Part 40

3.2K 106 4
                                    

Tuh kan benar aq publish 2 part...

Ayo makanya vote ya biar publishnya rajin 😊😊

Happy reading
.
.

Ninut...ninut...ninut...
Suara mobil ambulance memecah jalan raya. Mobil ambulance terus melaju menuju rumah sakit terdekat. Mobil ambulance itu sampai di Atmaja Hospital, salah satu rumah sakit besar yang terdekat dari tempat kejadian dan sekolah mereka. Rumah sakit itu juga salah satu Aset keluarga Atmaja atau Kakek dari Edo.

Para suster berlari dan mulai mendorong tempat tidur beroda dengan berisikan Kara yang masih tak sadarkan diri. Selang infus sudah terpasang sejak Kara di mobil ambulance, terlihat satu suster memegang ranjang rumah sakit sambil mendorong Kara, satu suster lagi sibuk memegang infusan Kara agar tetap berjalan. Mereka semua berlari kecil diikuti isak tangis Erin dan Suci, begitu juga dengan Key yang sangat panik bersama Edo.

"Maaf, kalian tidak boleh masuk, biarkan para dokter yang menanganinya" ucap satu suster sambil menunjukkan telapak tangannya ke depan, ketika Key, Erin, Suci, dan Edo hendak masuk.

Pintu telah tertutup, mereka semua menunggu di bangku panjang yang tersedia disisi dinding. Pecah tangis Erin dan Suci semakin kencang.

"Ini semua salah kamu, ini salah kamu Edo. Kamu jahat. Aku benci kamu. Aku menyesal sudah mengenal kamu" ucap Erin yang marah sambil memukul-mukul dada Edo.

"Maaf" hanya satu kata penyesalan dari Edo. Dia juga merasa bersalah, kalau saja dia tidak egois, pasti semua ini tidak akan terjadi.

"Kamu, hanya bisa minta maaf. Sekarang kamu lihat, sahabat terbaik aku, sedang dalam terbaring antara hidup dan mati. Bagaimana aku bisa memaafkan kamu?" ucap Erin sambil menunjuk kamar dimana Kara sedang ditangani oleh para dokter.

"Hah, bagus aku lebih memilih Kara, dibandingkan cowok pengecut seperti kamu" marah Erin lagi.

Plak
Satu tamparan panas mendarat sempurna dipipi kanan Edo. Edo hanya bisa tersenyum dan mengelus pipinya. Dia tidak bisa melawan, karena dia merasa sangat bersalah.

"Erin, sudah, lebih baik kita doakan Kara, agar tidak terjadi apa-apa" bujuk Suci sambil merangkul bahu Erin dan membantunya duduk.

Bugh
"Pergi kamu dari sini. PERGI" ucap Key yang marah dan berhasil mendaratkan satu pukulan tepat di pipi kiri Edo.

Edo hanya pasrah, dia berbalik dan melangkah pelan, dia tidak bisa melawan, dia benar-benar menyesal.

"Hiks..hiks.. Kara, maafin aku, Kara maaf" ucap seorang wanita yang berlari kencang sambil berdiri di depan kamar operasi Kara.

"Minta maaf, kata kamu. SEMUA INI GARA-GARA KAMU" kali ini Erin sudah bangkit dan berhadapan dengan perempuan yang menangis.

"Erin, maaf, aku menye-"

Plak
Satu tamparan kembali mendarat di pipi Nana. Nana hanya bisa mengelus pipinya. Belum selesai dari tamparan Erin, kini dia harus merasakan satu lagi dipipi sebelahnya.

Plak
Kali ini dari Suci. "Ini buat semua pengkhianatan LOE, PERGI DARI SINI" ucap Suci sambil sedikit meninggi.

Nana hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya, dia tidak mau pergi, dia ingin menemani Kara. Dia menyesal. Sangat menyesal.

"Mohon maaf, ini rumah sakit, tolong kalian tidak membuat keributan disini" ucap salah satu suster yang menghampiri mereka.

"Pergi dari sini Na, atau perlu aku panggil satpam untuk menyeret kamu keluar" ucap Erin yang sudah menetralkan perasaannya, tetapi kata-katanya masih dingin dan seperti ingin menerkam Nana.

Backstreet [END] Publish AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang