📍SEMBILAN📍

4.7K 241 0
                                    

Setelah puas berpelukan,merekapun melepaskan pelukan mereka dan berjalan menuju kelas mereka masing masing.

"Byee"Kata Vanilla dan Shellyne.

"Byee"Jawab Rara dan fani.

Lalu,Rara dan Fani masuk kedalam kelas dan meletakan tas mereka.

"Nanti abis pulang sekolah lo mau kemana Ra?"Tanya Fani

"Gue mau ke butiq Mama,soalnya Mama tadi pagi nyuruh gue buat ke butiq"Jawab Rara.

"Ooh gitu"Kata Fani

"Kalau lo gimana?"Tanya Rara.

"Gue mau ke gramedia,gue mau beli novel baru"Jawab Fani.

"Ooh gitu,mm kalau nggak disuruh Mama gue pengen banget ikut lo ke gramed"Kata Rara.

"Kayaknya lain kali aja ya"Jawab Fani. Rara mengangguk.

Kring!!!
Bel tanda masukpun berbunyi. Semua siswa pun langsung duduk dibangku masing masing menunggu kedatangan guru yang akan mengajar.

"Duuh guru kok belum masuk juga ya?"Tanya Rara yang mulai bosan menunggu kedatangan guru.

"Tau tuh lama bangett"Jawab Fani yang juga mulai bosan.

"Fan,ke toilet yuk gue kebelet"Kata Rara. Fanipun mengangguk. Lalu,mereka langsung keluar kelas tanpa izin dan berjalan menuju toilet.

Saat berjalan menyusuri koridor,Rara melihat kelas Daniel tengah olahraga basket. Rara senyum senyum sendiri saat melihat Daniel bermain basket.

"Raa.."Kata Fani

"......"

"Rara?"Panggil Fani lagi.

"....."

"Raraaaa!!!"Pekik Fani. Rarapun terperanjak mendengarkan teriakan Fani.

"Fani!! Apaan sih? Kok teriak teriak?"Tanya Rara.

"Lo yang kenapaa? Kenapa lo bengong?"Jawab Fani.

"Ngg..nggak kok gue nggak bengong"Elak Rara. Dan saat mendengar teriakan Fani,Daniel sempat menoleh kearah Rara dan tersenyum,namun Rara tidak menyadari hal tersebut.

Beberapa detik kemudian,mereka sampai di toilet. Rara pun masuk kedalam kamar mandi. Setelah selesai,Rara memperhatikan wajahnya.

"Kenapa gue seneng banget ya ngeliat Daniel? Seolah olah Daniel itu adalah Deriel. Apa mungkin Daniel itu sepupunya Deriel? Andaikan iya,kenapa dia waktu itu ngungkit masalah Deriel ke gue? Kalau dia beneran mau gue berubah seharusnya dia nggak ngatain gue dong?"Pikir Rara.

"Terus siapa dong sepupunya Deriel? Apa mungkin Rendi? Nggak mungkinlah! Rendi itu seangkatan sama gue sedangkan sepupunya Deriel itu lebih tua dari dia!"Pikir Rara lagi.

"Woi Ra!! Lo masih lama?"Tanya Fani menggedor gedor pintu kamar mandi.

"Iya bentar"Jawab Rara.

"Udahlah ya,kenapa juga gue pikirin? Rumit banget sih!"Batin Rara dan keluar dari kamar mandi.

Kemudian,Rara dan Fani berjalan kembali menuju kelas. Saat berjalan dikoridor,masih ada Daniel dan teman temannya yang masih bermain basket. Namun...

Bruk!.
"Awwww"Pekik Rara saat kepalannya mengenai sesuatu.

"Raa!!"Pekik Fani dan perlahan Rara jatuh kelantai dan pingsan. Rara terkena pot yang jatuh dari lantai atas,entah siapa pelakunnya. Daniel yang melihat Rara pingsan langsung berhenti main dan berlari menuju arah Rara.

"Ra..."Kata Fani berusaha membangunkan Rara.

