Part 28

3.3K 111 0
                                    

Ini sudah hari ke-4 dari awal masuk semester dua. Kara sudah siap dengan kerangka buatannya. Kini dia hanya menunggu kabar dari Erin. Ya sudah beberapa hari ini Erin yang selalu bertemu dengan Edo. Dia bilang Edo tidak marah dengannya dan sedang membantunya untuk menyelesaikan brosur itu.

Ceklek

Pintu ruang mading terbuka. Terlihatlah Mr Juan dengan kemeja garis-garis dibalut celana bahan bewarna hitam.

"Kara bagaimana hasilnya, saya ingin melihat sebelum di pasang nanti ?" suara bariton itu.

"Eh..eh.. Kerangkanya sudah jadi cuma tulisan di dalamnya masih menunggu Erin dan Kak Edo Mr" Jawab Kara dengam sedikit gugup.

"Oke, saya tahu kamu cuma bekerja berdua dengan Erin. Suci belum balik sedangkan Nana kamu pecat. Itu keputusan kamu yang memecat orang sedangkan kamu sendiri sedang kesulitan". Alis Kara mulai mengerut mendengar suara Mr Juan yang bilang dirinya memecat Nana.

"Apalagi yang wanita itu katakan" batin Kara.

"Kemarin Nana menghadap saya. Dia bilang kamu memecat karena dia tidak bisa fokus dengan mading. Kenapa kamu bisa membuat keputusan seperti itu. Seharusnya kalau kamu mau memecat orang, kamu harus bicarakan dulu dengan saya. Bukan berarti kamu ketua disini bisa berbuat seenaknya. Saya sedikit kecewa dengan perbuatan kamu. Saya sudah meminta Nana untuk tetap bergabung disini. Tetapi dia menolak karena dia ingin fokus dengan eskul vokalnya. Saya harap kamu bisa meminta maaf kepada Nana. Dan satu lagi. Saya ingin melihat secepatnya brosur itu" ucap Mr Juan dengan sedikit marah.

"Baik Mr nanti saya akan antar ke meja Mr" ucap Kara sambil membungkukkan sedikit badannya untuk memberi hormat kepada Mr Juan yang ingin keluar dari ruangan itu.

Kara meraup mukanya dengan satu tangan, setelah Mr Juan menghilang dari balik pintu. Dia tidak menyangka Nana bisa berkata seperti itu. Kara menarik nafas berat dan membereskan ruangannya. Sore ini dia ingin menyusul Erin yang belum ada kabarnya, setelah tadi Erin bilang ingin pergi menemui Edo.

Kara memang sedikit curiga, kenapa setiap Erin menemui Edo dia tidak pernah meminta ditemani. Dan selalu berkata sedang menyelesaikan bersama Edo, tetapi sampai saat ini hasilnya belum sampai juga ditangan Kara. Kara melangkah dengan cepat, karena sekolah sudah mulai sepi. Semua sudah pulang. Kara juga sudah izin dengan Tante Nia kalau dia pulang telat.

Dia melihat ruang OSIS sepi sekali, pintunya tertutup. Sepertinya tidak ada kegiatan OSIS disana. Kara menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Dimana Erin, kalau dia sudah pulang harusnya dia mengabari aku ?" ucap Kara pelan yang memelankan ayunan langkah kakinya menuju pintu ruang OSIS.

Deg

Kara yang tadinya ingin mengetuk pintu, menahan tangannya, dia mengintip dari jendela. Disana terlihat Erin sedang mundar-mandir mengikuti Edo yang sedang merapikan barang-barang OSIS.

"Ka, saya mohon kakak bantu kita. Karena besok sudah waktunya kertas ini diberikan kepada Mr Juan" ucap Erin dengam nada yang sedikit memelas.

"Maaf, saya sudah bilang saya tidak bisa membantu kamu ataupun teman kamu itu. Bukannya teman kamu pintar membuat karangan. Minta saja dia mengarang cerita" ucap Edo dingin.

"Tapi Kak, ini permintaan Mr Juan. Kita harus merundingkan dengan Kakak. Kalau semuanya kita yang buat tanpa persetujuan Kakak, Mr Juan akan kecewa" dengan nada pasrah.

"Kamu minta tolong sampai kapanpun saya tidak bisa membantu kamu. Silahkan kamu keluar pintunya ada disana" final Edo sambil menunjuk kearah pintu keluar. Erin memejamkan matanya dan menarik nafas berat. Saat matanya terbuka.

Backstreet [END] Publish AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang