Cinta yang paling bijak adalah membiarkan dia bahagia.
Cinta yang paling hebat adalah bisa membuatnya bahagia.
Sang pemilik bumi sedang merencanakan sesuatu yang bernama takdir.
Sang penghuni hanya bisa menunggu dan menuai.
Mikasa dan Eren lekas menaiki kereta menuju pantai. Gadis itu sempat bingung, kenapa harus ke pantai? Ia ingin menolak, tapi entah kenapa terjadi sesuatu dengan mulutnya sehingga tak mampu berkata sepatah kata pun.Sekarang ia hanya bisa mendesah sepanjang jalan, serta was-was. Jika ini kencan, Mikasa sama sekali tidak menikmatinya. Itu membuatnya tidak nyaman, sebab bukan atas keinginan diri sendiri.
Selama di perjalanan mereka banyak berdiam, seperti biasa mereka tidak terlihat santai satu sama lain. Ini berbeda ketika Mikasa berjalan dengan Levi. Pria itu selalu terlihat rileks. Sedangkan Eren tidak, ia kaku seperti robot.
Bicara pun kadang terbata-bata, ia juga kerap kali malu memandang mata Mikasa lama-lama. Levi tidak pernah begitu, ia selalu tegas jika berhadapan dengan Mikasa. Tak pernah gentar menghadapinya, Levi selalu tampak berani.
Ah sejak kapan aku bisa membedakan mereka.
Mikasa menggeleng selayang berjalan keluar dari peron.
Kereta mereka baru saja berhenti di stasiun Odaiba. Bau amis pantai mulai tercium oleh indra penciuman.
Cuaca kala itu terik, matahari sangat gagah bersinar."Aku tidak membawa topi atau baju renang."
Kata Mikasa sambil memayungi wajahnya dengan tangan. Matanya memyempit karna silau.
"... Maaf harusnya aku memberi tahumu lebih dulu."
"Tidak apa-apa."
Eren merasa tidak enak, sebagai lelaki ia harus peka. Jika ultraviolet adalah musuh para perempuan. Sehingga Eren putuskan, menarik tangan Mikasa lalu memimpin perempuan itu berjalan lebih cepat.
Sontak Mikasa terkejut, melihat tangannya diseret tanpa aba-aba.
"Eh? Mau kemana?"
"... Kita beli topi."
Kata Eren menoleh sambil tersenyum teduh. Namun kerutan di dahi Mikasa malah semakin dalam. Sekarang ia mengerti, Levi dan Eren tidak hanya berbeda, ada persamaan di antara mereka kedua. Tingkah mereka sama-sama tak bisa Mikasa tebak.
Eren membawa Mikasa ke sebuah toko soufenir di pinggir jalan. Toko tersebut kecil tapi terlihat sangat estetik. Mereka segera masuk ke dalam, sesuatu langsung menyapa dan memanjakan mata Mikasa. Ia terperangah memandangi ruangan berdominasi kayu.
Tokonya sangat nyaman dan sejuk.
Barang yang dijual pun terkesan unik, kebanyakan benda-benda buatan tangan. Seperti perhiasan, stationary, dan dreamcather. Mereka semua tersusun indah berwarna-warni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Attack on You
FanfictionMikasa sangat ketakutan pada perasaanya, hatinya tertutup rapat dan terkunci. Dia bukan penyuka sesama jenis, tapi baginya kasih sayang antara pria dan wanita itu menjijikan! Karna beberapa alasan, dia tidak pernah, dan TIDAK AKAN PERNAH pacaran! B...