49

796 63 9
                                    

Cinta itu seperti sebuah kebohongan.
Sepandai-pandai Mikasa menyembunyikannya, pasti akan tercium juga.





Sepandai-pandai Mikasa menyembunyikannya, pasti akan tercium juga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








"Aku mau minta tolong."

Ujar Eren tak sengaja bertemu raga Sasha di lorong. Saat itu jam bebas sekolah, setelah jauh berfikir, Eren mau mencoba sekali lagi. Berdiskusi dengan Mikasa untuk membawa damai.

Sasha yang berdiri di tengah-tengah jalan mematung karna langkahnya dipaksa berhenti. Ia linglung, kepalanya sedikit miring bersama dahi yang mengerut. Gadis kuncir kuda itu sama sekali tidak mengerti apa maksud dan tujuan Eren, tiba-tiba memblokir jalannya seperti ini.

"Bawa Mikasa ke jalan (...) sepulang sekolah nanti. Di sana ada sebuah jembatan, aku menunggu kalian di sana."

Eren meminta tanpa memasang wajah iba, lelaki itu malah beraut durja seperti balok es. Terasa datar dan dingin. Tapi tatapannya terlihat sangat serius.

Sasha mengela nafas, ia keluarkan karbon oksida panjang-panjang sampai paru-parunya mengempis. Ia tengah berfikir antara menyetujui permohonan itu atau tidak. Simpati Sasha mendorong untuk menyetujui, tapi ada perasaan yang mengganjal di hatinya. Membuat ia tak bisa mengambil keputusan itu dengan cepat.

"... Hmm— bagaimana ya. Aku malas membantumu sebenarnya."

Kemudian Sasha bersedekap sambil menyorot sosok rupawan Eren dari ujung rambut hingga ujung kaki. Ia memberi tatapan tajam seolah ingin menyindir. Lalu otaknya bekerja keras untuk berfikir dan menimbang-nimbang.

Niat meminta tolong tidak sih? Kalau tidak niat enyah sana!

Beberapa menit hening, Eren membuat sorot mata yang tegas. Mengisyaratkan bahwa dirinya benar-benar serius. Tak ada tanda raut wajah main-main. Eren sudah bertekad, selepas pernyataan cinta yang gagal, ia ingin membereskan belenggu ini hingga akhir.

"Jangan khawatir, nanti aku tlaktir."

Sekejap senyuman lebar mengukir di wajah Sasha. Sebenarnya tatapan barusan ada sinyal ke arah situ, Sasha tak mau berucap, biar Eren yang sadar terlebih dulu. Ia butuh sesuatu agar membuatnya semangat untuk mengelabui Mikasa.

"Baiklah kalau begitu."

Kemudian Sasha tertawa renyah. Ia merasa puas telah dimengerti oleh Eren. Meski dalam hati lelaki itu ingin menggerutu keras.

Dasar wanita picik.

Eren tahu gelagat gengsi Sasha barusan, ia juga paham jika perempuan itu butuh pelicin agar mesin di tubuhnya menjadi panas.

Tak lama, Eren kembali angkat suara. Terlihat dari mulutnya yang siap terbuka lebar. Ia tak mau ambil pusing, berkorban sedikit saja tidak menjadi masalah baginya. Eren tak keberatan jika harus menerima sedikit kerugian materil demi membujuk minat Sasha.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang