26

661 76 5
                                    

Langit semakin berubah warna menjadi gelap. Masih belum ada tanda-tanda pak Sasaki datang. Mikasa gelisah dari tadi ia terus menunggunya, sebab ia ingin cepat pulang. Ia tidak begitu nyaman setelah menginap tanpa membawa apapun. Bajunya lusuh karna 2 hari ini ia terus memakai baju itu, belum lagi alat pribadinya yang lain.

Levi tengah duduk di depan tv, tidak jelas menonton apa dari tadi ia terus mengganti channelnya.

Mikasa berjalan menatap jendela lalu berjalan kembali menuju sofa, ia bangun lagi menatap pintu apartemen, terus bolak balik seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mikasa berjalan menatap jendela lalu berjalan kembali menuju sofa, ia bangun lagi menatap pintu apartemen, terus bolak balik seperti itu. Levi terusik ia tekan tombol power dengan kesal. "Sedang apa sih cepat duduk sini!"

Mikasa tahu itu kalimat untuknya, ia segera duduk patuh. "Ada apa?"
"Aku pusing melihatmu, diam bisa tidak?"
"Mana bisa, pak Sasaki belum datang juga ini sudah mau malam."
"Kalau kau mau pulang, pulang saja sana."
"Itu juga tidak bisa."
Mikasa menggoyangkan telunjuknya seperti swiper kaca mobil.
"Kau harus tetap diawasi, kau kan tidak waras kalau bertindak bodoh lagi bagaimana?"
Levi terdiam ia memutar mata, namun sedetik kemudian ia menyeringai mencurigakan.

•••

Satu jam yang lalu.

Ponsel Levi berdering muncul nama Sasaki di layar. Sang pemilik ponsel segera mengangkat. "Ada apa?"
"Mikasa masih di sana?"
"Masih."
"Aku sudah dekat dengan apartemen. Sekalian aku antar dia pulang."
Levi melirik Mikasa sesaat, segera ia bangkit berjalan untuk keluar dari apartemen. Ia berjalan mengendap, setelah di luar dia berbicara dengan suara berbisik.
"Jangan kesini."
Kata Levi membuat Sasaki heran.
"Kenapa?"
"Pokoknya jangan dulu ke sini besok pagi saja jemput dia."

"Tapi Mikasa pasti sudah ingin pulang."
"Masa kau tidak mengerti juga?!"
Terdengar Sasaki mendesah panjang di balik telpon. "Ya sudah terserah kau saja."
"Pak tua, sekarang kau pergi ke rumah gadis itu bilang dia belum bisa pulang, bilang saja aku masih sakit. Lalu... kau tanya kosmetik, sabun, shampo, atau produk apapun yang sering ia gunakan. Lalu kau beli itu semua kirim ke sini menggunakan paket kilat, jangan beri tahu gadis itu kalau aku menyuruhmu pulang. Oia! Bawakan pakaian baru juga untuk dia, termasuk seragam dan tas sekolah. Paham?"
"Iya. Aku pergi sekarang."
"Bagus. Kalau begitu kututup."

•••

Kalau Mikasa sampai tahu ia pasti akan marah besar. Levi menjaga sikap agar semua tingkahnya tidak mencurigakan, mengingat tadi ia sengaja mengusir Sasaki untuk tidak datang. Levi mencuri pandang sesekali kepada Mikasa, ia tidak merasa bersalah sama sekali, ia malah berfikir ada Mikasa di rumahnya bukan hal buruk juga.

"Ekhem."
Levi berdeham. Otaknya tengah mengatur kalimat untuk diucapkan. "Kau mau mendengar sesuatu dariku?"
"Tergantung tentang apa. Kalau sesuatu yang menarik aku mau."
"Kau menyuruhku untuk mengatakan sesuatu kan? Katanya agar kau tahu tentang aku."
Mikasa coba mengingat, sepertinya benar ia pernah berkata seperti itu kemarin.
"Baiklah akan kuceritakan padamu."
Mikasa mengangguk tanda setuju, ia segera memasang kuping baik-baik.

