Levi merubah sorot matanya menjadi sangat serius. Ia menatap Mikasa memperhatikan detail setiap ekspresi yang tergambar. Yang Levi lihat Mikasa sangat terkejut sampai matanya nyaris melompat keluar.
Levi menduga bahwa Mikasa tidak tahu menahu soal isi foto candid yang diambil secara diam-diam tersebut.
Dalam foto nampak sesosok lelaki yang tidak asing. Mikasa sangat kenal lelaki itu, bahkan tadi sore mereka bertiga sempat saling bertemu.Di sana Eren terpotret bersama dengan seorang perempuan. Mereka nampak mesra layaknya sepasang kekasih. Perempuan itu cantik, kulitnya putih pucat dengan rambut panjang berwarna pirang. Mikasa tahu siapa perempuan yang dimaksud. Ia pernah melihatnya sekali tempo hari saat di rumah sakit.
Ya, dia Crista. Kenpa dia bisa mempunyai foto ini?
Mikasa sendiri sebenarnya belum begitu paham, tidak jelas hubungan apa yang mereka miliki. Eren pernah berkata jika Crista bukan lah pacarnya, tapi kalau dibilang mereka tidak berpacaran lantas foto ciuman itu tandanya apa?
Sorot mata Mikasa perlahan meredup.
Wajah sedihnya kembali muncul seperti beberapa jam yang lalu. Ada banyak tanda tanya dalam benak Mikasa. Kepalanya seperti berkelit digulung ombak karna pertanyatan tersebut tak mampu terjawab.Ia sedikit kecewa atas kenyataan yang barusan ia lihat. Sekali pun itu hanya selembar foto, tapi sukses melumpuhkan perasaan Mikasa.
Mata Mikasa mulai pedih memberi peringatan jika ada cairan bening akan segera keluar. Mikasa mengerjap-ngerjap menahan air mata yang sudah tak terbendung.
Jangan sampai tumpah.
Kata Mikasa berusaha tegar terlihat dari senyumnya yang terasa pahit. Levi terdiam ikut sedih, memandang kasihan sambil berangan seandainya ia bisa memeluk perempuan itu. Memberikan dadanya yang bidang untuk Mikasa bersandar, pasti ia akan membanggakan diri di atas puncak gunung Everest.
Levi memang tidak peka, sombong, dan juga berhati dingin, tapi ada satu yang hal perlu digaris bawahi. Levi hanya seorang manusia biasa, ia berharap bisa melihat perempuan tercintanya bahagia.
Sesosok pria berseragam butler tiba-tiba datang menghampiri. Ia berjalan sambil mendorong sebuah trolly makanan. Segera Levi amankan lembaran foto di atas meja sebelum pelayan itu melihatnya.
Si pelayan tersenyum ramah, takut Levi dan Mikasa marah karna terlalu lama menunggu. Levi balik tersenyum memberi isyarat jika mereka baik-baik saja, sedangkan Mikasa cepat-cepat menyeka air mata yang tersisa. Menyingkirkan gundah dan menata perasaanya kembali.
"Bon appetite..."
Kata si pelayan yang dalam bahasa Prancis berarti 'selamat menikmati.' Satu per satu piring dihidangkan di atas meja. Mikasa menegak saliva, meski makanan tersebut terlihat aneh. Apa lagi saat semangkuk bekicot ditaruh di hadapannya mata Mikasa langsung berputar.
"Merci..."
"Oui."
"..."
Mikasa membeku menyaksikan kedua pria tersebut berbicara, sebab ia tidak pernah belajar bahasa Prancis. Mikasa hanya mampu membalas dengan seutas senyum.
"Kau yakin mau makan itu?"
Levi menatap Mikasa penuh keraguan.
"Em—."
"Kau boleh makan yang lain. Mau pesan lagi?"
"Em— Aku bisa makan ini kok."
"Serius?"
"Iya."
Bohong! Aku tak punya nyali untuk memakannya sialan! Argh... Siapa juga yang mau makan makanan menjijikan ini?!
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
أدب الهواةMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...