Refleks Ariel menghentikan langkah. Ia lalu membalik badannya perlahan sambil langsung menatap Giga. "Apa?" katanya, seperti tercekik.
"Gue suka sama lo," ulang Giga, sedikit lebih pelan. "Please, jangan marah atau jauhin gue setelah ini. Gue tahu lo nggak suka ditembak cowok. Jadi gue bukannya bermaksud nembak, gue cuma mau mengungkapkan perasaan sama lo. Cewek yang selalu gue pikirin itu lo. Selama ini gue mati-matian memendam perasaan. Gue udah coba hilangin demi pertemanan kita tapi tetap nggak bisa. Gue bener-bener suka sama lo," akunya tertunduk.
"Bohong," ucap Ariel seketika. Giga sampai langsung mengangkat kepala saking terkejutnya. "Cewek yang lo suka bukan gue, tapi Rubby."
Giga menaikkan kedua alis dengan mata membelo. Ia berusaha bersuara tapi Ariel sudah lebih dulu memotongnya.
"Gue nggak tahu niat lo apa sebenarnya. Kalau lo bersikap kayak gini ke gue cuma buat ngalihin kekecewaan lo tahu Rubby lebih suka teman lo yang namanya Genta, maaf-maaf saja. Gue nggak suka," ucap Ariel tegas. "Lo nggak perlu nyari alasan. Gue lihat sendiri lo majang foto Rubby di HP lo. Lo cuma majangin foto cewek yang lo suka, kan?"
Giga terhenyak. "Ah, jadi Maya nggak bohong soal itu ya," ia lantas menggumam. Satu senyum geli tercetak di wajahnya. "Itu bukan HP gue. Waktu di pesta ulang tahun Rubby, HP yang lo temuin itu bukan HP gue, tapi HP Genta." Ia lalu menjelaskan. "Genta emang udah naksir Rubby sejak lama."
"Nggak usah konyol," Ariel berkata sinis. "Lo pikir gue sebodoh itu sampai bentuk HP lo aja gue nggak tahu yang mana?"
"HP gue sama Genta emang kembar," cepat-cepat Giga membalas. "Nggak cuma bentuk, warna, dan mereknya, case pun kami samaan. Tanya aja anak-anak sekelas kalau nggak percaya."
Ariel mendengus. Tentu ia tak mudah percaya begitu saja. Ia yang posisinya masih di deretan pagar balkon tanpa sengaja melihat ke bawah. Matanya menangkap sosok Rubby sedang berjalan dengan Genta dan Eki di halaman gedung. Diliriknya Giga sekilas lalu tanpa aba-aba ia menghambur ke tangga.
"Lho, Riel. Kok lari?" Giga yang menyaksikan kelakuan anak itu meneriakinya. "Ariel, kita belum selesai ngomong, hei!" serunya sambil segera mengikuti.
Ariel melangkah tergesa-gesa. Begitu berhasil menuruni tangga ia menyibak anak-anak di koridor bawah yang seolah menghalangi jalannya.
"Ariel!" Giga di belakang memanggil lagi tapi diabaikan. Ariel tak berhenti melangkah sampai akhirnya Rubby dan dua orang lainnya bisa ia capai di depan mata.
"Ya udah kalau gitu. Gue pulang duluan." Ucapan Rubby yang bisa Ariel dengar membuatnya melompat gesit ke depan demi mencegah kepergiannya.
"Stop! Tunggu sebentar, By!" cegatnya sembari merentangkan kedua tangan.
Rubby sontak mengerem langkah. Eki dan Genta sampai menahan napas karena kaget akan kemunculan Ariel yang tiba-tiba. Cewek itu lalu menurunkan tangan dan hanya menjatuhkan pandangan pada satu dari mereka.
"Kenapa?" Genta yang sadar dipelototi bertanya. "Ga, ini kenapa teman tercinta lo natapin gue sebegininya? Gue bikin dosa apa sama dia?" kemudian ia berseru begitu melihat Giga muncul dari belakang. Namun Giga cuma mengangkat sebelah tangan, agaknya ia kesulitan berbicara karena baru saja berlarian.
"Lihat HP lo!" berikutnya Ariel sudah menodong Genta. Tentu saja cowok berambut ikal itu melongo. Eki dan Rubby di sebelah juga tampak sama herannya.
"Hoi, pinjam sebentar. Kasih lihat HP lo ke gue," desak Ariel dengan satu tangan ditengadahkan.
"Gue nggak lagi dipalak kan, Ga?" Genta melirik Giga tanpa bergerak dari tanah yang ia pijak. Ia jelas sedang waswas.
"Turutin aja kemauannya. Gue yang tanggung jawab kalau ada apa-apa," sahut Giga sambil mengatur napasnya yang masih berantakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Normal
Dla nastolatków(SELESAI) Karena selalu memusuhi cowok-cowok yang menyukainya dan mencatat nama mereka dalam buku daftar hitam, Ashariel Josephine sering dianggap kurang normal oleh teman-teman sekolahnya. Orangnya pelit, cueknya kelewatan, mukanya hampir selalu da...