12

1K 114 9
                                    


Eren dibawa ke lorong yang gelap, ada sedikit cahaya masuk dari kaca jendela. Suasananya muram Tanaka meremas rambut dia terlihat kacau.

"Eren, aku tidak ingin mengatakannya."

"Memangnya ada apa kak?"

"Jantung Crista sempat berhenti tadi."

Eren lemas, dia tidak ingin percaya.

"sungguh?!"

"aku hampir gila tadi. Aku takut Eren..."

Suara Tanaka bergetar, diam-diam muncul cairan bening dari ekor matanya.

"Eren, aku tidak tahu ada masalah apa di antara kalian berdua. Kemarin dia memutuskan untuk tinggal di rumah, dan meninggalkan apartemen. Aku tidak ingin dia stress karna hal itu. Tolong dengarkan apa yang dia inginkan ya. Dia sudah bergantung padamu sejak lama."

"aku mengerti maksudmu kak. Aku tidak boleh menyakitinya."

"terimakasih sudah mau terus disisinya. Aku mengandalkanmu."

Eren mengangguk membuat keputusan besar, dia mengulum senyum meski sorot matanya memancarkan kesedihan.

Eren kembali ke ruangan Crista, dia mendorong pelan pintu kamar. Eren berjalan mendekat tanpa membuat suara sedikitpun. Memandang Crista sudah tertidur dalam keadaan gelap. Eren menyentuh wajah Crista dia mengeslusnya lembut.

"Semua ini salahku, tanpa sadar aku sudah membuatmu sedih. Maafkan aku..."

Eren mendekatkan wajahnya, matanya tertutup. Ia membuat sebuah ciuman pertama mereka. Untuk yang pertama kali bibir mereka saling bersentuhan. Saat itu Eren ingin menangis, dia berfikir aku harus segera melabuhkan hatinya untuk seorang saja. Meski ada gadis lain yang sudah lama dinanti-nanti.

Nafas mereka terdengar karna hening. Meski gelap sinar bulan seolah masuk membuat langit yang kelabu itu menghilang. Malam berbintang menutup hari yang terasa panjang, Eren memejamkan mata dan tertidur di samping Crista.

🌼🌼🌼

Sebuah mobil berhenti di depan gerbang sekolah membuat pasang mata memperhatikan. Keluar sosok pria keren, wajahnya tertutup masker dan snapback. Dia melangkah perlahan membuka pintu mobil yang satunya, ia membantu seseorang keluar lalu menuntun orang itu berjalan.

"Mikasa? Bukan kah itu Mikasa? Dengan siapa? Dia turun dari mobil mewah!"

Begitulah ocehan para murid lain di sekitar mereka. Atas kejadian kemarin Mikasa mendadak menjadi terkenal di sekolah. Semua orang memperhatikan, membuat Mikasa tidak begitu nyaman. Apa lagi saat Levi merangkul punggungnya, tubuh mereka saling menempel.

Langkah demi langkah mereka semakin menuju garis gerbang, Sasha sudah menyambut dengan muka geram. Tanganya melipat di atas dadanya.

"terimakasih sudah mengantar."

"ini salah satu bentuk tanggung jawabku. Aku akan menunggu disini sampai pulang, aku akan mengantarmu juga."

"pulang saja sana bodoh tidak ada kerjaan!"

"sudah... sudah... Sasha ayo kita masuk."

Sasha memutar matanya, dia masih menyimpan kesal kepada Levi. Mikasa sendari tadi hanya diam. Entah kenapa suasana sekolah hari ini terasa asing. Sasha menuntun Mikasa menuju kelas, pandangan disekitar masih tertuju padanya.

Beberapa orang juga bergosip membicarakan Mikasa. Dia semakin risih, rasanya ia ingin berbalik dan kembali kerumah. Hingga tiba dikelas Annie langsung mendekat mulutnya menganga.

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang