Setelah kejadian itu aku menemukan banyak artikel tentang Mikasa dan Levi di internet. Berita aneh menyebar, mulai dari seorang Mikasa yang tidak tahu diri, hingga Levi yang katanya bodoh.
Jujur saja itu membuat ku khawatir tak karuan. Sebab bisa ku tebak akhir dari kejadian semalam, sampai aku berasumsi bahwa kecelakaan yang terjadi Levi-lah penyebabnya. Andai saja si artis itu tidak pernah muncul, Mikasa tidak akan seperti ini.
Sore itu sepulang sekolah aku dan Sasha menemui Mikasa. Sekalian mengantar gadis itu pulang dari rumah sakit. Katanya hari ini dia sudah bisa kembali ke rumah. Saat aku bertemu denganya, ruangan terasa asing dengan jendela yang terlihat jingga. Kami saling melempar senyuman canggung. Wajahnya terlihat segar membuat ku sedikit lega.
"Mikasa maafkan aku semalam, saat aku tiba di tempat kau sudah di larikan ke rumah sakit. Aku tidak sempat bertemu dengan mu."
Kataku bohong.
Ia tersenyum lalu menggeleng tanda iya tidak apa-apa. Ada perasaan tidak enak di hatiku karna menyembunyikan sesuatu. Aku melirik ke samping, seseorang yang sangat menarik perhatian. Entah kenapa aku menjadi kesal setelah melihatnya. Ia tengah memakan sepotong pizza dengan lahap. Ku ingin menghampiri tapi kaki Sasha sudah bergerak mendahului.
Matanya menyorot pria itu dengan tajam, medekat secara cepat. Tanpa ragu Sasha menarik kerah baju Levi dengan sekuat tenaga.
"selalu saja berbuat gara-gara! Sudah bosan hidup? Hah?!"
Serunya penuh amarah.
"uhuk!"
Levi hanya merespon batuk karna tersedak. Aku lumayan panik, segera melerai.
"Sasha, tenang lah. Itu bukan salahnya tapi fans dia yang menyerangku semalam. Jangan salahkan dia, dia malah menyelamatkan ku."
"Sasha... Aku juga kesal, tapi tidak seperti ini caranya mari bicarakan baik-baik."
Kataku, mencoba menenangkan Sasha hingga cengkramannya mulai melemah.
Tiba-tiba pintu terbuka, seorang pria paruh baya di depan pintu, spontan kami semua teralihkan kepadanya. Pria tersebut juga seperti tersulut api, ia mendekati Levi membuat suasana semakin kacau.
"bocah sialan! Aku kan sudah bilang jangan pergi kemana-mana, kau pasti membuat ulah lagi. Aaah... rasanya aku akan gila."
Sang manager langsung mengoceh sambil memijat dahinya yang terasa pusing.
"Lihat betapa keras kepalanya dirimu, kau fikir Mikasa akan menyelamatkan mu setelah ini? kau ingin membusuk di penjara?!"
Lanjutnya.
"tenang dulu pak... sebenarnya saya sudah membuat keputusan. Ku pastikan Levi tidak akan di penjara. Tolong beri aku kesempatan untuk berbicara."
Ujar Mikasa kebingungan, ia juga berusaha meredam keadaan.
Aku dan Sasha mengerti, kami memberi ruang agar mereka bertiga bisa mnyelesaikan masalah dengan baik. Seperti déjà vu, kenapa kejadian seperti ini terulang lagi?
Aku menghela nafas panjang serta melemaskan otot punggung di dinding. Sedangkan Sasha mengigit jari, kakinya bergerak-gerak tidak bisa diam, fikiran kami tidak fokus merasa gelisah.
Hingga suasana kembali tenang. Sasha mengupasi kulit apel merah yang ku bawa untuk di makan bersama. Sesekali kami bersuara meski lebih banyak membuat keheningan.
***
Setelah beberapa lama, dalam keheningan Eren terus memperhatikan Mikasa, gadis itu menjadi murung dari yang sebelumnya membuat Eren semakin tidak tahan, dia juga ingin mengeluarkan isi kepalanya. Ia membatin jika dirinya harus berbuat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...