34

709 64 6
                                    

"Petra! Petra!"

Teriak lelaki berperangai tampan bertubuh tinggi. Ia tampak tergesa-ngesa mengejar seorang siswi berambut brown honey. Wajahnya cantik dan manis, namun bibirnya mengerut seperti tak suka. Ia tengah berjalan cepat menghindari lelaki tersebut.

"Petra tunggu!"

"Tidak mau Jean! Aku bilang tidak mau! Jangan kejar aku!" Pekiknya.

"Please, mau ya jadi perwakilan untuk lomba renang untuk kelas kita?"

Jean berjalan lebih cepat, menyelang langkah Petra dari depan. Menarik tangan Petra mundur untuk menghentikannya. Petra sontak lebih jengah dari yang sebelumnya. Wajahnya merah padam karna amarah yang sudah memcapai batas.

"Tuli ya?! Aku menolak! Cari aja yang lain Kaichou! Aku tidak—."

Suara Petra menggantung. Kemudian ia menunjukan salah satu jarinya ke arah belakang Jean. Membuat lelaki itu ikut menoleh melihatnya. Saat ia lengah barulah Petra melepaskan cengkaraman Jean dengan kuat. Berbalik arah lalu berlari secepat kilat untuk kabur.

"Petra!"

Gerutu Jean, ia fikir kenapa gadis itu sangat keras kepala padahal ia meminta Petra untuk menjadi perwakilan bukan karna tanpa alasan. Melainkan Petra cukup lihai saat berenang, tapi ia bersikukuh menolak jika harus berpartisipasi untuk festival sekolah. Kenapaaaa? Jean terus membatin sambil mengejar kembali Petra yang perlahan mulai hilang dari pandangan.

Petra berlari sekuat tenaga yang ia bisa, sampai-sampai nafasnya bergemuruh tak beraturan. Mata Petra tak begitu waspada untuk melihat jalan, hingga akhirnya ia tak sengaja menabrak lelaki bersurai blode. Tubuh mereka beradu tak dapat terhentikan. Membuat kedua orang tersebut terkulai di atas lantai.

Mereka meringis sakit, apa lagi Petra. Terlihat lututnya lecet karna bergesakan dengan permukaan lantai. Armin terkejut secara otomatis, membuka mata lebar-lebar melihat sosok perempuan asing di depannya.

Armin memandang Petra cukup lama ia terpana sesaat. Ia bergumam dalam hati entah kenapa Petra terlihat sangat manarik perhatian.

"Ah—." Petra mengeluh sakit sambil mengelus lutut yang sedikit kemerahan. Armin segera menggeleng membuyarkan lamunan, berdiri lalu berjalan beberapa langkah mendekati Petra.

"Maaf aku tidak sengaja menabrakmu."
Kata Armin panik. Ekspresinya menunjukan rasa tidak enak hati. Namun dengan cepat Petra menggeleng.

"Tidak. Ini salahku karna tidak lihat-lihat."

Keringat sedikit membasahi dahi Petra, masih dengan rasa gusar ia menoleh ke belakang untuk memastikan apakah Jean masih mengejarnya. Namun harapan Petra pudar seketika, Jean masih belum mau menyerah. Nampak ia terpogoh-pogoh dari kejauhan memandang Petra tajam, seolah tidak mau melepaskan Petra begitu saja.

"Aku harus segera pergi. Maaf..."

Ujar Petra langsung berdiri dan melangkah pergi. Sedetik kemudian Armin cegah, menarik lengan Petra seperti yang di lakukan Jean tadi. Namun kali ini tidak secara paksa. Armin tersenyum teduh mencoba menangkan. Ia seperti tahu apa yang Petra rasa, Armin harus menolongnya.

"Kesini."

Suruh Armin menuntun Petra berbelok ke sebuah lorong. Mereka berjalan cukup cepat menuju pintu berwarna putih bertuliskan UKS. Tangan mereka terus bertautan hingga sesampainya di depan pintu, Armin buka pintu tersebut. Memasukan tubuh mereka ke dalam lalu di tutup pintu dengan segera.

"Tunggu di sini. Sekalian aku ambilkan plaster untuk lututmu."

Petra mengerjap ia memutarkan mata canggung berulang kali. Tanpa ia sadari Armin sudah membantunya kabur dari kejaran Jean. Seharusnya ia berterima kasih tapi sepertinya Armin juga tidak begitu peduli.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang