Ada saatnya aku ingin menjadi air yang mengalir tenang dan membawa kehidupan, tapi ketika aku menyadari bahwa air juga membawa kematian, aku jadi ingin menaklukannya.Aku masih ingat ketika tahun pertama sekolah, Armin bertanya kepadaku klub apa yang akan kau ikuti? Ku jawab klub renang. Dia bertanya lagi alasan kenapa aku memilih klub itu.
Mulutku terasa berat untuk mengucapkan jawabannya, namun ku bilang saja karna dulu aku pernah menyesali sesuatu.
10 tahun yang lalu di musim dingin.
Udara sore itu membuatku bergidig kedinginan, salju masih turun secara perlahan dari langit yang gelap, aku berjalan sepulang sekolah menuju rumah. Sambil berjalan aku memasukan kedua tanganku kedalam saku untuk mencari kehangatan. Ku lihat pula hembusan nafasku yang menguap di udara.
Tak sengaja dari arah berlawanan aku melihat sosok anak perempuan kira-kira seumuran dengan ku, ia sedang menangis, tangannya di seret oleh seorang pria dewasa.
Kepalanya menunduk sambil terus memohon minta di lepaskan, aku langsung berfikir bahwa pria itu adalah orang yang jahat.
Saat berpapasan, mata gadis itu menatapku seolah dia sedang meminta pertolongan. Meski ia tidak berkata sepatah katapun, aku bisa merasakan tatapanya begitu melas dan sedih tak berdaya.
Tadinya aku tidak peduli, aku terus berjalan hingga sosok mereka berlalu di balik tubuhku.
Tapi.. langkahku terhenti, aku berubah fikiran dan membalikan badan, aku berlari dengan kencang, rasa ibaku mendorong langkahku semakin cepat.
Ku kejar dua orang itu, ku jegat mereka dari depan sambil merentangkan kedua tanganku lebar-lebar.
Pria itu menatapku heran.
"apa yang kau lakukan bocah kecil?!"
Tanyanya jengkel.
"Lepaskan tanganmu dari gadis itu!"
Kataku berteriak.
"cih! Pergi sana!"
Aku tetap diam dengan menatapnya garang.
"minggir sana bocah kecil!"
Aku masih berdiri keras kepala.
Pria tersebut semakin terlihat kesal, fikiranya sempat teralihkan hingga membuat gadis itu menggigit keras lengan si pria.
Ia meronta kesakitan melepaskan cengkramanya, dan gadis itupun berhasil membebaskan diri.
Dia berlari kearahku, dan langsung menggenggam tanganku.
Rambutnya hitam panjang, berayun di terpa angin. Dia bergaun putih, berjaket coklat dan syal merah membelit di lehernya.
Mataku tak berhenti menatapnya, sekejap aku mematung tanpa berkedip karna ia sangat cantik. Aku merasa wajahku memerah di saat yang bersamaan.
"Dia penculik! Tolong aku!"
Katanya membuyarkan lamunanku.
"eh?"
Kataku tekejut.
"Ikko!"
Akupun langsung menyadari dan menarik tangannya, lalu kami berlari menghindari penculik tersebut.
Penculik itu mengejar dan kami terus berlari.
Aku mulai panik meski kami berlari cukup jauh, pria itu tetap mengejar di belakang kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...