Niat rajin repost selama masa di rumah aja, tapi besok udah tanggal berangkat kerja lagi. Padahal masih nggak tenang keluar rumah. Berangkat-pulang naik motor. Jalanan sepi pula. Udah diliburin lumayan lama tapi wabahnya malah makin meluas aja. Heu, heu....
Moga sehat selalu kita semua.***
"Gila. Gue masih nggak percaya Ariel mau diboncengin Kak Yovie," gumam Maya. Dari balik pohon cemara di halaman depan gerbang, diam-diam ia telah menyaksikan kejadian itu rupanya. "Dia biasanya nolak ajakan pulang bareng cowok manapun, lho. Ah, gue bisa iri kalau besok Ariel sama Kak Yovie jadian. Menurut Giga gimana?"
Giga keluar dari persembunyian sambil menepuk-nepuk celana. Beberapa remah dedaunan kering memang menempel di sana. "Gue nggak terlalu yakin, sih." Ia menyahut. "Gimana kalau setelah Yovie nyatain perasaan Ariel jadi jauhin dia?"
"Siapa tahu kalau yang nembak cowok yang Ariel suka buku daftar hitamnya jadi nggak berlaku."
"Sebenarnya gue juga sempat mikir gitu, May, tapi nggak tahu juga sih. Kita lihat aja ke depan bakal gimana," Giga mengangkat bahu daripada pusing memikirkannya. "Omong-omong, apa yang mau lo omongin sama gue sampai Ariel disuruh balik duluan?"
Wajah Maya yang semenjak tadi ceria serta merta berubah pakem. "Kemarin," katanya seraya menatap lurus Giga, "habis dapat ciuman dari Ariel, ya?"
Giga nyaris saja tersedak napasnya sendiri. "Emang... Ariel cerita apa?" sahutnya, sedikit canggung.
"Meskipun kejadian yang gue dengar cukup mengejutkan, tapi untuk ukuran orang berwatak seperti Ariel, mengalami hal semacam itu nggak lantas ninggalin kesan," kata Maya setelah menuturkan apa yang Ariel kisahkan padanya. "Gue nggak tahu apa yang Giga pikirin, tapi sebaiknya, Giga lupain aja..."
"Gue tahu kali," potong Giga tiba-tiba. "Gue udah tahu sejak kejadian itu baru terjadi. Lagian gue juga udah paham kok orang seperti apa itu Ariel," lanjutnya.
"Terus kalau udah paham, kenapa Giga ngindarin Ariel belakangan ini?" sudut Maya segera. "Pasti ada alasan kenapa Giga jadi menjauh begitu. Kalau cuma awkward harusnya saat itu doang. Apa Giga jadi ngerasain hal-hal yang nggak seharusnya Giga rasain terhadap Ariel setelah kejadian itu?"
"Kalau gue bener, sebaiknya Giga buang aja pikiran-pikiran aneh itu. Mulai besok cobalah bersikap normal seperti sebelumnya," kata Maya lagi karena Giga hanya diam. "Sebagai cewek emang agak keterlaluan, tapi Ariel yang nyium Giga aja sama sekali nggak mikirin hal itu, kok. Sebaliknya, Ariel justru berpikir kalau Giga marah. Dia sadar lho kalau setelah hari itu Giga jadi ngejauhin dia. Tapi gue sih tahu alasan Giga menjauh bukan karena marah. Bener, nggak?"
"Gue emang nggak marah," Giga pun mengaku. "Gue menghindar cuma mau jaga jarak sama Ariel aja sampai gue bisa menormalkan situasi hati gue. Lo bener, May. Gue jadi ngerasa yang nggak-nggak karena terus kepikiran hal itu," paparnya.
"Lo sendiri yang bilang kan, gue nggak boleh suka Ariel kalau masih mau temenan sama dia. Jadi demi hubungan persahabatan kita, gue mutusin buat jaga jarak sementara."
"Ooh," Maya membulatkan bibir. "Yah, gue bisa ngerti inti permasalahannya. Misal gue jadi lo atau Ariel aja, pastinya gue juga nggak mungkin bisa bersikap seolah yang terjadi bukan apa-apa," ujarnya sambil merenung. "Terus, kira-kira kapan Giga bisa bersikap normal sama Ariel lagi? Rasanya nggak asik tahu lihat Giga jauhin Ariel kayak gitu. Gue pengen kita bertiga sering barengan lagi kayak kemarin-kemarin."
"Gue nggak tahu pasti, May," ujar Giga saat Maya mengedip penuh permohonan padanya. "Tapi gue bakal usahain segera. Gue udah nemuin cara kok biar bisa deket sama Ariel lagi tanpa memikirkan kemungkinan gue bisa diblacklist sama dia selamanya."
![](https://img.wattpad.com/cover/134175139-288-k164875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Normal
Подростковая литература(SELESAI) Karena selalu memusuhi cowok-cowok yang menyukainya dan mencatat nama mereka dalam buku daftar hitam, Ashariel Josephine sering dianggap kurang normal oleh teman-teman sekolahnya. Orangnya pelit, cueknya kelewatan, mukanya hampir selalu da...