49. Berhenti

1.5K 285 64
                                    

"Beneran jadi masuk hari ini lo, Ga? Yakin kaki lo udah nggak kenapa-napa?" sapa Genta begitu melihat teman karibnya memasuki kelas.

"Nggak apa-apa lah. Di rumah terus juga bosen gue," sahut Giga sambil menaruh ransel di mejanya.

"Terus, tadi lo berangkatnya gimana? Naik bus?" Dari bangkunya Eki bertanya. Tampaknya ia juga baru saja tiba.

"Nggak, gue dianterin Bang Arjun, kok. Dia berangkat kuliahnya lewat sini."

"Lah, baru juga masuk udah keluar lagi. Mau ke mana lo?" Genta langsung berseru menyaksikan Giga berjalan kembali menuju pintu.

"Mau nyamperin Ariel. Gue belum lihat dia dari kemarin," sahut anak itu tanpa menoleh.

Jam sudah hampir menunjukkan pukul 7. Sebagian besar penghuni 11 IPS 1 sudah berada di dalam saat Giga memasuki kelas itu. Bibirnya otomatis mengembang menemukan orang yang ia cari tengah duduk di sebuah bangku. Tepatnya bangku deret kiri dekat tembok, baris ke tiga dari depan.

"Ariel!" panggil Giga segera. "Jahat banget sih nggak balesin chat gue. Gue telpon dari semalem juga nggak diangkat. Salah gue apa?" serunya tanpa memedulikan anak-anak lain yang menoleh gara-gara suara kerasnya.

"Eh, Ga. Katanya habis kecelakaan lo. Gimana, udah sehat?" Kenji yang sedang nangkring di meja depan menyapa.

"Udah, kok. Gue baik-baik aja." Giga menatap Kenji sebentar sebelum matanya kembali tertuju pada Ariel. Agaknya ia merasa heran karena Ariel diam saja di mejanya, tekun membolak-balik sebuah buku.

"Riel!" Masih dari dekat Kenji Giga kembali memanggil. "Lo lagi ngapain, sih? Sok sibuk banget elah."

Tak hanya Giga, semua anak di ruang 11 IPS 1 ikut bingung melihat Ariel yang tak menengok juga. Biasanya ia akan cepat bereaksi jika yang datang Giga.

"Riel?" Sekali lagi Giga menyebut. "Dia nggak lagi pakai headset, kan?" Ia bergumam karena yang diserui hanya bergeming.

"Ariel!" Kenji coba ikut memanggil dengan suara lebih kencang. "Lo dipanggilin Giga, nih! Kuping, mana kuping!"

Hal yang tak diduga semua orang, Ariel tiba-tiba menggerakkan leher. Ia menoleh tepat pada Kenji. "Apa?" Lebih menakjubkan ia juga menyahut.

"I-ini, lo dicariin Giga." Kenji menjawab sedikit tegang. Raut Ariel terlihat lebih dingin dari yang biasa dilihatnya. "Masa dipanggil dari tadi nggak denger?"

"Oh." Ariel tak berubah ekspresi meski sudah beberapa lama bertemu mata dengan Kenji. "Gue nggak mau berurusan lagi sama orang yang namanya udah gue tulis di buku daftar hitam. Anggap gue nggak pernah kenal. Nggak pernah ada hubungan."

Beberapa pekikan terdengar, semua orang jelas terperanjat atas pernyataan anak itu.

"Lo bercanda, ya?" Giga kemudian terkekeh memecah ketegangan. "Ayolah, Riel. Ini sama sekali nggak lucu. Kejutan lo buat nyambut kedatangan gue ke sekolah lagi bener-bener nggak lucu."

Namun sayangnya Ariel tetap tak menjawab. Ia justru menyangga dagu sambil menulis sesuatu di halaman buku yang ia pegang. Ia sama sekali tak peduli pada semua mata yang mengarah padanya dengan berbagai ekspresi, sekalipun salah satu pemilik mata itu adalah Giga, yang tak bergerak sampai akhirnya bel tanda masuk berbunyi.

***Setengah Normal***

“Jadi ingat kejadian Jonas dulu."

Setengah NormalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang