Part 45

2.8K 93 1
                                    


Kara terlihat sedang melamun, dia terus memikirkan perkataan Kinan. Kara memejamkan matanya, dia mencoba melihat isi hatinya.

"Tante, Om, Kara rindu kalian" ucap Kara pelan.

Ceklek
"Selamat pagi sayang" Sapa Tante Letta yang baru saja memasuki kamar Kara.

"Pagi Tante" balas Kara dengan senyuman di wajahnya.

"Kenapa belum siap-siap ? Setelah sarapan kita akan berangkat terapi" ucap Tante Letta yang bingung melihat Kara masih bersandar di ranjangnya.

Tante Letta membantu Kara bangun dari ranjangnya. Perlahan memapah Kara memasuki kamar mandi. Tante Letta mulai membuka lemari baju Kara, dan menyiapkan pakaian yang akan Kara gunakan. Sementara itu Kara menyelesaikan aktivitas mandinya.

"Anak Papa cantik" ucap Sam yang mencium kening Kara.

"Papa, akan mengantar Kara terapikan ?" tanya Kara. Sam menatap Letta sebentar.

"Maaf, sayang. Papa ada meeting penting. Papa janji, setelah meeting selesai Papa akan menjemputmu dan kita akan jalan-jalan" Sam menyemangati Kara yang terlihat murung.

Kara hanya bisa pasrah menjalani terapi tanpa Sam. Dia mengetahui kesibukan Papanya. Kara pun sedih melihat Papa yang terlilah lelah jika pulang terlalu malam. Di hati kecilnya dia sangat bahagia memiliki Papa seperti Sam yang menyayanginya.

Kara terlihat sedang belajar berjalan, ditemani oleh Tante Letta dan satu suster. Perlahan Kara melangkahkan kaki-kakinya. Satu jam sudah berlalu, ada banyak kemajuan, Kara sudah tidak begitu sakit bila menjejakkan kakinya. Kini dia bersama dengan Tante Letta sedang duduk di Lobby.

"Tante, aku boleh minta tolong?"

"Apapun sayang" ucap Tante Letta lembut.

"Boleh, aku- Meminjam ponsel Tante?" tanya Kara ragu.

"Silahkan" ucap Tante sambil memberikan ponselnya.

Kara mengambil ponsel tersebut, dia mencoba menjalankan kursi rodanya. Saat Tante Letta ingin membantunya, Kara tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Dia meminta waktu untuk sendiri. Kara sudah berada di tempat yang agak sepi, dia mencoba menekan beberapa nomor yang dia ingat. Saat tinggal menekan tombol hijau, Kara sangat ragu. Akhirnya dia menghapus kembali nomor tersebut.

Kara mulai menekan lagi nomor yang berbeda. Kara terdiam beberapa saat menatap layar ponsel milik Tante Letta. Jarinya seakan berat untuk menyentuh tombol hijau itu. Kara menggelengkan kepalanya, mengusir rasa ragu. Akhirnya dia memberanikan diri untuk menekan tombol hijau.

"Hallo" ucap seseorang di seberang sana.

"..." Kara terdiam tidak menjawab.

"Hallo" ucap orang itu lagi.

"Erin" ucap Kara pelan.

Deg..deg..
Orang diseberang sana terdiam sejenak, mencoba mengenali suara yang sangat dia kenal dan dia rindukan. Selama sebulan ini, Kara tidak pernah ada kabar.

"Ka...ra" ucap Erin tak percaya.

"Apa kabar ?"

"Baik. Jadi kamu masih ingat aku, hah? Setelah sebulan tidak pernah mengabari. Apa kamu sudah lupa dengan kami disini. Hiks..hiks..." Erin yang tak kuat karena sahabat yang dia rindukan akhirnya menelepon.

"Erin, maaf. Aku baru bisa menghubungi sekarang-"

"Sudahlah. Jadi bagaimana kabar kamu disana ?"

Backstreet [END] Publish AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang