13.1

1K 114 7
                                    

Jangan lupa diplay ya video di atas biar pas baca sambil ada backsoundnya~ happy reading

🌼🌼🌼

Sebagai anak dari sang pemilik rumah sakit Crista membekuk di ruang VVIP. Di temani Eren yang tengah sibuk menyiapkan kursi roda tepat di samping ranjang. Crista memperhatikan apa yang akan Eren lakukan kepadanya setelah ini, Crista sebenenarnya paham kenapa Eren menyiapkan kursi roda itu, untuk membantu tubuhnya yang belum bisa melakukan aktifitas fisik ringan meskipun hanya sekedar berjalan.

Tapi Crista memasang wajah tak bersahabat seperti tidak suka apa yang sedang di lakukan Eren untuknya sekarang. Bibirnya cemberut tatapanya dingin. Sekilas Eren melirik ia bingung kenapa Crista merajuk begitu, padahal beberapa menit yang lalu wajahnya sangat amat ceria. "kenapa lagi? jangan kekanan Crista... Sudah untung aku mau membawamu jalan-jalan."

"Aku tidak butuh kursi roda, karna aku ingin pergi ke rooftop kau hanya perlu menggendongku ke atas sana." runtuknya masih enggan untuk mengurungkan niat. Eren menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya menahan sabar. "tapi di atas sana dingin Crista...banyak angin. Ingat tubuhmu masih lemah. Kita ke taman yang di samping saja yah."

"aku tidak mau Eren. Aku ingin sekali pergi kesana." Crista terus merengek. Ada sedikit kilatan dalam tatapan gadis itu membuat Eren lagi-lagi pasrah. Hatinya sudah di ambang pertahanan, apa boleh buat ia lemah akan tatapan itu Eren meleleh. "ya sudah... sebentar saja ya. Janji hanya sebentar jangan terlalu lama!" Eren menyorotnya tajam. Sedetik kemudian bibir Crista mengembang wajah cerianya kembali. Eren berjalan beberapa langkah menghampiri Crista ia juga ikut tersenyum. Tanganya bergerak merengkuh wajah pasi Crista memandangnya dengan hangat, sedangkan ibu jarinya mengelus sesekali lembut di permukaan pipi milik perempuan itu.

Eren membalikan badan membungkukan sedikit tubuhnya dengan tangan yang terbuka. "cepat naik, aku gendong." Tawar Eren tanpa merasa keberatan. Crista setuju pelan-pelan ia merayapkan dirinya ke atas punggung Eren untuk membuat posisi sempurna. Dua detik kemudian Crista sudah tepat di balik tubuhnya, dengan hati-hati Eren menegakan tubuhnya menahan beban yang bertambah. Sesekali Eren meringis menggigit bibir bawahnya karna harus menahan beban. Ia membeku sekejap membuat Crista heran meski ia tahu bertanda apa itu. "berat ya?"

"sedikit, it's okay." Eren mencoba meyakinkan tanpa ingin menghilangkan senyuman Crista. Perlahan kakinya segera melangkah berat, langkah demi langkah menuju keluar ruangan. Crista menaruh ujung dagunya di atas pundak Eren, membuat rambut dan pipi mereka saling bergesekan. Crista bisa mencium aroma Eren begitu melekat membuat hatinya tenang. Tanganya merangkul Eren cukup kuat seakan memeluk melepas rindu yang terselip cukup lama. "sudah lama ya tidak seperti ini."

"tidak seperti ini bagaimana maksudmu?" Eren mengangkat sebelah halisnya.

"yah tidak seperti ini, beberapa hari yang lalu kita tidak sedekat ini." suara Crista nyaris berbisik sorot matanya berubah agak sedih. "banyak hal yang sudah terjadi jika di fikir-fikir itu membuatku lelah."

"tidak usah difikirkan, sekarang kan sudah ada aku di sini bersamamu. Lupakan saja Crista itu tidak penting." Crista hening mendengarkan dengan baik setiap kata yang di ucapkan Eren. Jauh dalam hatinya ia masih dirindung bingung dengan perasaannya terhadap Eren, perasaan yang membuat hubungan mereka menjadi buruk. Entah siapa yang memulai dirinya atau Eren, itu membuat Crista semakin pusing. Hubungan yang buruk membuat jarak diantara mereka setelah sekian lama bersama namun tanpa status.

"kenapa kau tiba-tiba jadi peduli seperti ini kepadaku? Padahal kemarin bukan aku yang ada di fikiranmu. Tapi gadis itu kan?"

"gadis itu? Apa maksudmu Crista?" Dahi Eren mengerut bingung kemana arah percakapan ini. "Mikasa. Jangan biarkan aku mengucapkan namanya, aku tidak suka." Crista memajukan bibirnya lagi. Sebuah isyarat kecil menandakan jika Crista diliputi rasa cemburu, dan ia menyadari akan perasaan itu.  "oh kejadian itu. Maaf... kemarin juga aku bingung harus bagaimana. Mikasa membutuhkan pertolonganku segera sebab ia kecelakaan. Di saat itu juga sepertinya kau sedang membutuhkanku. Aku jadi bingung. Karna Mikasa lebih darurat, apa boleh buat, aku jadi memintamu untuk menungguku tapi setelah kembali kau sudah tidak ada. Aku menghubungimu... tapi tak kunjung ada kabar." Crista terdiam sejenak memfilter kilasan balik kejadian yang terlah lalu.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang