18

767 79 2
                                    

Akhirnya apa yang Crista inginkan terwujud. Ia berdiri di depan check in counter sebuah maskapai pesawat. Bibir Crista tak mau berhenti tersenyum saking bahagianya.

Ia memerhatikan Eren mengurusi koper yang akan mengarah ke bagasi pesawat. Setelah cukup lama mengurusi Eren kembali dengan dua buah boarding pass yang sudah dalam genggaman. Mereka semakin puas, tanpa berlama-lama dua orang tersebut melenggang menuju gate.

Crista menggenggam tangan Eren, sambil terus berangan-angan jika hari ini ia akan bahagia. Ia menatap wajah sang pemuda di sapingnya, matanya penuh dengan pancaran kasih sayang.

Alangkah baiknya kesempatan ini, Crista besyukur ia masih bisa merasakan kehangatan genggaman itu. Cuaca sore itu juga cerah mendukung Crista untuk melihat sunset yang ia amat damba-dambakan semakin terwujud.

Mereka berjalan hingga pintu masuk pesawat. Crista dan Eren duduk bersebelahan di kursi kelas eksekutif. Crista duduk dekat kaca jendela dan Eren di sampingnya. "Sudah siap?"
Kata Eren memastikan Crista jika pesawat yang mereka tumpangi akan segera take off.

"Tentu." Senyum Crista mengembang. Seat belt sudah terpasang, semua penumpang sudah duduk teratur sambil mengikuti instruksi pramugari yang memeragakan keselamatan penerbangan. Pesawat tujuan Narita - Okinawa pun sukses terbang pada pukul 07 p.m.

Perlahan ketinggian pesawat semakin menaik. Hingga di ketinggian 30.000 ft cahaya terang menyeruak. Crista bisa melihat dari kaca awan putih saling bergumpalan, warna biru laut dan jingga di langit mendominasi. Sebuah sinar memantul luar biasa terangnya dari arah barat.

Bibir mungil Crista semakin tersungging. Matanya hampir tak berkedip karna takjub, sesekali juga memicing karna silau, ia bisa menyaksikan dengan jelas sekarang keindahan yang hampir tidak pernah ia lihat. "Eren terima kasih." Crista menoleh sendu ia melihat Eren yang juga menatapnya.

"Untuk apa?"

"Kau sudah mengabulkan satu dari kedua permintaanku." Suara Crista beradu dengan deru sayap pesawat. Ada sinar keemasan memerpa di wajah Crista, dengan lembut Eren usap puncak kepala perempuan itu. "Sama-sama."

"Andai saja kaca jendelanya bisa kubuka, aku ingin merasakan angin menghempas tubuhku, lalu kusentuh awan seperti kapas itu."

"Ide gila."

Eren berdecak. "Sungguh! Eren aku ingin berlarian di atas awan itu terus merasakan jika aku benar-benar terbang." "Iya kau akan terbang lalu setelah itu kau akan terjatuh. Apa yang terjadi setelahnya silahkan bayangkan sendiri."

Bibir Crista langsung mengerut, meski dalam hati ia kegirangan seperti anak kecil. Eren melihat arloji yang berada di tanganya untuk memastikan waktu. "Kurang dari satu jam kita sudah sampai di Okinawa. Jadi lihat lah sepuasnya pemandangan ini sebelum pesawat landing."

Crista mengangguk, kapan lagi dia bisa memiliki kesempatan seperti ini? Mata dan otaknya tengah merekam dengan baik setiap moment yang ia lihat. Rasanya ia ingin simpan kenangan ini untuk waktu yang lama. Seandainya suatu hari nanti ia bisa memutar ulang kejadian ini lagi, itu seperti mengingatkan jika dirinya pernah bahagia.

"Eren apa yang sudah kau perbuat hingga si dokter itu mau mengizinkan kita untuk pergi?"

"Tidak ada, biasa saja kok."
"Sungguh?" Eren mengangguk mantap. "Kau pasti menyongoknya kan? Dengan apa?"

"Hah? Tidak." "Kalau begitu kau pasti mengancamnya kan?" "Aku bukan kriminal."

"Lalu?"
"Tidak usah difikirkan Crista. Yang penting kau senang sekarang." Eren meyakinkan, biarlah semua pengorbanan kecilnya ia simpan sendiri saja.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang