Sore itu langit semakin gelap menyambut malam. Stand klub renang telah selesai di laksanakan. Mikasa dan Eren mengepak barang-barang membereskanya kembali kedalam ruang klub. Mikasa yang sudah berganti pakaian tampak berjalan mendekati Eren yang tengah sibuk. Sedikit ragu dan rona malu ia sembunyikan."ano.. Arigatou.."
Kata Mikasa dengan suara yang lembut dari biasanya. Tangannya menyodorkan sebuah jaket yang sudah di lipat rapih. Sontak Eren merespon menoleh ke arahnya. Bibirnya tersenyum lebar.
"eh? Ah.. emm.."
Jawab Eren mengangguk.
"aku pulang duluan ya? Tidak apa-apa?"
"tentu.. lagi pula aku akan mengkhawatirkan mu jika pulang terlalu larut."
"sou.."
"Jaa.. mata.."
Eren melambaikan tangan sedangkan bibirnya masih terus mengulum senyum, Mikasa juga membalasnya lalu membungkuk dan berjalan menjauhi ruangan.
Hari ini begitu melelahkan dan terasa sangat panjang. Mikasa mendesah nafas hangat kedalam balutan syal merah yang ia kenakan. Ia tampak berjalan sendiri menuju stasiun seperti biasa. Awalnya tidak ada yang aneh, langkahnya lancar tak terhambat, perasaanya juga seperti tidak mendapat firasat apapun.
Namun hingga di sebuah zebra cross di jalanan yang sepi, dimana lampu merah sedang menyala. Terasa hawa gelap menyelimuti. Angin tiba-tiba saja berhembus kencang saat kakinya sudah hampir di sebrang jalan. Membuatnya menoleh kebelakang matanya menangkap seorang pria tua yang sulit untuk berjalan. Tangannya renta mengepal sebuah tongkat. Nampak kakek tersebut berusaha melewati zebra cross dengan susah payah.
Awalnya Mikasa tidak peduli, hingga rasa iba muncul dalam dirinya. Ia pun kembali ke tengah jalan untuk membantu sang kakek. Angin terus berhembus sangat kencang membuat rambutnya berayun. Belum sampai beberapa langkah entah dari mana datangnya, muncul cahaya lampu yang sangat terang menyilaukan.
Sebuah mobil hitam tampak mewah melaju cepat menghampiri mereka.
"Abunai!"
Mikasa shock berlari menuju sang kakek untuk menghindarkannya dari tabrakan. Kakinya berlari sekuat tenaga. Jantungnya berdegup amat cepat. Fikiranya terasa kosong. Belum sempat ia menolong dalam hitungan detik mobil sudah terlanjur menghampiri Mikasa.
Dame.. aku tidak bisa menghindarinya.. Apa aku akan mati?
Ku harap malaikat bersayap hitam tidak berniat mencabut nyawaku hari ini.
Tubuhku terasa ringan seperti kapas yang terbawa angin.
Terasa dingin dan gelap.
Mencoba membuka mata dengan lebar, aku dimana? Apa yang terjadi?
Aku menatap jalan yang bersimbah darah.
Mikasa dapat melihat dengan samar sorang lelaki berlari ke arahnya, namun wajah lelaki tersebut tidak terlihat.
Sebelum kesadaran Mikasa hilang, Ia sempat berdelusi, jika seseorang yang datang kepadanya seperti anak laki-laki berusia 5 tahun.
Are? Siapa bocah kecil itu?
"tolong aku.."
***
Angin menusuk berdesir kencang, aku yang sedang berjalan melihat sebuah mobil melaju cepat menerobos lampu merah.
Ku lihat mobil tersebut melaju menuju seorang gadis yang sedang berlari di sebuah zebra cross. Entah kenapa gadis tersebut mirip sekali dengan Mikasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...