"ini hasil lab mu hari ini."Pencegahan sudah di lakukan tapi Pulmonary Stenosis - Penyempitan Katup Paru (kelainan jantung).
Semakin parah. Harapan hidup pendek.
Tanaka-sensei tertunduk murung, tangannya mengusap rambut blode milik seorang gadis berparas cantik, terus mencoba menenangkan.
Gadis tersebut terisak, air matanya berjatuhan dengan deras dalam pelukan Tanaka-sensei.
"nande? Oniisan.. nee! Oshiette!"
Kata gadis itu berteriak memukul-mukul dada pria tampan berjas putih tersebut.
Langit seakan runtuh.
Kabar buruk tak henti-hentinya menerpaku. Apa jadinya jika cobaan terus me nimpa mu? Mungkin aku akan menyerah saja hingga ajal mendatangi ku.
Ku fikir jika aku mati, aku tidak akan merasakan sakit yang menyiksa ini dan membuatku lebih tenang. Aku tidak ingin memikirkan apapun lagi.
Aku ingin berhenti berjuang karna sudah tidak memiliki masa depan.
Padahal semuanya sudah kulakukan semampuku, perawatan intensive, hingga oprasi berkali-kali membuat tubuhku penuh jahitan seperti boneka yang rusak.
Apa tuhan tidak menyayangiku?
Apa tuhan sudah tak ingin mendengarkan do'a ku?
Tolonglah..
Aku ingin hidup lebih lama lagi dengan Eren..
Beri aku waktu lebih banyak lagi untuk hidup, aku belum sempat mengucapkannya, aku sudah memendam perasaan ini begitu lama.
Dadaku terasa sangat sakit.. karna tidak ada yang dapat menyembuhkannya.
"Nafasmu memendek, tenang lah! Crista!"
Tanaka-sensei mengecek denyut jantung Crista yang melemah. Nafasnya terdengar sesak.
Kakinya seakan lemas tak mampu menopang massa tubuhnya.
***
Eren berjalan menuju gerbang, hari itu langit gelap seperti akan hujan. Eren memandang dari kejauhan, seseorang yang mirip dengan Shasa tengah berdiri di depan sekolah. Eren semakin mendekat, wajah Shasa menatap Eren tajam.
"nande? Dousuru?"
Tanya Eren ingin tahu.
"baca pesan ku! Ha-ya-ku!"
Eren merogoh kantung celana lalu mengutak-ngatik ponsel yang sudah di genggamnya.
Hari ini aku akan menjenguk Mikasa. (Shasa)
Isi pesan itu singkat. Eren mengangkat halisnya.
"lalu?"
"denganmu bodoh!"
"hah?"
Eren semakin bingung, Shasa cepat menarik lengan Eren untuk membawanya lari.
"nee! Matte!"
"Aku sudah menunggumu dari tadi tau! Ayo cepat kerumah sakit sebelum jam besuknya habis! Demo.. kita harus membeli sesuatu untuk Mikasa."
Shasa bersemangat terus membawa Eren berlarian. Eren pasrah jika menolak ia akan merasa tidak enak.
Apa boleh buat.
Eren membatin.
Hingga tiba di sebuah toko pastry terdekat, tak jauh dari stasiun. Mereka masuk kedalam, aroma manis tercium di seluruh ruangan. Shasa sibuk melihat-lihat berbagai jenis kue. Eren hanya mengekor di belakang seperti pembantu yang patuh kepada majikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...