32

710 83 9
                                    

Setelah mencari-cari tempat untuk berisitirahat, akhirnya usaha Eren membuahkan hasil. Ia menemukan karpet busa dari tumpukan random dalam gudang. Ia gelarkan karpet itu di lantai dekat dinding, lalu Eren mencoba duduk di karpet tersebut, bibirnya tersungging menandakan jika ia merasa nyaman.

Segera Eren menepuk-nepuk karpet di bagian sisi kanannya. "Duduk di sini." Mikasa yang mendengar langsung menoleh, sesaat kepalanya juga refleks mengangguk, kini ia berjalan ke arah Eren.
Perlahan ia merapikan posisi roknya kemudian duduk tepat di sisi kanan Eren.

Tiba-tiba hening dan canggung. Yang terdengar hanya suara gemercik hujan dari luar. Mikasa sesekali mengusap kulit kakinya sebab hawa malam itu semakin dingin. Eren perhatikan setiap gerak-gerik Mikasa, ia tahu perempuan itu sedang kedinginan ia segera mengambil inisiatif. "Ingin kucarikan sesuatu agar tubuhmu hangat?"
"Tidak usah, aku tidak apa-apa."
"Yakin?"
"Iya. Aku masih bisa menahannya."
"Oke."

Kemudian hening menyapa kembali. Mata mereka melirik ke kanan ke kiri tidak jelas. Padahal dalam hati riuh, Eren cepat ajak dia bicara!
Ayo lah katakan sesuatu Mikasa!
Saking heningnya suara nafas pun terasanya nyaring. Belum lagi ritme jantung Mikasa menjadi meningkat, entah kenapa berdekatan dengan Eren seperti itu membuatnya gugup.

"Ah!"
"Anu..."
Seru keduanya bersamaan.
"Kau dulu."
Mikasa menggeleng.
"Kau saja yang duluan."
"Sebenarnya ada hal yang ingin kutanyakan dari tadi." Eren menatap Mikasa intens.
"Apa?"

"Tadi sepertinya kau menghindariku. Apa aku membuat kesalahan?"
"Hmm..?"
Mata Mikasa memincing, ia tengah berfikir mengingat kembali kejadian sore tadi. Setelah menemukan jawabannya mata Mikasa terbuka lebar.
"Ah... maaf bukan apa-apa. Waktu itu aku sedang merasa malu untuk dilihat orang. Jangan difikirkan."
"Sungguh?"

"Iya. Hehe." Padahal dalam hati Mikasa takut akan reaksi Eren nanti, saat Eren melihat wajahnya bermakeup bukan kenapa tapi ia takut terlihat aneh dan jelek. Emhhh... Mikasa meringis dalam hati tidak bisa mengajatakan dengan jujur.
"Baiklah kalau begitu."

"Tadi kau mau bicara apa?" Timpal Eren lagi. "Oh... pertanyaanku juga hampir sama, saat di gerbang waktu itu."
"Gerbang?"
"Kemarin lusa saat pagi." Mikasa menambahkan.
"Memangnya kenapa?"
"Kau juga menatapku sedih seperti itu, apa terjadi sesuatu?"

Eren terkejut, ia tidak menyangka jika Mikasa akan menyadari hal itu. Namun dengan cepat ia jawab. "Maaf, waktu itu suasana hatiku sedang tidak baik."
"Kenapa?"
Beberapa detik terjeda, Eren tak menyahut apapun dia terdiam.
"Kalau tidak mau bilang tidak apa-apa sih. Maaf sudah bertanya."
"Eh haha bukan begitu maksudku."

"Tidak apa-apa aku mengerti."
"Hanya saja jika kukatakan aku takut kau tidak mau mendengarnya. Ah...maksudku mungkin ini tidak penting juga untukmu."
Jangan berbelit-belit Eren, kalau tidak mau katakan ya sudah. Aku paham. Lupakan, memang tidak penting juga bagiku.

Mikasa menoleh lurus, memutuskan tautan wajah mereka berdua. Ada pancaran kecewa dari wajah Mikasa, memangnya hubungan apa yang mereka punya selama ini. Teman saja tidak terlalu dekat, Mikasa terlalu berharap, ia merasa bodoh sekarang.

"Crista meninggalkanku."
Imbuh Eren dengan suara yang tercekat. Ia bingung tidak dikatakan atau dikatakan pun Mikasa pasti tidak suka. Setidaknya ia sudah memberi tahu, setelah ini respon apa yang Mikasa akan buat, terserah.

"Meninggalkanmu? Kenapa bisa?!"
Nada suara Mikasa meninggi seraya menoleh cepat. "Aku tidak tahu kenapa, dia bilang tidak mau bertemu denganku lagi." "Kau sudah coba bertanya kepada dia? Mencarinya? Bertemu dengannya?"

Mendengar runtutan pertanyaan membuat sudut bibir Eren tertarik, tangannya ikut menggaruk tengkuk. "Haha kau lucu sekali."
Buk!
Mikasa memukul lengan Eren sebal. "Aku serius."
"Iya—iya."

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang