah jemput juga." ujar Mona sambil cengengesan.
"Dasar, yaudah sana gih." Aku terkekeh.
Mona berjalan ke luar kelas,sampai di ambang pintu ia membalikkan tubuh nya dan melambaikan tangan. "Duluan ya Ai." Aku hanya tersenyum.
Smartphone ku bordering. Ada panggilan suara dari dokter Assyraf.
"Hallo, assalamu'alaikum. Iya dok?"
"Kamu dimana?"
"Masih di kampus, ada apa ya dok?"
"Belum pulang? Saya mau memberitahu kamu di klinik saya ada pasien nifas. Kamu mau ambil kasus nya tidak?"
"Mau banget dok, kebetulan aku belum sempat mencari pasien Ibu nifas. Terima kasih, dok." Aku bersyukur akhirnya dapat juga pasien Ibu nifas. Sebelum nya aku memang bertanya pada dokter Assyraf apakah di klinik nya ada pasien Ibu post partum. Ibu post partum itu Ibu yang habis melahirkan. Ketika itu belum ada, jadi ku bilang pada dokter Assyraf jika nanti ada aku meminta nya untuk menghubungi ku.
"Mau ke klinik kapan? Pasien saya baru pulang besok sore. Kalau mau hari ini nanti biar saya minta tolong dokter Aga, karena hari ini saya harus terbang ke luar kota."
"Oh kalau begitu besok saja dok. Nanti merepotkan, lagi pula saya sore ini ada urusan juga. Dokter mau kemana memang nya?"
"Kamu panggil saya Kakak saja, terkecuali sedang di pendidikan dan klinik atau rumah sakit."
"Iya maaf Kak. Kakak mau kemana memang nya? Kakak belum jawab." Aku tertawa.
"Iya saya harus berangkat ke Yogya bersama tim saya untuk promosi perusahaan bisnis kesehatan yang baru di bangun."
"Oh begitu, hati-hati ya dok. Semangattt." ucapku dengan nada semangat untuk menyemangati nya.
Dokter Assyraf tertawa "Kamu ini, sudah di bilang kakak saja kalau lagi di telpon seperti ini."
"Hehehe....iya dok, eh kak. Maaf khilaf."
"Ya sudah, makasih ya semangat nya. Nanti saya beritahu dokter Aga kalau besok kamu mau ke klinik. Dia sahabat saya."
"Iya kak, oke."
"Saya tutup ya, assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam."
***
Aku hampir saja lupa untuk pergi ke kafe. Aku pergi ke kafe dengan naik kendaraan umum. Karena jalanan macet jadi ku putuskan untuk naik gojek dibandingkan gokar. Sampai di kafe, aku belum melihat Kak Abram. Ku fikir aku akan terlambat. Aku memesan secangkir kopi kesukaan ku, coffee latte.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Greatest Husband
Roman d'amourSaat pertama kali Abram menatap Aila dengan mencuri-curi kesempatan. Saat Abram mencoba menghidupkan suasana dan renyah tawa untuk mendekati Aila. Di suatu tempat yang akhirnya menjadi tempat favourite untuk mereka. Akan kah mereka terus menyatu dan...