22. Anak Kandung

1.8K 326 48
                                        

Mulmed : Lita

***Setengah Normal***

"Kapan Mbak Lita nggak bener? Apa-apa orang lain yang disalahin." Keluhan Ariel terdengar cukup keras dari ruang makan.

"Apa deh, gitu aja diributin. Besok biar Mama beliin," jawab Lita sebelum menyuap nasi goreng ke mulutnya.

"Mbak Lita selalu gampangin tiap rusakin barang aku. Kemarin waktu jam tangan aku mati bilangnya juga gitu, tapi apa kenyataannya? Mama nggak pernah jadi gantiin. Padahal jam itu aku beli pakai uang tabunganku dari jaman SMP," Ariel meratap.

Lita memang sering sekali meminjam barang darinya. Sebenarnya Ariel tak terlalu keberatan. Masalahnya, setiap barang yang Lita pinjam hampir selalu kembali dalam keadaan rusak. Kali ini gelang Ariel yang jadi korban. Padahal gelang itu Ariel dapat dari Oma waktu ulangtahunnya ke-16 kemarin. Gelang emas putih yang sangat Ariel suka hingga tak setiap hari ia pakai ke sekolah. Benda itu sangat berharga untuknya.

"Apa lagi sekarang? Bisa nggak sih, sehari aja rumah nggak ada ribut?" Rika yang baru selesai menerima telepon bertanya. Ia menarik kursi tepat di sebelah Lita lalu menatap Ariel.

"Tanya aja tuh anak pertama Mama."

"Aku kan nggak sengaja, salahin aja teman kantor aku. Dia narik-narik tangan aku sampai gelangnya putus, Ma." Lita memberi alasan sepele seperti biasa.

"Teman Mbak yang mana lagi, sih? Emang ada teman Mbak yang kasar kayak gitu?" Ariel semakin sebal saja mendengar kesaksian itu.

"Ya ada. Tuh, yang namanya Juni." Lita jadi sengak gara-gara Ariel tak percaya. "Masa iya aku sengaja ngerusakin gelang kamu? Aku kan juga rugi kalau nggak bisa pinjam lagi."

"Kalau tahu gitu harusnya Mbak lebih hati-hati, dong!" Ariel mengomeli.

"Udahlah, Riel. Cuma gelang aja, dibenerin di toko perhiasan kan bisa. Atau nanti Mama beliin yang baru," tengah Rika.

"Mama selalu bilang nanti. Jam tangan Ariel yang rusak kemarin juga katanya mau Mama diperbaiki nanti. Terus sepatu olahraga Ariel yang nyaris jebol sama jaket yang kaitannya dilepasin Mbak Lita juga belum jadi dapat ganti, kan?"

"Kamu ini, sepatu sama jaket aja ributnya nggak karuan. Ingat dong, Riel. Kamu malah sering banget dikasih baju-baju bagus dan masih baru sama Lita," Rika memandang bungsunya bosan.

"Iya tuh, jadi orang perhitungan amat," sambung Lita, terdengar sebal.

"Tapi kan beda, Mbak dapat semua itu dari Mama. Sedangkan aku beli apa-apa pakai uang sendiri. Sekali-kalinya dibeliin pakaian baru ujung-ujungnya dipinjam Mbak juga." Ariel menimpali.

"Uang kamu kan asalnya juga dari Mama," balas Lita cepat.

"Ya tapi itu uang jajan aku. Sementara Mbak Lita, udah kerja tapi masih aja apa-apa dibayarin Mama."

"Kamu nggak usah iri-irian gitu dong, Riel." Lagi-lagi Rika menengahi perdebatan kedua putrinya. "Lita juga sering beliin Mama barang kok sebagai ganti. Terus kamu tahu? Hampir 50% pengunjung toko online kosmetik Mama kan teman-teman Lita. Yang bantu promosiin kontrakan biar cepat laku kakak kamu juga. Lita berjasa banyak buat bisnis Mama. Kalau bisnis Mama nggak jalan artinya Mama nggak punya penghasilan. Kamu juga pasti kena getahnya, kan?"

Ariel mengunyah butir nasi gorengnya dengan kasar. Selalu kelebihan-kelebihan Lita yang ibunya banggakan. Lita yang cantik, modis, banyak teman, berjasa dan bekerja di perusahaan besar. Ariel memang seperti anak tak berguna jika dibanding dia.

Saat ini Ariel masih tercatat sebagai pelajar SMA tingkat dua, tapi seolah-olah ia sudah tak diberi kesempatan untuk dilihat kebaikannya. Ariel merasa tidak dipedulikan jika mama dan kakaknya sudah bersama. Padahal Ariel juga ingin diperhatikan mamanya seperti halnya Lita. Bahkan Ariel bercita-cita membantu mamanya lebih dari yang Lita lakukan jika nanti sudah bekerja.

Setengah NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang