Ariel tergagap, tak mampu langsung menjawab pertanyaan Ellan.
"Ya ampun... gue beneran nggak percaya," Ellan berkata lagi sambil melirik Yovie yang masih sibuk dengan air kran di sana. "Bisa-bisanya lo, Riel."
Ariel menggeleng dan mengerjap, seolah sedang mengumpulkan kesadaran. "Lan, lo jangan salah," ucapnya segera. "Ini nggak seperti yang lo pikirin."
Ellan jelas tak percaya. Kacamatanya berkilat-kilat seperti mata iblis melihat mangsa. "Sebentar tadi gue mikir lo cewek normal, tapi sekarang kok gue malah ngerasa kalau lo ini emang aneh, ya. Lo punya hobi tersembunyi yang mengerikan," ujarnya. "Nggak nyangka selama ini lo cuma pura-pura."
"Gue nggak pernah pura-pura, kok." Cepat Ariel menimpali.
"Nggak usah bohong," Ellan terkekeh merendahkan. "Lo udah terciduk sama gue. Ini sudah lebih dari cukup bikin gue percaya. Jadi, lo tertarik lawan jenis juga?" Cowok itu menunjuk dengan mata Yovie yang tengah menyampirkan kaos di pundaknya.
Ariel diam saja.
"Gue jadi penasaran. Kira-kira apa reaksi orang kalau mereka tahu seorang Ashariel Josephine yang ngakunya nggak minat sama batangan ternyata hobi ngintip cowok lepas pakaian."
"Omongan lo dijaga, ya!" Ariel menatap Ellan waspada. Cowok itu menyeringai.
"Woi, Mas!" Tiba-tiba Ellan keluar dari lorong lalu meneriaki Yovie. "Lo diintipin cewek ini dari tadi!" serunya sambil menarik Ariel dari persembunyian.
Yovie yang telah menoleh memandang seksama Ariel dan Ellan dari tempatnya.
"Lo nggak tahu cewek ini siapa?" Ellan berkata lantang. "Ini Ashariel Josephine, yang katanya nggak suka cowok dan sering digosipin suka sesama jenis. Tapi dia ngintipin lo yang lagi basah-basahan dari tadi. Lo nggak pengen tanya kenapa dia bertindak mesum ke lo, gitu?"
Ariel langsung menatap Ellan, tak terima dikatai begitu rupa.
"Anak kelas 10?" Yovie menggumam sendiri waktu mendekati dua anak itu. "Ngapain lo ngintipin gue?" kemudian ia menanyai Ariel.
Untuk pertama kalinya Ellan menyaksikan Ariel salah tingkah. Anak itu jelas gugup. Diliriknya sengit Ellan yang cekikikan. Ia pasti tengah puas sudah berhasil mempermalukan. Ariel tahu Ellan memang punya dendam padanya gara-gara ia selalu sulit ditarik jika ada iuran, juga selalu memberi sumbangan sedikit padahal banyak anak yang lebih kesusahan.
"Gue balik dulu deh, Riel. Sekalian gue mau kabar-kabar satu kelas soal berita besar ini. Mereka perlu tahu kalau lo bukannya nggak pernah suka cowok tapi lo sukanya sesuatu yang vulgar." Ellan menepuk punggung Ariel sebelum setengah berlari meninggalkan tempat kejadian.
"Setan!" Ariel ingin mengatai ketua kelasnya seperti itu andai saja Yovie tak berdehem, memberi isyarat masih menunggu penjelasan.
Serta merta Ariel meloncat ke belakang. Wajahnya memerah menyadari Yovie masih bertelanjang setengah badan, berdiri tepat di depannya pula.
"Yang dibilang anak tadi nggak semuanya benar. Jadi... tolong jangan salah paham." Ariel berkata sebisanya. Ia berbalik lantas buru-buru berlari mengejar Ellan. Suara debaman sepatu ketsnya sampai menggema di lorong panjang. Tak dipedulikannya lagi Yovie yang masih berdiri di tempat, memandanginya berlarian.
***Setengah Normal***
"Eh, sori-sori!" ucap Ariel saat bahunya bertabrakan dengan seseorang. Keadaan genting membuat pandangannya tak fokus saat melewati koridor penghubung yang ramai.
Beberapa buku paket tampak berjatuhan. Ariel sempat membungkuk, sedikit membantu memunguti buku-buku tersebut sebelum kembali berlari mengejar Ellan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Normal
Teen Fiction(SELESAI) Karena selalu memusuhi cowok-cowok yang menyukainya dan mencatat nama mereka dalam buku daftar hitam, Ashariel Josephine sering dianggap kurang normal oleh teman-teman sekolahnya. Orangnya pelit, cueknya kelewatan, mukanya hampir selalu da...