36

682 73 3
                                    

BGM • Lee So Ra — Into my heart (piano instrument) 🎵

***

Saat langit menunjukan senja, Mikasa dan Sasha memutuskan untuk pulang. Meski jam sekolah telah usai, raut wajah Mikasa tak berubah sedikit pun. Ia terlihat murung sambil berjalan mengekori langkah Sasha menuju gerbang.

Apa yang gadis itu takutkan akhirnya terjadi. Ketika ia menemukan sosok Levi tengah bersandar di Benz berwarna hitam. Pria tersebut menyilangkan tangan serta memandang tajam Mikasa dari kejauhan.

Mikasa terhenti sejenak, ia sedang memikirkan kata-kata sebelum mereka saling mendekat dan bicara.

"Mikasa!"

Panggil Eren dari radius beberapa meter dari arah belakang, jantung Mikasa ingin melompat. Matanya terbuka lebar saat menoleh. Kemudian mengumpat habis-habisan dalam hati. Ini timing paling buruk yang pernah terjadi dalam sejarah hidupnya.

"Jeng—jeng—jeng—jeeeeeeeng... Jeng—jeng—jeng—jeeeeeeeng..."

Terdengar salah satu instrumen Beethoven dari mulut Sasha. Ia begitu asyik menyaksikan adegan dramatis ini.

"Ahh— enak ya jadi Mikasa, dikelilingi banyak laki-laki. Hahaha..."

Cibir Sasha bahagia melihat temannya terpojok. Mikasa otomatis geram, menggertakan gigi lalu tak segan menendang kaki bagian belakang Sasha.

Brak!

"Ouch! Pukulan yang bagus nona!" Sasha meringis nyeri.

"Kau fikir ini opera sabun hah?!!"

"Tehe! Pero!"

Sasha tak henti mengejek, Mikasa malas menggubris, hanya bisa memutar matanya jijik.

"Aku rela tidak makan, tidak minum, asal kan Levi dan Eren menjadi milikku..."

"Mati saja sana sialan!!!"

"Ahahaha... Seram deh."

Sasha tak kuasa menaha tawa, ia mengelus-gelus perut karna merasakan geli yang luar biasa.

"Maaf menunggu, jadi kan pulang bersama?"
Kata Eren masih tersenyum, berjalan mendekati Mikasa.

Levi yang dari tadi sudah gatal tidak boleh tinggal diam. Ia ikut mendekati Mikasa seolah ingin mengusir predator lain selain dirinya.

"Kuharap kau masih ingat janji kita tadi siang."
Tegas Levi dengan tatapan membunuh.

"Aku tidak ikut campur dalam urusan ini. Good luck, semoga kau pulang dengan selamat."

Sasha mundur beberapa langkah, sebelum menarik tubuhnya lebih jauh. Ia melambaikan tangan kepada tiga orang tersebut.

"Aku duluan ya!"
Sejurus kemudian Sasha lari secepat mungkin, menjauhi area tersebut yang dipenuhi aura mencekam.

Mikasa gelagapan, ia juga berharap bisa melarikan diri dari situasi aneh ini. Namun yang ia bisa hanya diam, menyeka sebagian rambut ke belakang telinga. Lalu menghindari tatapan kedua pemuda tersebut. Mau melirik pun pecuma, tak akan ada celah untuknya kabur.

"Aku tidak ada urusan denganmu."

Ujar Levi sedingin es. Eren membalas balik dengan tatapan tak suka. "Cepat ikut aku."

Titah Levi menarik sebelah tangan Mikasa. Gadis itu masih berdiam, tak bereaksi apapun.

"Tunggu—."

Kata Eren juga menarik tangan Mikasa satunya merasa tak rela.

"Memang kau siapa nya ?"

Levi menyeringai, sontak Eren bungkam. Ia berhasil membuat pemuda itu porak poranda. Mikasa juga langsung menoleh ke arah Levi, entah kenapa pria itu lebih mengerikan dari yang ia duga. Segera kinerja otaknya naik beberapa level. Ia sendiri pun tak sanggup menjawab pertanyaan Levi. Kenapa?

Mikasa merasa dadanya ditekan, hingga air mata meronta ingin keluar. Tapi setengah mati ia tahan.

"Sudah cukup! Aku tidak akan pergi dengan siapa pun! Aku akan pulang sendiri."

Bentak Mikasa melepaskan kedua tangannya paksa. Setelah itu ia beranjak melakangkahkan kaki.

"Temani aku! Ikut aku pulang."
Levi mengejar, menghadang langkah Mikasa dari depan.

"Jangan paksa dia!"
Bela Eren ikut menghadang, namun terkesan melindungi. "Aku tidak keberatan jika itu maumu. Apa boleh buat, lain kali aku antar pulang ya?"

Eren berusaha bersikap lembut, lalu masuk ke dalam jarak Mikasa dan Levi. Ia senggol Levi dengan bahunya sinis, memberi tanda 'enyah sana!'

"Levi tolong. Aku lelah, aku ingin cepat pulang. Aku tidak bisa ikut denganmu."

"Terserah aku tidak peduli! Aku tidak menerima penolakan!" Levi mendorong tubuh Eren yang menghalang. Menarik Mikasa dengan kasar, tanpa ragu ia gendong tubuh gadis itu di bahunya seperti karung beras.

"Gila ya! Mau apa kau!"

Mikasa tersentak. Ia berusaha melawan memukul-mukul tubuh Levi yang ia bisa. "Hei! Lepaskan dia!"
Eren menghadang jalan Levi lagi. Inginnya sih langsung menghajar, tapi jika ia lakukan. Pasti urusannya akan berbuntut panjang.

Argh Eren benci dirinya sendiri. Apa yang bisa ia lakukan untuk Mikasa?

"Turunkan aku berengsek!"

Mikasa terus mencoba melepaskan diri, tapi Levi cengkram kuat-kuat.
"Kutanya lagi, memangnya hubunganmu dengan perempuan ini apa hah?!"

"Dia—."

Eren kelu, lantas harus menjawab apa? Teman? Tidak, ia merasa lebih dari itu. Sahabat? Sejak kapan mereka bersahabat? Ayo lah Eren kau kenapa kau begitu tolol.

"Kutanya balik, memang kau siapa membawa Mikasa sembarangan?! Kau itu hanya orang yang pernah menyakiti Mikasa, apa kau lupa? Dia pernah terluka olehmu. Tentu aku tidak bisa membiarkannya, dia berarti untukku. Dari dulu— hingga sekarang."

"Tsk!"

Levi berdecih memandang Eren remeh. Itu tak cukup untuk membuat pertahanan Levi runtuh.

"Alasan klasik. Dengar ya, Hubunganku dengan dia lebih jauh dari yang kau bayangkan. Memangnya kau pernah menghabiskan malam dengan perempuan ini, ha?"

"Hentikan bajingan! Kalau terus berbicara akan kubunuh—." Mikasa mencoba memotong kalimat Levi, namun pria itu juga sama-sama keras kepala.

"Aku pernah!"

"Levi sialan! Kita hanya menginap tidak terjadi apa pun— jangan bicara lagi berengsek! Turunkan aku!"

"Tidurmu pulas sekali waktu itu, mana ingat!"

"Dasar sinting! Bajingan Gila!"

Umpat Mikasa diiringi bulir air mata yang mulai keluar. Suaranya melemah, tenaga seakan terkuras habis tidak sanggup untuk melihat Eren.

"Apa yang kau— bicara— kan?"

Eren teremenung, bicara terbata-bata, sorot matanya berubah menjadi kosong.

Sakit di batin Mikasa semakin menjadi, ia ingin merintih, tapi hanya dapat terisak seraya tubuhnya dimasukan ke dalam mobil.

Eren terlalu kaget untuk memberi perlawanan lagi. Masih menatap kedua orang itu yang semakin menjauh.

Dari apa yang ia dengar, ia merasa kalah. Pertanyaan Levi seperti sebuah tamparan keras. Kini ia tersadar, memang hubungan apa yang selama ini terjalin di antara dia dan Mikasa? Pantas kah ia menahan Mikasa agar tidak pergi?

***

Pengennya up teratur jam seginian biar bisa nemenin kalian bobo. Jangan bosan kasih aku bintang ya ⭐️🌛 oyasuminasai
Next >>>
Chapter 37 • Special Levi x Mikasa

Attack on YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang