Malam pun tiba. Ini adalah malam terakhir mereka kemah. Karena besok pagi mereka sudah pergi meninggalkan tempat ini. Api unggun sudah menyala semua peserta kemah dan para guru duduk mengelilingi api unggun.
Pada acara api unggun ini, akan ada penampilan dari kelompok yang kalah. Dan hanya ada lima kelompok yang berhasil mendapatkan lima bendera. Termasuk kelompok Kara. Sayang sekali Key dan kelompok yang kalah harus in the spot menyiapkan penampilan untuk api unggun ini.
"Oke, sekarang kita tampilkan penampilan dari kelompok ungu" terdengar suara Miss Sarah sebagai MC.
Lima orang dari kelompok ungu sudah berada ditengah-tengah dekat api unggun. Mereka sudah siap dengan tariannya.
Sementara itu Nana sedang memetik gitar milik Jody. Nana menarik nafasnya. Dia bingung mau menampilkan apa seorang diri. Sedangkan kelompok lain yang kalah, tidak ada yang tampil sendirian seperti dirinya.
Flashback on
"Na, gara-gara kamu kelompok kita kalah, otomatis kamu yang harus bertunggung jawab. Iyakan teman-teman?" terdengar suara Joice mempengaruhi teman-temannya.
"iya" seru beberapa orang dari kelompoknya.
Sementara Nana hanya diam tak berkutik sama sekali.
"Na, gimana kamu mau tampil dengan siapa ?" terdengar suara Ka Damar pendamping kelompok mereka.
"Sendiri aja ka. Kan dia yang menyebabkan kita kalah." ucap Kikan dengan nada kesal.
"Sudah-sudah. Kita satu tim jadi harus selalu bekerja sama. Kalah atau menang kita harus hadapi bersama" nasihat dari Kak Damar.
"Gak papa Kak, aku aja sendiri. Aku bisa tampil sendirian" ucap Nana dengan senyum yang dipaksakan.
"Na, aku temanin ya" ucap Jody dan Key bersamaan yang baru saja sampai.
"Thank' Jod, Key aku bisa sendiri" ucap Nana hendak berjalan pergi.
"Na, tunggu ini pakai gitar Jody, siapa tahu bisa membantu kamu" ucap Key sambil memberikan gitar kepda Nana.
"Key, please jangan baik sama aku. Biar aku bisa ngelupain kamu" batin Nana. Setelah itu Nana mengambil gitar dan pergi kebelakang tenda untuk latihan.
Flashback off
"Kak Edo, lagi cari siapa, kok gak gabung di api unggun?" terdengar suara wanita mendekat.
"Oh, Joice. Kamu lihat Kara tidak ? Aku lupa mau kasih dompetnya yang tadi dititip" ucap Edo sambil memperlihatkan dompet bewarna hijau muda.
Joice melihat dompet itu ditangan kanan Edo, dan melirik ke tangan kiri Edo yang sedang memegang handphone. Terlintaslah dipikirannya, sebuah ide yang sangat brilliant.
"Kenapa Kakak, gak telepon aja. Kakak tahu kan nomornya, atau kakak gak punya nomornya" suara Joice yang sedikit ambigu.
"Tahu, tapi. (diam sejenak). Saya tidak pernah mencoba telepon Kara. Karena waktu saya pernah telepon, tidak pernah angkat. Makanya selama ini saya cuma kirim pesan intan aja" ucap Edo dengan senyum polosnya. Joice tersenyum sinis. Good baginya.
"Masa, setahu saya Kara kalau ada telepon langsung diangkat. Coba saya yang telepon. Boleh pinjam ponselnya Kak ? ponsel saya ke bawa sama Kikan " Edo langsung memberikan ponsel miliknya.
"Good, siap-siap Kara dan Nana kembali fight" batin Joice.
Joice langsung mengetikan nama Kara di kontak Edo. Setelah dia berhasil menukan nomor dengan nama Kara dia tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Backstreet [END] Publish Again
Roman d'amourSudah terbit di Google book & KBM App.. Kara dan Key bukanlah Kakak beradik ataupun saudara, tetapi mereka tinggal serumah. Sejak Kecil Kara sudah dirawat oleh kedua orang tua Key yang notabennya adalah sahabat baik kedua orang tua Kara. Saat masi...