"Kok diganti sih, Mbak? Aku lagi nonton."
"Konser band kan bisa disiarin ulang. Cari di youtube entar juga pasti ada." Lita menepis tangan Ariel yang hendak merebut remote lalu menyandarkan punggung pada sofa. "Sinetron yang Mbak tonton lagi bagus-bagusnya."
"Tapi aku pengen nonton acaranya secara live." Ariel nekat mengambil alih paksa remote dari tangan kakaknya. Begitu dapat segera ia tekan tombol nomor sembilan.
"Begitu banyak hal... yang kualami, yang kutemui...
Saat bersamamu... kurasa senang, kurasa sedih..."Mendadak layar TV berpindah chanel lagi. Padahal Ariel baru menikmati sebait lirik yang disenandungkan vokalis band di acara musik yang ia tonton.
"Mbak Lita?" Ariel menyebut kesal kakaknya. "Jangan diganti-ganti kenapa sih? Aku kan udah bilang lagi nonton acaranya."
"Mbak juga udah bilang sinetron yang Mbak tonton lagi seru-serunya." Lita menyembunyikan remote saat Ariel hendak meraih benda itu lagi.
"Nggak bisa apa ngalah sama adik sesekali?" Ariel menjulurkan kedua tangan melewati pundak kakaknya demi mendapatkan remote TV ruang keluarga.
"Apaan sih? Nggak usah diganti! Aku nggak mau besok sampai ketinggalan cerita temen-temen di kantor."
"Tapi tadi lagi nampilin lagu yang aku suka," Ariel tak mau mengalah. Jika sedang di rumah, ia dan Lita juga sering bertingkah seperti kakak adik pada umumnya.
"Ganti nggak, Riel?" bentak Lita saat Ariel berhasil merebutnya.
"Nggak!" sahut Ariel tak kalah galak. Alhasil, aksi berebut remote pun tak dapat dielakkan.
"Udah tua nggak mau ngalah sama yang muda," sinis Ariel saat perseteruan sengit tengah terjadi.
"Tua-tua. Oma tuh, tua!" Lita menarik remote sekuat tenaga dari genggaman adiknya. "Kasih aja kenapa sih?"
Ariel berusaha mati-matian mempertahankan barang itu. Sayang tangannya melicin karena berkeringat. Tak ayal, remote yang ditarik kencang oleh kakaknya terlempar jauh ke belakang.
Praakkkk!
Dan terbanting hingga dua baterai kecilnya berserakan.
"Apa-apaan ini?" Rika yang baru memasuki ruang tengah terkejut mendapati pemandangan itu.
"Ariel nih, Ma." Lita langsung melapor mendahului adiknya.
"Kok aku?" Tentu saja Ariel tak terima. "Mbak Lita kali. Aku lagi asik-asik nonton Mbak main ganti chanel aja."
"Tapi jam segini tuh jam biasanya aku nonton TV," kilah Lita segera.
"Aku kan juga pengen nonton sesekali. Gantian masa nggak bisa?"
"Ya nggak bisa lah!"
"Kalian ini, malem-malem aja pada ribut. Malu kedengeran tetangga!" Rika melerai pertengkaran dua putrinya dengan suara tinggi.
"Mbak Lita yang mulai," kali ini Ariel mengadu lebih dulu. Ia tak mau lagi-lagi disalahkan Rika atas keributan yang ada. "Sebagai kakak dia harusnya ngalah sama adiknya."
"Enak aja. Adik juga harusnya nurut sama kakaknya," balas Lita, membuat keduanya sama-sama terlihat jengkel.
"Sudah, sudah! Kalian ini sudah pada gede tapi suka banget ributin hal sepele." Rika memungut remote di lantai. Ia pasang baterainya pada tempat semula lalu mematikan layar TV di hadapannya. Tentu saja tindakan tersebut membuat kedua putrinya kecewa.
"Kok dimatiin sih, Ma?" Lita memprotes.
"Sudahlah, Lit. Mama lagi males ribut-ribut." Rika tak mau menggubris seruan anak pertamanya. Ia justru berpaling pada si bungsu. "Ariel, mending kamu masuk kamar buat belajar. Ngapain malah asik nonton TV? Katanya lagi musim ulangan minggu ini. Kalau ada PR dikerjain sekalian."

KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Normal
Fiksi Remaja(SELESAI) Karena selalu memusuhi cowok-cowok yang menyukainya dan mencatat nama mereka dalam buku daftar hitam, Ashariel Josephine sering dianggap kurang normal oleh teman-teman sekolahnya. Orangnya pelit, cueknya kelewatan, mukanya hampir selalu da...