"Ayah ibuku bercerai, dan aku tinggal seorang diri sejak SMA. Sejak itu juga aku menjadi artis. Aku merasa frustasi di rumah bersama keluargaku yang tidak harmonis, mereka sama sekali tidak peduli denganku. Aku merasa tidak bahagia makanya aku memutuskan untuk tinggal sendiri dan mencari uang. Selama ini aku membiayai hidupku sendiri, tapi karna aku terlahir sempurna mudah untukku mencari uang."
Mikasa tak berkata apapun hanya matanya memincing tanda ia tidak suka dengan akhir cerita tadi. "Jadi yang membuatmu seperti ini karna itu?"
"Banyak hal, tapi itu salah satunya." Mikasa termangut paham. Ia malah sedikit merubah pandangannya terhadap Levi, ia tahu jika pria itu serampangan dan seenaknya. Tapi di balik itu Mikasa jadi tahu, Levi sudah melewati banyak masa sulit di hidupnya.

"Kau berhenti sekolah sejak itu? Maksudku tentang pendidikanmu."
"Yak! Aku ini sudah melakukan 2 semester perkuliahan. Tapi karna sibuk dengan pekerjaan aku mengambil cuti."
"Wow... kau mahasiswa?"
"Cih! Selama ini kau berbicara kasar kepadaku, kau tidak sadar jika aku 3 tahun lebih tua darimu?"
"Aku tahu, yaya...maaf soalnya aku tidak bisa berhenti seperti itu padamu."
"Dasar barbar!"
Runtuk Levi, tubuhnya refleks menjauh dari Mikasa sebab ia tahu jika setelah ini akan ada banyak hujan bantal.

Saat Mikasa sibuk merudalkan amunisi, terdengar suara bel berbunyi. Ia sontak diam menyudahi kegiatannya kemudian berlari ke arah pintu. Wajahnya sangat gembira, ia fikir yang depan pintu adalah Sasaki. Mikasa menarik pintu dengan semangat, namun setelah melihat orang tersebut senyuman Mikasa memudar. Yang datang bukan lah sosok yang ia tunggu, melainkan sosok pria asing yang tak pernah ia lihat.
"Ada paket untuk tuan Levi Ackerman."
"Ah..."
Mikasa kecewa, padahal ia sudah sangat berharap jika Sasaki yang datang. Ia melihat dus dan bingkisan di tangan sang kurir, itu tampak menarik perhatiannya.
Sang kurir menyerahkan paket tersebut kepada Mikasa. "Terima kasih." Sang kurir tersenyum, setelah menyelesaikan tugas ia pun pergi.

Mikasa kembali masuk membawa paket sambil membuat wajah lesu. "Ada paket untukmu." Mikasa taruh dus itu di hadapan Levi, ia malah tersenyum puas. "Tolong buka kan untukku."
"Hah? Kau menyuruhku?"
"Iya, cepat buka."
Dengan bodohnya Mikasa mau menurut, pertama ia buka dus kecil berwarna pink ia tarik solatip yang menempel. Perlahan ia buka dan mengintip isinya. Betapa terkejut Mikasa setelah memeriksa apa yang ada di dalam.

 Betapa terkejut Mikasa setelah memeriksa apa yang ada di dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah..." Mikasa takjub, ia ambil isinya satu persatu.
"Ini yang biasa kupakai, dan semua dalam kondisi baru. Luar biasa! Kau pakai ini juga?"
"Tentu saja, TIDAK." Kedua Mikasa mengambil bingkisan kosmetik dan pakian.

Ada piama bermotif bunga dan casual one piece dress berwarna coklat pastel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ada piama bermotif bunga dan casual one piece dress berwarna coklat pastel. Mikasa berbinar matanya hampir tak berkedip.
"Ini juga baru, haaa... kenapa mahal?!" Pekik perempuan itu setelah melihat price tag yang masih menempel.
"Terus? Kok?"
Ia memeriksa lagi semua barang yang ada di dalam, terakhir ia semakin terkejut dengan adanya seragam dan tas sekolah miliknya.

"Kenapa ada di sini?!"
"Sudah jangan banyak bicara pakai saja, itu semua milikmu."
Otak Mikasa sedang menyaring sesuatu, untuk apa semua benda ini? Levi bilang semua itu miliknya. Setelah ia menemukan jawaban yang ia cari, Mikasa berteriak dengan keras.
"APAAAA MAKSUDNYA SEMUA INI?! Aku harus tetap di sini?! SAMPAI BESOK?!"
Kedua sudut bibir Levi ditarik hingga deretan gigi putihnya terlihat.

•••

Eren gak muncul besok deh ya. Btw author merasa cerita ini semakin gajelas aja. Gimana nih? 😭😭

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang