Dia tahu jika Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang lebih menyakitkan. Crista ingin membuat pondasi pertahanan dalam dirinya agar saat itu tiba dia sudah siap.
•
•
•Ia memandang kosong ke arah jendela, yang ia lihat hanya langit gelap bermandikan cahaya bintang. Padahal ada sesuatu yang dia fikirkan jauh lebih dari itu. Namun tak ada seorangpun yang tahu, karna dia berencana untuk menyimpannya sendiri.
Seorang pria masuk kedalam kamar pasien, Crista menyadari terdengar dari suara pintu yang terbuka, seraya menoleh lalu menarik kedua sisi bibirnya. Senyuman tipis menyambut, Eren ikut tersenyum lalu mendekati Crista yang tengah duduk. "Eren aku ingin pergi kesuatu tempat."
Halis Eren terangkat sebelah. "Kenapa tiba-tiba?" "Aku merasa udara yang kuhirup disini semakin lama semakin membuatku sesak. Dunia yang kulihat semakin mengecil, selama ini tidak banyak yang bisa kulihat. Hanya ruangan ini lalu pemandangan sekitar rumah sakit."
Haruka gamang ia merengkuh wajah Crista, ia paham akan kesedihannya. "Memangnya kau ingin kemana?" "Ke pantai lalu melihat matahari terbenam di atas pesawat. Aku ingin naik pesawat."
"Aku tidak janji akan membawamu. Tapi akan kuusahakan." Crista tersenyum getir. "Terimakasih."
"Aku akan membujuk kakakmu semoga dia mengizinkan." Crista mengangguk. Ia memanjat asa semoga masih ada secerca harapan, kali ini saja bahkan jika untuk yang terakhir kali, Crista ingin menghirup udara segar sebebas bebasnya. Perempuan itu ingin bahagia meski kemungkinan kenyataan tidak memberinya izin.
"Saat itu tiba aku ingin pergi bersamamu. Berdua saja." Tegas perempuan itu. Eren mengangguk tidak ada asalan baginya untuk menolak. "Kalau begitu kau istirahat, aku akan menghubungi kakakmu sekarang agar kita bisa pergi secepatnya."
Crista menyetujui. Ia mengelus tangan Eren yang perlahan menjauh. Eren kembali berbalik dengan langkah berat lalu menghilang di balik pintu.
Eren berjalan melewati lorong bercahayakan lampu. Kondisi rumah sakit sepi membuat langkah kaki Eren terdengar jelas. Eren masuk kedalam ruangan yang terdapat sebuah nama dr. Tanaka di atas meja. Lengkap dengan si pemilik yang nampaknya belum juga pulang. "Permisi kak, sibuk?"
"Hmm... tidak begitu sih. Ada apa Eren? Kenapa tiba-tiba?" Eren menggaruk tengkuk selagi mengatur kata untuk diucapkan. "Anu... kak ada yang ingin kubicarakan."
"Apa? Katakan saja" Eren menelan saliva ragu. "Crista meminta sebuah permintaan kepadaku, tapi aku tidak bisa memutuskannya sendiri." Hening sesaat Eren tidak yakin Tanaka mau menyetujuinya. "Crista ingin pergi kesebuah pantai dan naik pesawat. Kemungkinan besar kita akan pergi jauh."
Tanaka menghela nafas, ia juga ikut ragu pasalnya kondisi Crista sedang tidak prima. Tanaka menyilangkan tangan tanda berfikir. "Aku paham dengan kondisi fisik Crista saat ini. Tapi kak tolong izinkan Crista untuk pergi, sepertinya dia bosan karna sudah lama di rumah sakit."
"Kondisi Crista memang sudah stabil. Tapi Eren saya takut. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dengan dia nanti.""Aku janji kak, aku pasti menjaga Crista dengan baik." Eren meyakinkan lagi. "Crista sangat lemah sekarang sekali saja kondisinya memburuk seperti kemarin, mungkin efeknya akan lebih parah."
"Kak tolong. Aku ingin melihat Crista kembali ceria seperti dulu. Percaya kepadaku kak, aku akan memastikan dia baik-baik saja." Tanaka bimbang ia menyugar rambut berusaha mengambil keputusan yang tepat. Perlahan ia berjalan kesana kemari menunggu titik temu. Tanaka berdiri di depan kaca jendela, ia menatap keluar dengan tatapan kosong.
"Bukannya aku tidak ingin melihat Crista bahagia. Tapi aku takut kehilangan dia." Tungkas Tanaka menimbulkan sedih. Eren tahu apa yang dimaksud, setelah kejadian kemarin kondisi nyawa Crista sudah di ambang kematian. Crista bisa meninggal sewaktu-waktu, cepat atau lambat.
"Aku juga takut kehilangan Crista. Aku malah berharap Crista bisa sembuh total meski pun mustahil. Namun jika ini adalah hari-hari terakhirnya bukan kah kebahagiaan Crista yang paling terpenting?" Tanaka sontak diam tak bersua. "Apa kakak mau melihat Crista membekuk di tempat ini selamanya?"
"Eren tapi... Crista itu mudah mati." Tanaka memutar badan memandang Eren menyalak. "Kak jangan bicara seperti itu." "Kau yang membuatku untuk mengatakannya! Karna kau tidak kunjung mengerti!" Kini suara Tanaka semakin meninggi, ia kesal. "Kak. Crista ingin bahagia, selama kita masih bisa membahagiakannya kenapa tidak? Sebelum terlambat dan menyesal. Aku mohon kak asal Crista bahagia, bisa kah kita menururti keinginanya kali ini?"
Untuk yang pertama kali Eren tidak pernah berdebat dengan Tanaka. Tapi sekarang Eren muak, lama-lama melihat Crista terbebani menghabiskan sisa hidup dalam tempat yang bernama rumah sakit. Eren tidak bisa tinggal diam, ia harus mempertahankan persepsinya. "Aku ingin membuat Crista senang. Kalau itu bukan aku, atau kakak sebagai keluarganya siapa lagi?"
Kepala Eren tertunduk sedangkan air mata sudah menggenang. Ia tak sanggup membendungnya lagi, ia biarkan saja air itu meluncur deras berjatuhan. "Justru karna kita tidak tahu kapan ajalnya datang. Selagi masih ada sisa waktu bisakah kita memanfaatkannya?"
Eren gontai ia berlutut di hadapan Tanaka, ia tidak peduli. Ia membuang harga diri agar dokter itu yakin. "Kak jika mungkin kondisi mental Crista mempengaruhi kondisi fisiknya. Kalau mental Crista bahagia fisik Crista juga akan membaik bukan?"
"Aku takut dia membuang harapan hidupnya lagi. Jadi... tolong kak izinkan aku membawanya."
Tanaka merjalan beberapa langkah ke hadapan Eren ia menggenggam kedua bahu Eren mengangkatnya agar bangkit dari lantai. "Aku tidak akan memintamu untuk menjamin kehidupan Crista, bahkan akupun sebagai dokter mustahil. Karna hanya Tuhan yang berkuasa. Jika memang Crista harus pergi aku harus ikhlas."
"Jangan begitu kak. Mungkin Tuhan berencna menyembuhkan Crista kita hanya bisa berdoa dan terus meyakininya."
Tanaka setuju, yang bisa mereka lakukan sekarang hanya itu, saling meyakinkan satu sama lain.•••
Maaf banget kalau ga ada Mikasa udah di beberapa part 😭 next ya janji ✌🏻maaf juga kalau makin gak jelas ini certa ya lorddd
Silahkan mampir ke cerita terbaru author Butterfly 18+ yaa ❗️
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...