"Fani,Rara kenapa?"Tanya Daniel.
"Kepalannya kena pot bunga Kak,dari lantai atas tapi kita nggak tau siapa pelakunnya. Tolongin Rara Kak"Jawab Fani dengan berlinang air mata. Daniel mengangguk dan berusaha mengangkat Rara. Kepala Rara saat ini mengeluarkan banyak darah.

"Fan,lo ambil baju putih gue disana buruan!"Kata Daniel. Fani mengangguk dan mengambil baju putih Daniel. Setelah itu,Fani memberikannya kepada Daniel dan Daniel menekannya dikepala Rara agar darah tidak banyak yang keluar. Saat ini,baju Daniel sudah penuh dengan darah begitu pula dengan tangannya.

Setibannya di UKS,Rara langsung dibaringkan dikasur UKS. Kebetulan,ada dokter jaga disana.

"Dok tolongin Rara"Kata Daniel.

"Rara kenapa Daniel?"Tanya Dokter ella dan mulai membersihkan luka dikepalanya Rara.

"Tadi kepalannya kena pot bunga dari lantai atas dok"Jawab Daniel. Dokter Ella mengangguk dan terus membersihkan lukannya.

1 jam kemudian,darah rara sudah berhenti mengalir dan kini kepalannya diperban.

"Gimana dok?"Tanya Fani.

"Kami tenang aja,kepalannya Rara sudah tidak mengeluarkan darah. Beberapa menit lagi Rara akan sadar sebaiknya Rara dibawa pulang saja"Jawab dokter Ella. Fani mengangguk. Kemudian,dokter ella pun pergi.

"Fan,lo udah hubungin Mamanya?"Tanya Daniel.

"Udah,sekarang beliau lagi diperjalanan"Jawab Fani.

"Ooh syukurlah"Kata Daniel.

"Makasih ya Kakak udah nolongin Rara"Kata Fani.

"Itu kewajiban gue"Jawab Daniel. Fani mengernyitkan dahinnya tak mengerti.

"Sebagai ketua osis yang baik dan Kakak kelas yang baik. Lagian gue kan udah kenal juga sama Rara"Timbal Daniel. Fani pun mengangguk.

"Ya udah kalau gitu gue mau bersih bersih dulu. Lo temenin Rara sampai Mamanya datang"Kata Daniel lagi.

"Iya Kak"Jawab Fani. Kemudian,Danielpun pergi meninggalkan UKS.

Tiba tiba saja badan Daniel kaku,dadannya sesak. Mungkin ini efek karna dia melihat darah dan juga menempel ditubuhnya. Daniel,memang tidak bisa melihat darah karna efeknya adalah dia akan sesak nafas.

Sebisa mungkin,Daniel mengatur napasnya. Ketika sudah dirasa normal,Daniel berjalan menuju lokernya dan mengambil baju seragamnya. Daniel,memang menyediakan baju seragam didalam lokernya. Sedangkan bajunya yang terkena darah,ia buang.

"Fan.."Kata Rara saat sudah sadar.

"Iya Ra"Jawab Fani.

"Mama masih lama?"Tanya Rara.

"Mama lo mungkin terjebak macet. Lo yang sabar ya"Jawab Fani

"Kepala gue pusing banget. Semuanya muter muter"Kata Rara lagi.

"Lo bawa tidur aja ya,siapa tau dengan lo tidur sakitnya bisa ilang"Jawab Fani. Rara mengangguk dan memejamkan matannya

30 menit kemudian,Mamanya Rara datang. Di UKS sudah rame dengan guru guru yang melihat keadaan Rara.

"Ra.."Kata Mama.

"Mama"Jawab Rara

"Iya sayang,kita kerumah sakit ya"Kata Mamannya.

"Nggak,Rara nggak mau. Rara mau pulang"Jawab Rara.

"Tapi Ra--"

"Please Ma"Kata Rara lagi
Mamanya hanya bisa mengangguk. Lalu,Rara didudukan dikursi roda karna Rara masih pusing bila harus berjalan.

"Fani,nanti tolong kamu antarin aja ya tasnya Rara"Kata Mama.

"Iya Tante"Jawab Fani

~~~
Hai hai hai!!! Kembali lagi dengan aku Fatya!!! Hari ini bisa update lagi. Dan jangan lupa vote and comment yaaaaaaa

RAQUELLA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang