***Setengah Normal ***
"Ga, hari ini lo pulangnya temenin Maya, ya?"
"Emang lo mau kemana?" Giga yang telah ditunggui Ariel begitu keluar kelas bertanya.
"Gue mau ketemu Kak Yovie. Ada yang mau gue omongin sama dia habis ini," jawab Ariel membuat Giga termenung memandangnya. "Kenapa? Lo nggak bisa nemenin Maya?"
"Nggak sih," Giga menggaruk dagu lalu menatap Ariel lagi. "Gue cuma penasaran aja. Lo beneran suka sama Yovie apa?"
Ariel membalas tatapan itu biar agak ragu. "Emang menurut lo, rasa suka itu kayak apa?" katanya. "Lo selalu ngira gue suka Kak Yovie padahal gue bilang cuma penasaran aja. Apa alasannya?"
Giga menarik napas ringan. "Gampangnya, lo punya rasa penasaran sama aja lo udah tertarik sama dia," ia berujar. "Lo juga pernah bilang, apapun yang diberi Yovie terasa spesial, kan? Menurut gue seperti itu termasuk bagian dari rasa suka. Apalagi gue udah sering lihat lo senyum kalau lagi ngomong sama dia."
"Gitu ya," Ariel mengangguk dua kali mendengar kata-kata tersebut. "Yah, kalau ternyata gue emang suka Kak Yovie gue nggak mau terlalu peduli juga, sih. Selama Kak Yovie nggak suka gue juga kayaknya nggak apa-apa."
"Lah," Giga melirik aneh. "Kebalik kali, Riel. Bukannya malah bagus kalau kalian sama-sama suka?"
"Nggak bagus," Ariel menggelengkan kepala. "Omong-omong, jadi seperti itu perasaan lo saat suka cewek?" alihnya sebelum Giga kembali bertanya.
Cowok itu mengangkat alis."Tadi lo bilang, punya rasa penasaran sama aja udah tertarik. Terus waktu lo bilang sering lihat gue senyum kalau lagi ngomong sama Kak Yovie, berarti lo juga gitu kan waktu ketemu cewek yang lo suka?" tuding Ariel membuat Giga tertawa.
"Ah, lo bisa juga," gumamnya sambil menutup ujung hidung dengan punggung tangan. "Tapi emang bener sih, saat tertarik sama seseorang gue jadi penasaran semua tentang dia. Gue pengen tahu orangnya seperti apa, hobinya, musik favoritnya gimana, terus nggak lihat sebentar aja jadi mikirin dia. Kalau ketemu bawaannya pengen senyum, deg-degan, tapi hati bahagia."
"Lucu lo," komentar Ariel sinis gara-gara melihat ekspresi berlebihan Giga. "Jadi siapa cewek yang lo suka? Beneran lo udah punya pacar, ya?"
Giga tersenyum cerah. "Seperti yang pernah gue bilang, bener ada cewek yang gue suka, tapi bukan pacar juga."
"Terus apa?" Ariel tampak penasaran dengan jawaban itu.
"Ehm...," Giga mengelus-elus dagunya. "Teman kali, ya."
Ariel tertegun. "Teman?"
"Iya. Teman aja," jawab Giga tanpa ragu.
"Teman sekelas atau apa?" Ariel maju selangkah saat bertanya. "Gue kenal orangnya nggak?"
Giga malah tertawa. "Sejak kapan orang cuek kayak lo jadi kepo gini?" ejeknya. "Yah, tapi kalau gue harus jawab gue nggak bakal bohong, sih. Lo udah pasti kenal orangnya kok, Riel. Itu udah pasti. Dia anak IPS juga kok, sama kayak kita."
"Apa?" Tak pelak, Ariel semakin penasaran saja dibuatnya. "Siapa, Ga?"
Lagi-lagi Giga tertawa. Namun kali ini ia menggeleng-gelengkan kepala.

KAMU SEDANG MEMBACA
Setengah Normal
Teen Fiction(SELESAI) Karena selalu memusuhi cowok-cowok yang menyukainya dan mencatat nama mereka dalam buku daftar hitam, Ashariel Josephine sering dianggap kurang normal oleh teman-teman sekolahnya. Orangnya pelit, cueknya kelewatan, mukanya hampir selalu da...