5. Magnet

2.8K 361 57
                                        

Mulmed : Ellan

***Setengah Normal***

SMA Harapan adalah salah satu sekolah swasta yang menyediakan berbagai fasilitas penunjang guna mempermudah aktivitas para muridnya. Salah satu fasilitas yang cukup menonjol adalah adanya bus antar jemput yang dikhususkan bagi pelajar di sana. Seperti halnya TK, SD, juga SMP yang semuanya berlabel Harapan, untuk jenjang SMA pun tampaknya pihak yayasan masih memberikan fasilitas serupa.

Murid yang didaftarkan ikut bus sekolah biasanya sudah mempunyai kartu penumpang khusus. Karena biaya transport sudah digabung dengan SPP bulanan, mereka cukup menggesek kartu setiap kali naik atau turun dari bus. Ada mesin khusus yang telah dipasang di dekat pintu.

Ariel termasuk murid yang mempunyai kartu penumpang tersebut. Biarpun ia sering menginap di rumah sang nenek, Rika sengaja mendaftarkan Ariel sejak awal karena program itu dirasa akan memberinya kemudahan.

Seperti pagi ini, Ariel yang baru berangkat dari rumah telah duduk di salah satu jok bus SMA Harapan bernomor 3. Satu jok single dekat jendela yang menjadi favoritnya. Ada 5 bus yang dijadwalkan pihak yayasan berangkat setiap pagi dan sorenya. Kebetulan kali ini Ariel menjumpai bus bernomor tersebut.

"Apa? Ngintipin Kak Yovie?" Bisik-bisik terbawa sampai telinga Ariel saat ia larut dalam pemandangan luar jendela bus.

"Iya, kemarin anak-anak rame banget pada ngomongin dia."

"Kalau gitu dia suka cowok juga, dong," kata suara yang pertama Ariel dengar.

"Tapi soal musuhin cowok-cowok yang pernah bilang suka sama dia tuh nggak sekedar gosip, lho. Gue denger dari anak IPS-3 kalau dia punya daftar hitam pribadi di sakunya."

"Masa, sih. Sampai segitunya?"

Ariel menoleh ke arah bisik-bisik itu. Dua cewek terpergok olehnya. Kalau tidak salah, Ariel sering melihat mereka dari kelas sebelah, 10 IPS 2. Keduanya langsung diam tahu Ariel menengok mereka.

Ariel baru mau kembali menghadap depan, tapi tak sengaja matanya menangkap satu sosok di deretan jok yang sama dengan dua cewek tadi. Sosok yang tampak tenang tapi terus mengamatinya.

Bukannya itu yang bernama Giga? renung Ariel. Ya, Ariel yakin cowok itu adalah orang yang kemarin dibicarakan Maya sekaligus orang yang menemukan buku daftar hitamnya. Dia memang kelihatan pakem saat sedang diam begitu, pikirnya sebelum balik pada posisi semula.

Menit-menit terlewati. Bus akhirnya berhenti di halte depan gerbang utama kawasan sekolah Harapan. Ariel dan semua penumpang turun. Jarak dari gerbang utama hingga gedung SMA Harapan cukup jauh sebenarnya. Mereka harus melewati lingkungan TK dan SD Harapan untuk mencapai tujuan. Gedung SMP-nya sendiri berada di sisi kiri, berseberangan dengan dua sekolah tadi.

"Cucu orang kaya naik bus hari ini." Lontaran terdengar saat Ariel berjalan dan asik dengan pikirannya sendiri. Ariel hafal benar itu suara siapa. Sudah jelas Ellan.

"Kapan diantar mobil mewah sama sopir pribadi?" ledek cowok itu.

Ariel cuma meliriknya tanpa ekspresi. Menanggapinya hanya akan menaikkan tensi.

Ellan tidak termasuk anak yang ikut bus antar jemput sekolah. Setiap hari ia berangkat bersama ayahnya. Ia biasa diturunkan di depan gerbang utama seperti anak-anak yang tak bawa kendaraan sendiri dari rumah. Dikabarkan ayah Ellan adalah seorang anggota DPR.

"Gue peringatkan sekali lagi, hari ini adalah hari terakhir iuran untuk tugas Ekonomi dan praktek Kewirausahaan dikumpulkan. Dari seisi kelas cuma lo yang belum bayar." Cowok yang hari ini tak pakai kacamata dan pakai softlense sebagai ganti itu berbicara lantang. Padahal banyak murid dari berbagai angkatan SMA Harapan sedang ramai-ramainya memasuki gerbang.

Setengah NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang