Mulmed : Maya
***Setengah Normal***
"Hari ini lo mau pulang ke rumah apa balik ke tempat nenek lo aja, Riel?" tanya Maya sepergiannya mereka dari kantin.
"Kayaknya gue mau pulang, deh," jawab Ariel. "Besok ada pelajaran olahraga. Kaosnya gue tinggal di rumah," jelasnya. Sejak menjadi murid SMA Harapan, Ariel memang lebih sering tinggal di rumah neneknya. Jarak yang dekat dari sekolah tentu menjadi alasan utama.
"Kak Yovie beneran tampan, ya," kata Maya tiba-tiba. "Gue kagum setiap kali lihat cara matanya memandang. Kesannya tuh dingin-dingin nusuk gimana gitu. Meskipun sepintas kelihatan sadis tapi dia orang yang cukup ramah sebenarnya. Menurut lo gimana, Riel?"
Ariel termenung. Daripada lekas menjawab, pikirannya justru melayang pada kejadian beberapa waktu yang lalu.
"Sayang banget. Uangnya udah buat gue jajan pas istirahat kedua tadi," ujar Yovie begitu ditagih Ariel. "Sam ngasih uang itu ke gue karena dia punya utang."
"Apa? Utang?" Ariel berseru. "Jadi uang saya dipakai buat bayar utang, Kak?"
Yovie mengangguk.
"Emang uang lo yang jatuh berapa sih, Riel?" Kenji yang sedari tadi penasaran akhirnya bertanya. "Pasti cuma selembar, kan? Seratus ribu, ya?"
"Seratus?" Yovie tampak kaget. "Sam cuma ngasih gue uang hijau dua puluh ribuan, kok." Ia cepat memberi kesaksian.
Semua orang kembali memandang Ariel, menunggu pernyataan jujur sang korban.
"Ya emang segitu uang gue yang terbang," akunya membuat Kenji dan yang lain langsung ramai mendumal.
"Kirain berapa juta." Satu dari mereka lalu berseloroh sebal.
"Katanya keluarga Josephine, tapi kehilangan duit dua puluh ribu aja kayak mau kehilangan nyawa," sambung lainnya.
"Kalian kayak nggak tahu dia aja," ejek Ellan pula.
"Seberapapun jumlah uang tetap saja nilainya berharga," kata Ariel cuek saja.
"Ya udah." Akhirnya Yovie mengeluarkan dompetnya. "Gue kasih uang aja ke lo. Jumlahnya sama dengan yang gue terima dari Sam."
"Maaf," tolak Ariel segera. "Saya nggak bisa nerima."
"Kenapa?" tatap Yovie.
Ariel diam saja.
"Biarpun masalah uang Ariel sangat perhitungan, tapi bukan berarti dia doyan uang sembarangan. Setiap barang yang Ariel pegang harus bersertifikat halal." Seperti sebelumnya, Maya kembali berlagak menjadi pengacara. "Mungkin Ariel emang cewek hemat, tapi dia bukan cewek matre. Bener kan, Bro?"
"Bener. Tapi harusnya lo manggil gue Sis, bukan Bro," koreksi Ariel sambil memegang pundak sahabatnya.
Yovie nyaris tersenyum melihat sikap anak itu. "Ya anggap aja ini uang yang sama dengan uang lo yang jatuh tadi," katanya kemudian. "Nanti gue bakal bilang sama Sam kalau utangnya nggak jadi lunas karena yang kehilangan minta uangnya dikembaliin."
"Tapi nggak bohong, kan?" selidik Ariel sebelum mau menerima.
Yovie memberi anggukan tegas.
"Ya udah kalau gitu. Makasih banyak, Kak. Ayo, May, kita pulang." Ariel langsung berdiri usai mengantongi uangnya
"Omong-omong gue Yovie. Nama lo Ariel, kan?" kata Yovie sebelum cewek itu dan temannya pergi. "Kita udah saling kenal sekarang, jadi lo nggak usah sungkan kalau mau ngajak gue komunikasi. Ngomongnya juga biasa aja, nggak harus sopan-sopan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Normal
Teen Fiction(SELESAI) Karena selalu memusuhi cowok-cowok yang menyukainya dan mencatat nama mereka dalam buku daftar hitam, Ashariel Josephine sering dianggap kurang normal oleh teman-teman sekolahnya. Orangnya pelit, cueknya kelewatan, mukanya hampir selalu da...