📍LIMA PULUH TUJUH📍

2.7K 120 8
                                    

Keesokan harinya, Rara bangun seperti biasa dan sudah siap dengan stelan seragam sekolahannya.

Hari ini, Rara akan dijemput oleh Daniel, seperti dulunya, meskipun baru sekali kemarin Rara berangkat sendiri kesekolahan.

"Pagi Ma"Sapa Rara saat tiba dimeja makan.

"Pagi sayang"Jawab Ghina dan tersenyum kearah Rara yang baru saja menduduki bokongnya di atas bangku.

"Ma, nanti Rara izin mau kerumah sakit boleh? "Tanya Rara meminta izin kepada Ghina.

"Boleh, tapi kalau pulangnya telat tolong kabari Mama supaya Mama juga nggak khawatir"Jawab Ghina.

"Siap"Kata Rara.

"Sheila juga izin ya Tan"Kata Sheila.

"Iya, kalau pulangnya agak telat jangan lupa kabari Tante dulu"Jawab Ghina.

"Iya Tan"Kata Sheila.

"Terus, kalau babang tersayangnya nelfon, tolong diangkat!"Tambah Rado saat ia keluar dari kamarnya.

"Iya iyaa"Jawab Rara.

"Jangan di iya iyain aja! Tapi dilaksanakan!"Ketus Rado dan menarik bangkunya dan duduk dibangkunnya.

"Ish! Ribet banget sih!"Jawab Rara da melahap sarapannya.

"Bukannya ribet! Tapi perhatian tau!"Kata Rado tak mau dirinya dikatakan ribet. Apalagi ia adalah seorang lelaki, tidak mungkin imagenya jatuh karna dikatakan ribet.

"Iyain aja, supaya dia seneng"Jawab Rara dan kembali menyuap sarapannya.

"Iya dong"Kata Rado.

Setelah itu, merekapun melahap sarapan mereka. Tidak ada yang membuka topik pembicaraan, tak ada yang memulai perdebatan ataupun pertengkaran. Yang hanya berbunyi adalah dentingan dentingan sendok yang beradu diatas piring mereka.

Tiit... Tiit... Tiit...

Suara klason motor diluar memecahkan keheningan diantara mereka.

"Daniel udah dateng, Rara pamit dulu"Kata Rara dan meneguk air putihnya. Setelah itu, Rara pun menyalami tangan Ghina dan melambaikan tangannya kearah Rado dan juga Sheila.

"Sopan dikit atuh neng, salim gitu sama abangnya! "Kata Rado.

"Biasanya kan nggak ada salim saliman! "Jawab Rara dan beranjak keluar rumah.

Ia pun mengenakan sepatunya dan menghampiri Daniel yang kini sedang duduk diatas motornya dengan helm full face nya.

"Hai! "Sapa Daniel saat melihat Rara tengah menutup pagar rumahnya.

"Hai"Jawab Rara dan menyunggingkan senyuman manisnya. Setelah itu, Daniel pun memberikan helm yang biasa dikenakan oleh Rara,dan Rarapun langsung mengenakannya. Setelah itu, Rara pun naik keatas motornya Daniel dan Daniel pun mengendarai motornya kesekolahan.

"Oh ya Niel,gimana luka lo? Udah dibersihin kan?"Tanya Rara saat dirinya teringat akan luka yang ada dipelipisnya akibat perseteruan tadi malam.

"Udah,tapi gue bersihin sendiri tau"Jawab Daniel.

"Kenapa? Kan ada Kak Reina, dia kan suster seharusnya dia kan ngobatin luka lo"Tanya Rara.

"Dia bilang mampus gara gara gue nggak angket telfonnya, yaudah dia ngambek dan tadi pagi aja gue nggak disapa"Jawab Daniel.

"Curhat ya? "Tanya Rara.

"Kan kamu yang nanya, bukannya curhat! "Jawab Daniel sedikit menggurutu kesal.

RAQUELLA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang